33. Healing

33 9 55
                                    

Hai manteman^^

Jangan lupa Follow, Vote dan komen per paragraf ya^^

Absen kamu baca part ini jam berapa^^

Absen asal kota kamu dari mana^^

Happy reading<3

***

Kendaraan mewah jenis Lamborghini Veneno itu berhenti tepat didepan sebuah kontrakan petak sederhana.

Dan berhasil membuat warga yang melintas berdecak kagum. Beberapa orang bahkan tampak berhenti, hanya demi menatap kendaraan mewah itu seolah baru saja menemukan keajaiban dunia kedelapan.

Membawa Anan turun dari mobil dengan posisi merangkul, Rey memutar knop pintu namun terkunci.

"Kunci rumah lo mana?"

"Dimana ya? Oh, dimana-mana hatiku senang." Ujarnya ngawur, dan nyaris terjerembab jika seandainya Rey tidak lebih sigap.

Tangan Rey yang lain meraba-raba. Ada sebuah vas kecil, dengan kunci terselip diantara pucuk-pucuk bunga.

Pintu terbuka. Rey mengubah posisi, kini membopong Anan ala bridal style menuju satu-satunya kamar disana, lalu membaringkan tubuh Anan di atas kasur.

Rey hendak beringsut, namun suara rintihan Anan berhasil menghentikan langkahnya.

"Rey, dunia yang terlampau kejam atau gue yang berekspetasi terlalu tinggi?"

Gadis itu mengigau.

Membuat Rey mengurungkan niat untuk segera pergi, dan memilih duduk ditepi kasur.

"Rey, kalau capek harus apa?" Dia bertanya.

"Spill cara bunuh diri tanpa harus ngerasain sakit."

"Kalau suntik mati, gimana?"

"Mahal nggak sih? Gue kan nggak punya duit hehehe."

"Gue pengen lompat dari gedung, tapi gue fobia sama ketinggian."

"Gue juga nggak mau minum racun tikus. Udah pernah nyoba sih, lebih pahit dari obat. Nggak mau lagi!"

"Dan kalau kematian emang jalan semua orang, gue cuma berharap Tuhan invite gue secepatnya."

Rey terdiam. Satu tangannya memegangi dada yang kini terasa nyeri seolah baru dihantam benda tumpul.

Mendengar Anan terisak, dan melihat bercak air mata menjejaki wajah gadis itu, dia ingin Tuhan menghukumnya dengan sangat berat.

Dan seandainya bisa, dia ingin Tuhan memindahkan semua rasa sakit Anan  agar dia saja yang menanggung.

"Rey, kira-kira kalau gue mati, ada yang ngerasa kehilangan nggak ya?" Anan kembali bertanya. Gadis itu sudah lebih tenang, meski suaranya masih bergetar dan sesenggukan.

"Ada nggak ya, orang yang nangisin gue seakan-akan gue ini berharga banget?"

"Ada nggak ya, orang yang tiap hari dateng bersihin kuburan gue?"

"Ada nggak ya, orang yang minta ke Tuhan supaya kita dipertemukan lagi di kehidupan berikutnya?"

"Rey...," Suara merdu Anan terdengar memanggil Rey dengan lembut. "Orang kayak gitu, masih ada kan?"

Belum ada jawaban. Rey masih sepenuhnya terdiam.

"Nggak ada ya?" Ulang Anan, kali ini dia terisak.

Sepenggal Kisah KasihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang