47. Gedung Tua

18 7 12
                                    

Hai manteman^^

Jangan lupa Follow, Vote dan komen per paragraf ya^^

👇

anjelinaduhaa

Absen kamu baca part ini jam berapa^^

Absen asal kota kamu dari mana^^

Happy reading<3

***

"Karena hidup bukan perkara menenangkan badai, tapi belajar menari dibawah hujan yang deras."

-Nathaniel Gavin Reynaldo-

***

"Woi! Kalian bolos ya?!"

Rey dan Anan serempak menoleh. Melihat 5 orang satpol PP dengan satu pentungan dan mobil pengangkut yang berada tidak jauh dari sana.

"Masih jam sekolah, bukannya belajar malah asyik pacaran. Kalian harus ikut ke kantor untuk pembinaan sebelum diserahkan ke pihak sekolah." Ucap salah seorang laki-laki bertubuh tambun.

"Kita cuma jajan doang kok Pak. Habis ini langsung balik." Rey nyengir lebar. Berharap si babon itu akan percaya kepadanya.

"Lo berdua jangan coba-coba ngibulin kita deh. Gue tau, lo berdua mau madol kan? Kasihan noh Emak Bapak lo capek-capek kerja, sehari-harinya cuma pake kaos partai sambil makan tahu tempe, eh anaknya malah keluyuran nggak jelas. Kualat lo!" Serbu Satpol PP bertubuh cungkring dengan napsu.

"Rey gimana?" Tanya Anan ketakutan, seraya merapatkan tubuh pada Rey.

"Tenang." Ucap laki-laki itu dengan air wajah datar. "Kabur!"

Dengan segera, Rey mencengkram pergelangan tangan Anan dan membawanya untuk segera berlari sejauh mungkin meninggalkan tempat itu.

Sekuat tenaga mereka berlari, menabrak sekumpulan remaja seusia mereka yang tengah bermain layangan, atau ibu-ibu yang tengah senam sambil bergosip ria. Terdengar sumpah serapah dan nama-nama binatang tidak berdosa dialamatkan pada mereka berdua.

Mereka masih terus berlari hingga akhirnya Rey menemukan sebuah gubuk reyot dibawah jembatan. Lantas menarik tubuh Anan untuk bersembunyi didalam sana.

"Rey, gue tak--"

"Ada gue." Laki-laki menarik tubuh Anan agar merapat kepadanya. Keduanya saling berhadapan, berhimpitan dibalik pintu dengan Rey yang masih mengintip keadaan diluar sana.

Jantung Rey dan Anan bertemu. Gadis itu bisa merasakan detak jantung Rey yang menggila karena habis berlari. Bahkan dalam jarak sedekat ini, aroma vanila yang menguar dari tubuh Rey seolah terekam jelas dalam ingatan Anan.

Tak lama, terdengar derap langkah kaki saling berlarian melewati mereka. Rey semakin menarik Anan, kali ini dengan lengan sebelah kanan melingkari punggung Anan agar berhadapan langsung dengan dadanya.

Kini, tak ada lagi jarak diantara keduanya. Anan bisa mendengar detak jantung Rey yang menggema sampai ke telinganya sendiri.

Berada dalam rengkuhan laki-laki itu, perasaan yang begitu asing menjalari Anan. Rasanya Anan ingin egois, menghentikan waktu agar selamanya bisa berada dalam posisi ini.

Setelah memastikan bahwa situasi telah aman, Rey menurunkan tangannya dan perlahan membawa Anan keluar dari persembunyian.

Tepat didepan pintu, laki-laki itu jatuh ambruk. Terduduk lemas diatas lantai, dengan posisi punggung bersandar seperti orang kelelahan.

Sepenggal Kisah KasihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang