12. Kau Bukan Rumah

65 56 50
                                    

Hai manteman^^

Jangan lupa Follow, Vote dan komen per paragraf ya^^

Absen kamu baca part ini jam berapa^^

Absen asal kota kamu dari mana^^

Happy reading<3

***

Dengerin deh, menurut ku soundnya mewakili part ini banget^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengerin deh, menurut ku soundnya mewakili part ini banget^^

***

K

eduanya digiring menuju ruang BK. Ruangan serba putih dan kedap suara yang lebih diperuntukkan bagi siswa-siswi bermasalah dan terjaring berbuat onar.

Ibarat musuh bebuyutan dengan dendam kesumat diantara keduanya, duduk bersisian dalam jarak sedekat ini adalah sebuah petaka bagi Anan. Suhu udara memanas dan pendingin udara seakan kehilangan fungsi.

Anan mengalihkan pandangan kembali. Kepalanya menunduk, dalam hati merapalkan doa-doa setelah meyakini akan segera diinterogasi. Dihakimi dan diadili lebih tepatnya, terlebih kini Bu Intan tengah menatap keduanya dengan tatapan mengintimidasi.

"Disini saya ingin dengar pengakuan kalian berdua." Bu Intan menatap Anan dan Natcha bergantian. "Duduk permasalahannya dimana? Coba ceritakan sama Ibu."

Hening. Tak ada yang bersuara. Baik Anan maupun Natcha hanya tertunduk, tak berniat untuk menjawab.

"Kalian ini hampir menuju dewasa.
Bukan anak kecil yang perlu diadili seperti ini." Bu Intan menghela napas panjang.

"Meski saya paham betul, usia remaja adalah masa-masa pencarian jati diri. Emosi yang meledak-ledak, perang batin dan pergolakan perasaan menjadi warna-warni rentang usia pubertas."

"Kasus perkelahian antar remaja putri, umumnya mustahil terjadi. Dan pemicunya biasanya hal sepele. Semisal saling sikut di media sosial, persaingan pengakuan sebagai remaja terpopuler dimata sosial, dan yang paling sering terjadi.....," Bu Intan menggantungkan kalimatnya. Mencondongkan badan, lantas ia bersuara.

"Kalian sedang memperebutkan seseorang?" Bu Intan menatap Anan dan Natcha bergantian.

"Natcha,"

"Anan, Bu!" Natcha menujuk Anan dengan dagu. "Saya sepenuhnya korban disini."

"Hah?" Mata Anan menyipit tak percaya. "Nggak salah nih?"

"Emang kenyataan nya gitu kan?" Sengit Natcha tajam.

"Lo yang mulai perkara! Gue cuma membalas, ingat!" Anan menghadap Natcha sepenuhnya.

"Gue udah peringatin tapi lo masih nggak paham-paham. Salah gue bertindak?"

Sepenggal Kisah KasihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang