20. Thank you

75 51 58
                                    

Hai manteman^^

Jangan lupa Follow, Vote dan komen per paragraf ya^^

Absen kamu baca part ini jam berapa^^

Absen asal kota kamu dari mana^^

Happy reading<3

***


"Ada apa ribut-ribut?"

Seluruh pasang mata menoleh, menyorot pemilik low voice yang tiba-tiba menginterupsi.

Natcha.

Rey menatap Natcha lekat, pandangannya bertambah pekat. Sulit diartikan. "Kamu....,"

"Aku tanya ada apa ribut-ribut?" Ulang Natcha satu oktaf lebih rendah.

Semua terdiam, bungkam seribu bahasa. Hanya fokus pada satu titik beku, menyorot Natcha dengan tatapan beranekaragam.

"Lo ngapain disini?" Suara Wildan memecah keheningan.

Pandangan Natcha beralih. "Loh, ini bukannya tempat umum?" Natcha balik bertanya, satu alisnya terangkat. "Dan lagi gak ada tuh peraturan gue gak boleh datang ke tempat ini."

Wildan tertawa pelan. "Udah ganti baju aja, dress satin nya dititipin kemana?" Ucapnya dengan tatapan meneliti.

"Hah? Apaan sih, sehat lo?" Natcha mengerucutkan bibir.

"Ngaku sekarang!" Tegas Wildan.

Natcha mengernyit heran. "Soal?"

"Lo ngapain ke cafe ini?" Ulang Wildan penuh penekanan.

"Gue udah jawab tadi."

"Lo bohong." Kecam Wildan.

"Gosh! I'm seriously!" Natcha setengah berteriak. "Gue harus apa biar lo percaya? Just hanging out while doing school work. Wrong?"

Wildan berdecak pelan. "Mau sampai kapan? Kedok lo udah kebongkar!"

"Lo ngomongin apa sih? Gue bener-bener gak ngerti."

"Natcha, please." Wildan memohon. "Udah, akhiri semua sandiwara ini. Gak ada yang perlu lo teruskan. Jangan bikin semua orang percaya sama kebohongan lo."

Manik Natcha memanas, bersamaan dengan pandangnya yang mulai mengabur. Mengangkat wajah, menatap Wildan sangat lekat. "L-lo kenapa sih? Lo jahat banget, lo tega ngomong gitu ke gue. Gue salah apa?"

"Cha!" Bentak Wildan tertahan. "Jangan nangis! Lo hanya perlu jujur, akui semuanya. Siapa cowok tadi?"

"S-siapa...," Natcha terbata-bata, ia menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Dan dua detik kemudian pertahanannya runtuh, Natcha terisak pelan. "Cowok siapa?"

Wildan menghela berat. "Cowok yang antar jemput lo disekolah, cowok yang bersama lo di pub, cowok yang tadi candlelight dinner sama lo. Siapa cowok itu? Pacar kedua lo? Astaga, lo tega sama sahab....,"

"Wildan cukup!" Rey menginterupsi.

"Rey, tolong dengerin Wildan." Devano angkat suara.

"Lo diam atau nasib lo bakal sama kayak Wildan!" Ucap Rey setengah mengancam hingga sukses membuat Devano diam tak berkutik.

Sepenggal Kisah KasihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang