50. Rekayasa

25 8 13
                                    

Hai manteman^^

Jangan lupa Follow, Vote dan komen per paragraf ya^^

👇

anjelinaduhaa

Absen kamu baca part ini jam berapa^^

Absen asal kota kamu dari mana^^

Happy reading<3

•••

Langkah kaki Rey menjejak perlahan di lorong sekolah. Dengan satu tangan menggendong tas, dan tangan yang lain menenteng kotak bekal yang telah dia persiapkan untuk Anan.

"Rey!"

Laki-laki itu menoleh. Melihat Wildan dan Devano berlari menghampirinya dengan napas tersengal-sengal.

"Kenapa?" Tanya laki-laki itu dengan datar ketika dua orang itu sudah berada di hadapannya.

"Sekarang juga, lo harus ikut kita."

Rey mengernyit. "Ke?"

"Udah, nanti gue jelasin." Wildan menyeret paksa lengan kekar agar mengekorinya.

"Kemana?" Rey menahan lengannya dengan enggan.

"Anan." Wildan menghela napas pelan, lalu melepaskan cekalannya. "Lo mau tau kan siapa dia sebenarnya?"

Rey terdiam sesaat. Dia menangkap sesuatu yang ganjil dalam nada bicara Wildan. Terutama sewaktu laki-laki itu mengucapkan kata 'sebenarnya'.

"Anan kenapa? Dia baik-baik aja kan?" Laki-laki itu bertanya dengan nada suara gamang. Pasalnya semenjak insiden kemarin, ponsel Anan tak kunjung aktif. Rumahnya pun sepi, seakan tanpa penghuni sewaktu Rey hendak menjemputnya.

"Justru, kita semua yang dalam bahaya."

Sepasang alis Rey bertaut. Kernyitan yang tercipta didahinya terlihat semakin jelas. "Maksud lo?"

Wildan mengangguk pelan. Disusul dengan tawa hampa dari Devano.

"Selama ini kita dibohongi."

***

"Lo yakin ini tempatnya?" Manik Rey bergerak awas, menyisir seluruh penjuru arah dengan tatapan seksama.

Mobil yang membawa mereka kini berhenti tepat didepan bangunan megah SMA Trisatya di perbatasan kota.

"Sorry, kalau gue dan Devano terkesan lancang. Tapi jujur, sejak awal kita udah curiga sama kedatangan Anan yang tiba-tiba." Ponsel Wildan beralih ke sebuah halaman. Mengakses sebuah tautan sampai berulang kali hingga akhirnya root dan berhasil meretas sebuah informasi sensitif.

"Nomor induk lama Anan terakhir kali terdaftar di tempat ini." Wildan menunjukkan layar ponselnya.

Sebuah website dengan rangkaian huruf dan simbol yang rumit menampilkan foto Anan berikut identitas pribadi terakhirnya.

Sepenggal Kisah KasihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang