Bagian 10 || Waktu Untuk Mengobati Luka

35.6K 2.8K 106
                                    

Jangan lupa follow dulu Prend 😺

•••

"Downi sialan! siniin gak hape gue?!" seorang gadis sedang melakukan aksi kejar-kejaran dengan seorang pria. Siapa lagi, jika bukan Dea, dan Doni.

"Gak. Gue penasaran pengen baca chat lo sama sih gagang pintu itu." ucapnya seraya melirik ke arah benda pipih itu.

"Lo kepo banget sih. Siniin gak?!"

"Gak,"

"Gue timpuk nih lo?" Doni masih tak menghiraukan gadis yang berdiri beberapa meter darinya itu, matanya masih fokus membaca chat gadis itu dengan seorang pria yang sering dirinya sebut 'Gagang Pintu'.

Pukk!

Dea benar-benar melempari pria itu dengan sepatunya.

"Aduh." ringis Doni seraya mengusap kepalanya yang terkena sasaran gadis itu.

"Lo apa-apan sih? Sakit tahu!" sewot Doni. "Nih ambil aja, di gituin aja baper, dasar cewek." ujarnya lagi, seraya menyodorkan hape gadis itu.

"Dih, suka-suka gue lah. Cemburu lo?"
Dea mengambil hapenya dengan tak Santai.

"Iya, gue cemburu," jujur Doni.

Dea sempat tertegun beberapa saat. Namun segera tersadar beberapa detik. "Emangnya lo siapa gue? Lo gak berhak cemburu sama sih Angga, pacar gue bukan, suami juga bukan!"

"Gue masa depan lo. Sekarang emang bukan, entah besok atau nanti? Siapa tahu suatu saat lo terpesona sama gue." ucapnya seraya menaik-turunkan alisnya.

"Idih, najong. Gak akan pernah!"

"Awas lo kalo besok bucin sama gue. Lagian sadar aja, lo sama sih Gagang Pintu itu gak akan pernah bisa bersama. Kalian beda keyakinan, maybe, beda perasaan juga. Mending sama gue, satu keyakinan,"

Dea terdiam, ia sempat melupakan satu fakta itu. Dia dan Angga beda keyakinan, mungkin juga beda perasaan.

"Bacot!" Dea mengambil sepatunya, dan pergi begitu saja meninggalkan Doni. Ia tak percaya, jika Doni yang sering ia panggil Downi itu benar-benar mencintainya, selama ini laki-laki itu sering bermain-main, tak pernah serius. Itu yang membuatnya tak percaya dengan kata Cinta yang laki-laki itu sebut.

***

"Bodoh," di ruangannya, Arsha dan Bima berbincang.

"Tapi baguslah," Bima menyahut.

Arsha tersenyum, "Dia gak berfikir apapun tentang gue yang begitu mudahnya memberi investasi gitu aja?"

"Gitu dah orang yang udah di butakan sama harta dan tahta. Uang segala-galanya,"

Ya, Arsha dan Bima telah bertemu dengan pak William. Mereka memasang pancing, dengan memberi investasi. Sekarang, Arsha hanya perlu mendekati Amira untuk melanjutkan langkah berikutnya.


"Oh ya, Minggu depan sih Andre pulang, udah kangen banget gue sama dia,"

"Gimana kalo dia udah pulang, kita reunian? Kita kan udah jarang banget kumpul-kumpul ngabisin waktu bareng berempat," lanjut Bima lagi.

"Bertiga." Arsha melayangkan tatapan tajamnya.

"Eh iya-iya. Bertiga maksudnya," Bima cengengesan.

"Btw, Kapan lo mau ketemu sama Amira?" Bima mengganti topik.

ARSHAWA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang