Bagian 37 || Kacau

36.8K 2.6K 52
                                    

Nawa terduduk di tepian roftoop dengan kaki yang menggantung. Langit gelap menemaninya, dengan semilir angin menerpa lembut menyentuh pori-pori kulitnya.

Ia seorang diri, sedangkan Dea dan Fatimah keluar. Dea mengatakan menginginkan seblak. Dari itu ia pergi keluar di temani Fatimah.

'Waktu kamu gak banyak.'


'Waktu kamu gak banyak.'


'Waktu kamu gak banyak.'


Lagi, kata itu terus-terusan mengusiknya, semenjak keluar dari rumah sakit tadi pagi.

"Saya tidak ingin melakukan kemoterapi,"

"Kenapa? Itu bisa membantu kamu untuk bertahan lebih lama,"

"Percuma. Akhirnya saya juga akan tetap mati."

Dokter Vita terdiam mendengar itu. "Kamu masih bisa berjuang,"

Gadis itu terdiam, dengan senyum remeh nya. "Berjuang dengan akhir yang sia-sia? Saya tahu, tidak ada harapan untuk itu lagi."

Sepintas obrolannya pagi tadi, kembali terputar di ingatannya. Ia merogoh kantong hoodie yang di kenakannya, mengeluarkan sesuatu dari dalam sana.

Ia menatap lekat botol obat yang di genggamnya. Menghela nafas, ia berdiri dari duduknya.

"Arghh ...!" botol itu di lemparnya jauh, ke semak-semak sana. Teriakkan nya menggema di dalam keheningan.

"Jangan sampai lupa, minum obat ini secara teratur."

Mengingat itu, ia kembali tersenyum remeh dengan sorot sendu.

"Aku gak suka obat itu, dan aku benci." ia mendongak, menatap langit yang mulai menurunkan rintiknya.

***

"Lo itu masih sakit, bisa jangan keras kepala dulu gak sih?!"

"Gue mau keluar dari sini. Gue itu cuma keseleo sama luka kecil doang. Gue gak betah di sini!"

"Luka kecil tai lo?! Luka lo itu panjang dan dalam. Tunggu beberapa hari dulu kenapa sih?"

"Lo gak ngerti Bim, jadi lo diam." ucap laki-laki itu dingin, dengan tatapan tajamnya.

"Gue ngerti. Gue tahu, lo pengen cepet-cepet keluar, mau nemuin istri lo kan? Jalan aja masih pincang, mending di sini dulu deh lo,"

"Gue yang jalanin, gue yang rasain, kenapa lo yang sewot?"

"Lo bener-bener gak berubah ya. Masih keras kepala." ucap Bima lelah, ia mendudukkan tubuhnya di sofa ruangan itu.

"Cot. Udah sono, bilang sama dokternya dulu. Gue mau pulang sekarang." titah Arsha, dengan menunjuk pintu dengan dagunya.

"Besok aja." ucap Bima dengan memejamkan mata, dengan tubuh yang bersandar di kepala sofa. Kepalanya mendongak keatas.

"Gue bilang sekarang bangsat." kesal Arsha, dengan melempari Bima dengan sebuah apel yang berada di atas nakas samping brankar nya.

ARSHAWA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang