Assalamualaikum guys. By the way, ini flashback waktu di rumah sakit selepas kecelakaan ya. (Bagian 42).
***
Play song: Soyou - The Only One 🎶
Mata sayu laki-laki itu menatap dokter didepannya, menunggu hasil pemeriksaan yang akan di beritahukan.
“Hasilnya cocok, kamu bisa mendonorkan nya. Tapi,” Azzam menggeleng, kala dokter itu menatap kearah kakinya.
“Tidak apa-apa, saya siap menerima apapun konsekuensinya. Jadi, bisa jelaskan terlebih dahulu?”
Dokter paruh baya itu menghela nafas berat, menatap sosok yang mengenakan pakaian pasien itu. “Kanker hati stadium empat, adalah tahapan kanker yang paling lanjut. Dan Nawa, sekarang telah memasuki tahap tersebut.”
“Pada kanker hati stadium empat ini, kondisi tumor ganas yang mulanya muncul di hati telah menyebar ke kelenjar getah bening atau menyerang organ lainnya. Dan untuk gejala, pada stadium awal terkadang tidak menimbulkan gejala signifikan. Hal itu di pengaruhi pertumbuhan tumor di hati yang masih kecil terkadang tidak terdeteksi pada pemeriksaan fisik, karena sebagian besar organ hati berada di balik tulang rusuk sebelah kanan. Namun tanda penyakit ini ketika sudah stadium lanjut cukup kentara, dan Nawa baru menyadari dan merasakan gejalanya ketika telah memasuki stadium lanjut tersebut.”
“Keadaannya sekarang semakin memburuk, dan membutuhkan donor hati. Untuk proses transpantasi hati, ini meliputi pengambilan sebagian dari organ hati pendonor, atau tidak semua hati pendonor. Tanda tangan persetujuan donor menyetujui komplikasi yang mungkin dapat terjadi setelah dilakukan proses donor.” Sesaat hening setelah dokter itu selesai menjelaskan. Azzam termenung, pikirannya berkecamuk.
“Saya bersedia menjadi pendonor. Tapi sebelum itu, biarkan saya berbicara mengenai hal ini dengan keluarga terlebih dahulu,” ujarnya mantap.
“Tentu, karena memang sudah seharusnya hal ini dibicarakan oleh sih pendonor dengan pihak keluarga terlebih dahulu. Tapi, pendonor harus dalam keadaan sehat, sedangkan kamu--”
“Seperti yang saya katakan di awal Dok, apapun konsekuensinya akan saya terima. Terimakasih penjelasannya, saya pamit.”
Dokter itu tak jadi menyela, membiarkan Azzam mendorong kursi rodanya pelan, keluar ruangan.
Situasi ini benar-benar rumit.
***
“Ummi, tolong izinkan. Azzam gak mungkin biarin dia meninggal, hasil nya cocok, Azzam bisa donorin hati Azzam. Tolong bantu Azzam tepati janji Azzam dulu dengan cara Ummi kasih persetujuan.” Azzam memegang tangan sosok yang sangat berjasa dalam hidupnya itu. Maniknya menatap memohon.
“Azzam telat nemuin dia, Azzam gak mau telat bertindak juga. Sampai besok, kesempatan hidupnya cuma sampai besok Ummi,” ucap Azzam serak.
“Azzam, keadaan kamu lagi gak baik-baik aja. Ummi takut terjadi sesuatu sama kamu, semua itu ada konsekuensinya. Pikirkan diri kamu dahulu, stop menomor satukan orang lain. Ummi takut kehilangan lagi, jangan sampai Ummi kehilangan anak untuk yang kedua kalinya.” Khansa memeluk anak sulungnya itu dengan tetesan air mata. Ketakutan dan kekhawatiran terpancar dari sorot matanya.
“Janji itu udah lama, dan kamu masih belia waktu itu--”
“Enggak Ummi, Azzam udah remaja waktu itu. Janji tetap janji, amanah ini udah dikasih ke Azzam, Azzam gak mungkin biarin Awa kenapa-kenapa. Anggap aja ini juga balas budi kita. Semua akan baik-baik aja In Syaa Allah,”
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSHAWA [END]
Ficção Adolescente[𝗦𝗘𝗕𝗘𝗟𝗨𝗠 𝗕𝗔𝗖𝗔 𝗙𝗢𝗟𝗟𝗢𝗪 𝗗𝗨𝗟𝗨 𝗬𝗚𝗬 (ʃƪ^3^) 𝐂𝐨𝐯𝐞𝐫 𝐛𝐲: @AlettaLousia7 *** Pernikahan yang tak pernah Nawa bayangkan, sedang ia jalankan. Dirinya di jodohkan dengan seorang laki-laki pembisnis besar yang namanya sudah...