Bagian 33 || Menyerah

54.3K 3.1K 104
                                    

Kini, Nawa berada di depan sebuah restoran. Disana, tertera kertas yang bertuliskan, 'menerima lowongan pekerjaan.'

Ia telah berkonsultasi dengan psikiater nya tadi, dan kini, ia akan mencari kerja.

"Bismillah." kakinya mulai melangkah, memasuki resto tersebut.

"Assalamualaikum," seorang perempuan dengan kuncir kuda, yang sedang sibuk dengan catatan di tangannya, mendongak, mendengar ucapan salam itu.

"Waalaikumussalam. Ada apa, ya, Mbak?" tanyanya sopan, dengan senyum simpul. Ia menaruh catatan yang di pegang nya tadi, dan menghadap sepenuhnya pada Nawa.

"Benar, disini ada lowongan pekerjaan, Mbak?"

"Ah iya, memang sedang menerima lowongan pekerjaan, tapi maaf. Kami udah dapat, tapi lupa nyopotin kertas nya. Maaf mbak,"

Nawa tersenyum tipis, mendengar itu. Disertai dengan anggukan kecil. "Yasudah, kalau begitu saya permisi. Assalamualaikum."

***

Matahari semakin terasa menyengat, peluh telah membanjiri gadis itu. Ia berhenti berjalan, duduk di pinggir trotoar karena merasa kelelahan.

"Ya Allah, dimana lagi, aku harus nyari kerjaan?" ia menghela nafas pelan.

"A-akh ..." ringisnya pelan, dengan tangan yang memegang perut bagian kanannya. Ia memejamkan mata, dengan menggigit dalam bibir, menahan rasa sakit.

"Astaghfirullah, sakit ..."

Ia mengeluarkan air mineral, yang telah di belinya tadi. Lalu meneguk air itu hingga tersisa setengah.

Tak jauh dari sana, seseorang yang berada di dalam mobil dengan kaca yang tak tembus pandang itu, menampilkan raut khawatirnya.

Ia mengeluarkan ponsel, menelpon seseorang disana. Beberapa saat berbincang, ia mematikan telepon tersebut, dan menunggu.

Lima belas menit, Nawa terduduk disana. Beberapa saat, perutnya mulai terasa membaik. Ia bangkit, hendak berjalan kembali, mencari pekerjaan.

Sebuah mobil berhenti didepannya. Beberapa saat, keluar seorang laki-laki dengan pakaian ala-ala oppa Korea. Ia berjalan cepat, menghampiri Nawa.

"Nawa, tunggu,"

Gadis itu menghentikan langkah, dan menoleh pada orang yang memanggilnya. Ia tersenyum tipis, melihat orang itu.

"Kak Andre,"

"Lo ngapain disini?"

"Kakak juga ngapain, disini?"

"Ck, di jawab. Bukannya malah balik nanya,"

Gadis itu menyengir, menampilkan gingsul nya yang tampak manis. "Iya maaf. Aku lagi nyari kerjaan, tapi sampe sekarang belum dapat-dapat."

Andre mengangguk mendengar itu. "Kebetulan, gue punya kafe yang baru buka. Kekurangan karyawan juga, lo mau? Tapi jadi waiters."

Mata Nawa seketika berbinar mendengar itu. Ia mengangguk cepat. "Iya, aku mau! Mau banget malahan."

Andre terkekeh melihat itu, tangannya gemas ingin mengacak kepala gadis itu yang berbalut hijab. Tapi itu tak mungkin. Ia berdecak bingung dalam hati. Kenapa temannya sebego itu, hingga tak menyadari betapa cantik dan lucunya gadis ini? Rasa ingin membunuh Arsha menyeruak kembali, jika tak ingat, bahwa laki-laki itu adalah temannya. Untung nya saat ini mereka telah berbaikan.

ARSHAWA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang