"Tidak ada sesuatu musibah yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya."
(Q.S At-tagabun 64:11)
•••
Tiga hari telah berlalu, kini Nawa telah di perbolehkan pulang. Ralat, ia yang memaksa untuk pulang.Ia duduk menatap kaca di depannya. Kini ia tengah duduk di kursi meja riasnya. Ia di kamar sendiri, sedangkan Arsha belum pulang.
Menatap pantulan dirinya, yang semakin kurus itu. Ia memegang sebuah surat keterangan dari dokter. Membacanya kembali, membuat lelehan bening itu, mengalir kembali.
'Segala sesuatu, terjadi atas kehendak-Nya. Dengan bismillah, in Syaa Allah, aku siap menghadapinya.' Nawa menghapus air mata yang mengalir itu. Ia mencoba tersenyum, memasrahkan semua, pada yang di atas sana.
"Aakh ..." ia memegang perut bagian kanannya, yang terasa sakit kembali. Dengan perlahan, ia bangkit. Berjalan ke arah ranjang, hendak membaringkan tubuhnya disana. Sebelum itu, ia menyimpan terlebih dahulu, surat tadi.
Ia memejamkan mata, dengan tangan yang mencengkram erat, perut bagian kanan. Lafadz Allah terus ia gumamkan.
Hanyut dalam kesakitan yang ia rasakan, ia tertidur di sana.
***
"Mau, mampir dulu?"
Arsha menggeleng, sebagai jawaban. "Langsung pulang aja, ini juga udah malam. Kapan-kapan aja, ya?"
Amira tersenyum, "Oke, saya turun dulu ya. Hati-hati di jalan,"
"Deket kok, beberapa meter dari sini. Kamu yang hati-hati, di rumah sendirian,"
Amira terkekeh mendengarnya. "Iya, iya." perempuan dengan kemeja putih, juga rok span di bawah lutut itu, turun dari mobil.
Arsha membunyikan klakson, setelahnya, ia putar balik.
Hanya butuh waktu lima menit, dari blog E ke blok D. Arsha telah sampai di mansion miliknya. Ia menyimpan mobil di garasi, setelahnya masuk ke dalam.
Kosong. Ia tak menemui istrinya yang seperti biasa, duduk menantinya di ruang tengah. Fikirnya, mungkin Nawa di kamar. Segera, ia menaiki lift. Ia merasa sangat gerah.
Membuka pintu, terlihat seorang perempuan terbaring di atas ranjangnya. Ia lebih memilih membersihkan diri dahulu, segera ia mengambil handuk juga baju ganti.
Sepuluh menit kemudian, laki-laki itu keluar dari kamar mandi, dengan rambut yang basah dan acak-acakan. Ia mengeringkannya dengan handuk kecil yang ia pegang. Ia telah memakai baju kaos hitam polos, juga celana pendek yang senada.
Ia berjalan, mendekati ranjang. Menatap lekat, wajah perempuan yang terlelap itu.
Pipi gadis itu mulai tirus. Tak setembam dulu. Badannya pun, tampak sangat kurus. Arsha menyadari itu. Rasa tak tega untuk membangunkan gadis itu menyeruak. Tak ada pilihan lain, ia memilih ikut membaringkan tubuhnya juga, di sisi kiri perempuan itu. Ia meletakkan guling, di tengah-tengah keduanya. Ia tak mungkin tidur di sofa, badannya akan sakit-sakit ketika bangun nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSHAWA [END]
Ficção Adolescente[𝗦𝗘𝗕𝗘𝗟𝗨𝗠 𝗕𝗔𝗖𝗔 𝗙𝗢𝗟𝗟𝗢𝗪 𝗗𝗨𝗟𝗨 𝗬𝗚𝗬 (ʃƪ^3^) 𝐂𝐨𝐯𝐞𝐫 𝐛𝐲: @AlettaLousia7 *** Pernikahan yang tak pernah Nawa bayangkan, sedang ia jalankan. Dirinya di jodohkan dengan seorang laki-laki pembisnis besar yang namanya sudah...