"Kelahirannya bukanlah sebuah kesalahan. Ia masih adikmu. Aku bahkan tidak tahu bagaimana bisa terjadi ketika seharusnya kalian memiliki gen serupa justru berbeda dengan si bungsu."
Itulah yang tertulis di surat dengan segel lilin yang ada di tangannya ketika dulu ia baru terima tidak lama ini.
Ciel menaruhnya di meja. Ia menuju jendela besar di ruangan rumahnya. Kendaraan mereka masih di luar rumah, belum pergi setelah mengantarnya sendirian ke mansion. Sebastian juga tengah ia utus untuk melakukan suatu hal.
Ia ingat pertama kali datang ke mansion yang sudah menjadi puing-puing, tidak ada apapun yang selamat. Tapi....
Ciel masih memiliki orang kepercayaan saat dirinya kembali. Namun, Angelina Durless baru menyambanginya setelah setahun mereka hanya bertegur sapa melalui surat atau jika tidak....
JDAK!
Sebastian menepuk tangan layaknya tengah membersihkan debu di telapaknya setelah menutup pintu utama dengan kasar. Ciel yang tengah membaca koran paginya terganggu.
"Siapa itu?" Ciel curiga di depan rumah besar mereka ada orang berbahaya.
"Tidak, Tuan. Hanya lalat merah yang menganggu kediaman tenang Phantomhive," tutur Sebastian tenang dan sopan.
Ciel yakin ada nada mengejek di sana, entah untuk siapa.
"Jangan membuatku turun tangan, Sebastian!" Nada menyentak terdengar kali ini. Ia belum. Jujur.
"Maafkan saya, Tuan. Di depan ada—"
"SEBA–CHAN! KAU JAHAT!"
Ciel terkejut dengan suara manja makhluk tak jelas rambut berwarna merah di pintunya. Tidak hanya dirinya, sang pelayan nampak geram akibat panggilan menyebalkan seorang makhluk yang sejenis dengannya.
Iblis ini....
Ia sampai bingung harus mengumpati bagaimana lagi seakan tak sadar dirinya juga iblis.
"Oh! Bocah!" serunya kemudian mendekati Ciel dengan riang, duduk seenaknya di seberang pemuda dengan sebelah penutup mata hitam.
"Aku hanya menyampaikan bahwa ia akan kemari minggu depan." Grell menyampaikan.
"Ya... kemudian siapkan kamar untuk adikmu. Serta usahakan bersikap manis padanya," katanya sambil berdiri dengan tangan menuding pada Ciel, memeragakan bagaimana Angelina menitipkan pesan pada iblis merah ini.
Sebenarnya tidak usah dicontohkan juga. Grell terlalu senang saja.
Sejak kebakaran padam, Ciel tidak ditemukan di antara puing-puing yang ternyata dirinya berada di benua lain untuk dijual sebagai budak. Ia ingat orang hina itu menyentuhnya pundak telanjangnya, memuji berlebihan atas bersinarnya seorang Phantomhive.
Ia enggan mengingat itu semua.
"Bagaimana keadaannya?" Matanya awas melirik Grell yang curi pandang pada Sebastian.
Ciel nyatanya sedikit lupa tentang saudara kandungnya, yang dirinya ingat hanya kejadian mengerikan selama hidup. Bahkan kenangan masa kecil layaknya cerita dongeng yang tidak pernah Ciel cecap.
Otaknya seakan menolak untuk menyentuh memori manis selama menjadi sulung Phantomhive ketika Vincent, ayahnya dan Rachel, ibunya semasa masih hidup.
Ciel tidak akan menyanggah bahwa dirinya mati rasa.
"Setidaknya secara fisik ia lebih baik darimu—" ucap Grell tertahan saat seketika ia lupa Madamnya mengatakan apa.
![](https://img.wattpad.com/cover/101414474-288-k789989.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Devil: Hatred (Kuroshitsuji FF) ✔️ END
FanfictionSUDAH LENGKAP "Sesama pelayan, tidak harus saling mengintimidasi, bukan?" Alexa setuju dengan pernyataan tersebut, tapi pernyataan kedua ia tolak mentah - mentah. "Termasuk saling mencumbu." Pemikiran cabul hanya dimiliki oleh senior iblisnya, Sebas...