Angela namanya. Sebastian baru ingat bahwa gadis ini mirip dengan salah satu abdi kerajaan yang senang sekali mencari masalah dengannya akibat ketidaksukaan terhadap Sebastian dan Ciel yang menjadi 'Anjing Penjaga Ratu'.
Ranbut putih bersinarnya memikat beberapa manusia, tidak, bahkan hingga setengah tribun penonton hari itu.
Ah! Jangan lupakan bahwa ia penipu.
"Tuan, kita mau kemana?" Suara Angela sarat akan kebingungan sebab Sebastian hanya menyusulnya dan kemudian ia meminta Angela mengikutinya dengan berjalan lebih dulu ke arah gang besar di antara dua gedung.
Langkah jangkungnya terhenti di tengah-tengah kegelapan. Sebastian berbalik dengan jarak lima meter dari Angela, menatapnya tanpa emosi yang jelas.
"Kau bahkan tidak semenarik gadisku," bisiknya lirih, dua detik kemudian ia sudah berada di hadapannya. Melesat dan mencengkram rahang gadis itu.
Sudah ia duga. Ia ditipu. Setidaknya baguslah kalau Angela tidak membuat kontrak dengan iblis itu. Sulit untuk membunuhnya karena di satu sisi jenis mahkluk itu, ia tidak berhak.
Iblis Penyihir meresahkan.
Penyihir bukan Sebastian yang mampu menanganinya.
"Sadarkan dirimu," ujar Sebastian ramah tapi masih belum mengedurkan cengkramannya.
Meskipun kuda itu ada di tempat lain, sihirnya masih ada di sini. Tidak salah lagi. Kuda yang tadi dikendarai Angela adalah dalangnya.
Angela langsung terduduk begitu lehernya bebas, mengerikan sekali ornag yang tadi mengaku tertarik padanya ini. "Jangan kemana-mana."
Kakinya membawa tubuh tegap itu ke kandang sebelah arena. Jeratan sihir ini kuat juga.
"Siapa tuanmu sekarang?" Sebastian tidak yakin kekuatannya murni milik iblis itu. Pasti masih ada hubungannya dengan tuannya saat ini sampai bisa lebih kuat dari sebelumnya.
Ia harus menemukan kudanya terlebih dahulu.
Di jajaran kandang, dirinya tidak melihat eksistensi hewan yang warnanya sesuai dengan kuda milik Angela. Kuda coklat itu hilang.
Berarti bukan di sini. Berbalik, mencari di tempat lain hingga ia rasa ada sesuatu di hutan belantara di belakang arena.
Sepertinya Ciel akan dilayani esok hari olehnya. Ia tidak akan pulang tepat waktu kali ini.
***
Sekolah sudah dibubarkan. Tidak ada kendaraan yang menjemput mereka, jadi Alexa bertanya, "Apakah Tuan sanggup berjalan setidaknya sampai kita menemukan angkutan?"
Di sini sudah sepi sejak sore hari adanya pelajaran tambahan.
"Iya. Tidak masalah." Rei tersenyum. Ia lebih dari mampu untuk menggerakkan kakinya sedikit lebih lama. Anggap saja olahraga.
"Kalau begitu, izinkan saya...." Alexa meraih tas tuannya untuk ia bawa sehingga beban Rei berkurang sedikit.
"Tap—"
"Tidak usah membantah, Tuan. Ini hal yang sudah seharusnya saya lakukan," cegah Alexa saat Rei akan merebut kembali tasnya.
Tidak bisa menolak lagi, Rei pasrah. Perempuan yang tingginya hampir setara dengannya ini iblis. Ia pasti lebih kuat dari Rei.
"Omong-omong, Tuan ingin kemana terlebih dahulu?" tanya Alexa.
Hari ini jadwalnya padat sehingga pulang terlambat. Sebastian juga entah kenapa tidak menjemput mereka, mungkin sudah pulang pikir Rei.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devil: Hatred (Kuroshitsuji FF) ✔️ END
FanficSUDAH LENGKAP "Sesama pelayan, tidak harus saling mengintimidasi, bukan?" Alexa setuju dengan pernyataan tersebut, tapi pernyataan kedua ia tolak mentah - mentah. "Termasuk saling mencumbu." Pemikiran cabul hanya dimiliki oleh senior iblisnya, Sebas...