Pagi ini semuanya dikejutkan dengan seluruh rumah yang mendadak semakin kelihatan megah dan lebih bersih. Kinclong bak kaca yang baru di usap kain sutera. Kediaman Phantomhive tidak sesuram sebelumnya dengan penataan yang lebih hidup.
Ada beberapa mawar merah yang warnanya lebih kontras dari cat dinding mansion putih-emas-coklat muda itu. Vas cantik berisi air gula menahan batang bunga agar tetap segar.
Ciel tadi yang pertama kali panik melihat sekitar ketika bangun mendapati klambu tidurnya tertutup. Padahal biasanya ia enggan menjadikan hiasan tiang ranjangnya itu sebagai pelindung nyamuk. Hanya menambah nilai estetika saja.
"Sebastian!" Cukup sekali memanggilnya tegas, sang pelayan sudah di depan pintu, berjalan dengan meja dorongnya membawakan teh seperti biasa.
Ciel bisa lihat tadi pemuda itu sempat terhenti setelah benar-benar memasuki kamarnya, melihat ke kasur terkejut.
Kalau begitu ini pasti bukan ulah pelayannya meski kadang Sebastian kekanak-kanakan.
"Rapikan." Itu perintahnya sambil ia duduk di kepala kasur menunggu Sebastian selesai dengan klambunya.
"Yes, My Lord."
Setelah kembali seperti semula, Ciel baru bisa kembali minum tehnya dengan tenang. Setelah ini, ia mesti siap-siap untuk pertemuan koleganya yang tak lain adalah salah satu keluarga bangsawan yang berada di atasnya. Bukan, bukan sang ratu. Hanya bangsawan ternama.
"Air mandi sudah saya siapkan, Tuan." Sebastian melapor dengan tangan kirinya masih menggantungkan serbet.
"Hm."
Ciel tidak memerlukan waktu lama untuk dimandikan Sebastian. Begitu pun dengan berpakaian. Setelah menggunakan baju yang telah pelayannya pilih untuk pertemuan penting itu, pasangan pelayan-tuan ini baru benar-benar keluar kamar dan mendapati bagian rumahnya tampak lain.
Sisi suram yang biasanya terlihat tampak lenyap.
Tidak biasanya.
Ciel melirik Sebastian yang dibalas gelengan pelan. Bukan ulahnya.
"Selamat pagi, Tuan. Mari saya antar ke meja makan," tutur Alexa tiba-tiba sudah di hadapan Ciel yang terekjut akibat suara ceria pelayan sang adik.
Apa lagi ini?! Ciel jengah.
Mereka sampai di meja makan yang menampilkan hidangan super banyak dan mewah. Entah siapa yang menyiapkan ini semua, tapi sepertinya Alexa.
Sebastian sedari tadi bersama Ciel, dan pelayanya bilang ia belum menyiapkan makanan. Ciel sendiri untungnya sudah meminta untuk sarapan di kediaman orang yang akan mereka kunjungi.
Tahu-tahu sekarang batal.
Rei yang sudah ada di sana sejak tadi melirik-lirik makanan mana yang sekiranya akan ia santap terlebih dahulu. Pagi harinya tidak jauh berbeda dengan sang kakak.
Alexa sudah berdiri di samping kasurnya dengan poci di tangan, siapa menuangkan teh yang mengepul itu.
Tumben sekali gadis ini sudah bersiap. Apa ia yang telat bangun?
Matanya melirik jam yang ada di meja, tidak terlambat sama sekali. Justru sedikit lebih awal.
"Silakan Tuan. Ini teh Anda. Masih hangat, cocok untuk cuaca dingin saat ini," ucapnya dengan senyum tak pernah lepas dari sana.
Perbedaan sikap ini sebenarnya cukup mengejutkan Rei. Tapi, jauh di lubuk hatinya ia lega. Pelayannya tidak kenapa-napa.
"Mari Tuan, saya mandikan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Devil: Hatred (Kuroshitsuji FF) ✔️ END
Fiksi PenggemarSUDAH LENGKAP "Sesama pelayan, tidak harus saling mengintimidasi, bukan?" Alexa setuju dengan pernyataan tersebut, tapi pernyataan kedua ia tolak mentah - mentah. "Termasuk saling mencumbu." Pemikiran cabul hanya dimiliki oleh senior iblisnya, Sebas...