"Kau baik-baik saja, kan? Benar, kan? Kalau sakit tidak usah bekerja dulu." Sudah berkali-kali Rei menahannya mencapai pintu. mereka akan terlambat menuju sekolah padahal.
"Tuan muda." Raut wajahnya tidak nampak terganggu, tapi nada suaranya seakan jengah. "Saya sudah tidak apa-apa. Sekarang saya lebih kuat dan abadi," di api neraka. Dalam pikirannya melanjutkan.
"Lebih baik kita berangkat sekarang." Alexa membuka pintu untuk sang Tuan.
Meski tak yakin, Rei tetap menurut. Ya sudah kalau sang pelayan benar-benar tidak apa-apa.
Segala perlengkapan sekolah diam-diam dirinya sudah menyiapkan jauh hari saat Alexa tidak ada, tapi ketika melihat ke meja belajar ia meringis.
Bawaannya ternyata menurut Alexa tidak sesuai dan tidak dibutuhkan untuk sekolah.
Maaf saja, Rei mana tahu di sekolah membutuhkan cangkir teh dan tekonya. Lalu, celemek untuk menjaga pakaiannya agar tetap bersih. Jadi, Alexa menyeleksi keseluruhan isi tas dan menggantinya dengan yang cocok.
Meski dirinya sepintar sang kakak, bukan berarti ia pandai mengatur tas dan segala hal yang berbau remeh temeh seperti ini jika karena bukan oleh pelayan.
"Tuan tidak usah memaksakan diri untuk mandiri. Saya masih dapat hidup beribu tahun lagi untuk Tuan," bujuk Alexa untuk bergantung padanya.
Alexa sudah sepenuhnya iblis. Sifatnya lambat laun menyesatkan.
"Kamu jangan coba mengejekku Alexa!"
Dengan wajah merah, Rei berjalan lebih dulu ke ruang makan membuat Sebastian dan Ciel terdiam melihat pasangan majikan-pelayan itu.
Alexa merasa tidak bersalah berjalan menyusul.
Sementara itu, Sebastian dengan tenang melayani Ciel yang sudah kembali pada karakternya.
"Jika ada pertengkaran. Pisahkan saja mereka." Ia memerintah.
Cangkir yang baru diisi mulai diangsurkan ke hadapan Ciel. "Yes, My Lord."
Pagi ini memang semuanya berjalan biasa saja untuk mereka yang tidak peka. Di sekolah, tidak banyak yang penasaran atas hilangnya Alexa beberapa hari, tapi mereka juga tidak memiliki keberanian untuk mendekati dan bertanya kepada Alexa mengenai dirinya.
Ia terlihat semakin dingin dan mempesona sebagai seorang perempuan.
Kali ini Rei bahkan ikut tidak fokus bersama dengan laki-laki dalam kelasnya yang terpana akan Alexa. Gadis itu unjuk diri terus menerus selama.kelas, tidak membiarkan murid pintar lainnya ikut bicara.
"Kalau begini, akan sulit mencegahnya disukai orang lain," bisik Rei geram dengan tatapan yang dilayangkan teman sekelasnya.
Ia harus bertanya pada Sebastian.
****
Langkah kaki Sebastian terhenti akibat seseorang yang berdiri di hadapannya.
Pria bermata sipit ini, ada apa menemuinya?
"Bisa kita bicara?"
Wajahnya tetap sama, dengan senyuman yang ia tampilkan Sebastian setuju untuk berdiskusi dengannya.
Lau, tanpa Ran-Mao di sisinya.
Tumben sekali.
Satu hal yang pasti. Gadis itu tengah berada dalam misi yang Lau perintahkan. Ia hanya tidak tahu apakah misi tersebut mengutungkannya atau justru merugikannya?
Dengan map di tangan, pria tersebut mengarahkan Lau menuju ruangan Ciel di mana pemiliknya tengah rapat. Sebastian sebagai sekretaris dadakan, ia sibuk bolak-balik untuk mengemban tugas yang Ciel berikan.
![](https://img.wattpad.com/cover/101414474-288-k789989.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Devil: Hatred (Kuroshitsuji FF) ✔️ END
ФанфикSUDAH LENGKAP "Sesama pelayan, tidak harus saling mengintimidasi, bukan?" Alexa setuju dengan pernyataan tersebut, tapi pernyataan kedua ia tolak mentah - mentah. "Termasuk saling mencumbu." Pemikiran cabul hanya dimiliki oleh senior iblisnya, Sebas...