Oh wow! 2k dilihat.
Seneng banget. Tapi sedih juga sebab seperti yg bisa dilihat gue makin sulit up serajin kemaren. Bentar lgi masuk tahun ajaran baru. Belom lagi gue revisot-an proposal.
Nggk abis-abis ini tugas.
Sorry buat keterlambatannya. Secepatnya ini bakalan beres.
Enjoy.
***
Finnian kali ini berkunjung ke kediaman Phantomhive secara langsung. Di tangannya sudah ada banyak kertas yang di tumpuk dan diikat agar tidak berceceran. Maklum saja, Finnian tidak memiliki tas untuk itu.
"Selamat datang di kediaman Phantomhive. Ada yang bisa saya bantu?" Alexa yang membuka pintu pagi ini.
Finnian agak gugup kalau yang menyambutnya bukan Sebastian atau Ciel langsung. Pertama kali ia datang dengan pakaian seadanya tidak mencerminkan diri sebagai bawahan bangsawan semacam Ciel, tentu hal ini akan dipertanyakan oleh pelayan rumah kala melihatnya berkunjung.
"Saya ... ingin bertemu tuan Ciel."
Sebenarnya tidak banyak hal juga yang ia lakukan dengan berkunjung begini, tapi Finnian perlu menyerahkan sesuatu.
"Sayang sekali, tuan Ciel sedang tidak ada di sini. Beliau tengah menemui suatu kunjungan dan akan pulang cukup larut tampaknya." Alexa melirik ke bawaan Finnian. "Mungkin ada yang ingin dititipkan agar saya dapat menyampaikannya pada Tuan Muda?" tawarnya pada Finnian.
Finnian tadinya enggan karena berkas ini penting, tapi akan lebih fatal lagi kalau sampai terlambat diberikan sementara ia harus mengintai lagi sebelum targetnya pulang. Ia harus berjualan bunga itu lagi.
"Baiklah. Saya titip ini. Mohon diserahkan kepada tuan Ciel secepat mungkin. Terima kasih sebelumnya, Nona."
Finnian juga tidak akan tidak percaya pada salah satu keturunan Phantomhive yang merangkap menjadi pelayan ini. Berkasnya pasti dijaga dengan baik.
Finnian hanya tidak tahu saja bahwa kemungkinan berkasnya tidak disampaikan sangatlah besar ketika isi dalam tumpukan kertas itu merupakan barang bukti kejahatan yang akan sangat membantu Alexa mengusut sesuatu.
Tentu Alexa akan manfaatkan sebaik mungkin.
"Lebih cepat, lebih baik."
Sahutan dari belakang membuatnya berbalik. "Siapa yang datang?"
Itu Rei yang mengucek matanya, baru bangun tidur.
"Ah, bukan apa-apa," ucap Alexa sambil menyembunyikan tumpukan kertas dibalik tubuhnya selicin mungkin supaya tidak tertangkap tuan mudanya.
"Baiklah." Rei baru akan berbalik menuju tangga, ia ingin beristirahat lebih cepat, tapi langsung kembali berbalik kala ingat alasannya turun. "Tolong buatkan aku sup hangat. Aku akan makan di kamar saja."
Alexa menundukkan kepala. "Yes, My Lord."
Menunggu hingga pemuda itu naik dan berikut suara pintu tertutup terdengar, Alexa baru memegang dengan normal kertas-kertas itu di depan tubuhnya. Sepertinya ia akan ke ruangan Sebastian saja mengingat Sebastian dan Ciel tengah di ruang kerja anak pertama Phantomhive itu.
Ya ... Alexa berbohong.
Lalu, TMI (Too Much Information) saja bahwa Alexa sekarang sepertinya sudah resmi pindah ke kamar Sebastian. Berhari-hari di ranjang yang sama, ia seperti sudah terlanjur nyaman. Semalaman tidak tidur—tidak memejam mata—demi kelancaran rencana mereka, membicarakan segala hal meski harus sebal karena ditemani godaan cabul pemuda itu. Apa gunanya juga istirahat bagi seorang iblis?
![](https://img.wattpad.com/cover/101414474-288-k789989.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Devil: Hatred (Kuroshitsuji FF) ✔️ END
FanficSUDAH LENGKAP "Sesama pelayan, tidak harus saling mengintimidasi, bukan?" Alexa setuju dengan pernyataan tersebut, tapi pernyataan kedua ia tolak mentah - mentah. "Termasuk saling mencumbu." Pemikiran cabul hanya dimiliki oleh senior iblisnya, Sebas...