🐿Twelve, Couple In Mansion

515 69 18
                                    

Oke. Nothing special today, tapi bumbu spesial di story ada.

Nikmati....

***

Semalaman pemilik mansion besar itu tidak terlelap juga meskipun sudah satu jam sejak Sebastian pergi dari kamarnya. Tidak ada alasan untuk dirinya dapat memperhatikan gadis itu terlalu lama jika tidak didasarkan pada motif seperti kepentingan kerja atau yang lain.

Belum lagi, tunangannya sungguh meresahkan. Mudah cemburu.

Andai gadis itu-Lizzie tahu dirinya sudah menyakiti siapa, pasti akan terkejut. Gadis muda zaman sekarang terlalu menakutkan.

Berbaring sambil berpikir cukup lama, akhirnya ia tercenung. Rencana yang baru saja lewat di otaknya, bisakah ia lakukan?

Sepertinya bisa. Tapi tidak untuk sekarang-sekarang ini.

***

Sunyi di hutan yang gelap tidak membuat seseorang yang kini tengah berkuda menjadi ketakutan. Lagipula ia membawa pedang tajam di pinggangnya, untuk apa takut terhadap hewan buas yang ada di sana.

"Benarkah ke sini arahnya, Hannah?"

Ia menjadi ragu kala langkah kudanya justru membawa sang Tuan ke pelosok hutan gelap.

Jika sampai salah arah, tentu Hannah akan menerima hukuman manis darinya. Tidak akan sampai meninggal. Ya ... karena memang bukan di tangannya seorang iblis bisa meninggal, kan?

Kuda yang ditumpanginya meringkik menjawab. Lima menit menunggangi hewan tinggi itu, mereka berhenti di tempat tidak spesifik. Tidak terlihat jejak apa pun yang menarik di sana.

"Kau menemukan sesuatu?" tanya sang tuan.

Kali ini Hannah tidak meringkik, tapi menundukkan diri, menekuk lutut perlahan agar tuan mudanya bisa turun dengan aman dan mudah.

Mengerti, ia menapakkan kaki di tanah cukup basah itu. Ia sedang tidak peduli terhadap sepatunya yang kotor meski Alois Trancy sangat mencintai kebersihan. Kalau bisa menikahi 'kebersihan', sudah lama ia ingin lakukan.

Sayang sekali, ada sebuah obsesi yang lebih besar dari menjadi obsesif terhadap kebersihan.

"Ada apa di sini?" Sepanjang mata memandang, hanya hutan belantara dengan pohon lebat yang menutup langit malam.

Dari langkah kaki kuda, tapal kuda mendadak berubah menjadi sepatu hak hitam dan langkah kelima kaki itu berubah menjadi kaki manusia. Kemudian tak lama pelana berubah menjadi gaun putih pelayan dengan aksen hitam di beberapa tempat.

Hannah berjalan hingga sampai diri di depan sang tuan.

"Tepat di tempat Anda berdiri, saya menemukan jejaknya, Tuan," lapor sang pelayan dengan kedua tangan menangkup di perut sambil menundukkan kepala.

Gadis itu menunduk melihat kakinya yang memang basah oleh cairan kental. Ia pikir itu lumpur sehingga dirinya tak acuh, tapi dilihat lagi dengan bantuan sinar bulan yang mendadak menyorot ke tempat mereka, jelas bahwa itu adalah darah.

Tidak tampak terkejut, hanya saja matanya seperti berbinar. Hannah tahu, tuannya tengah tertarik.

"Apakah lumpur di sini telah dikutuk menjadi gumpalan darah?" Gadis muda tersebut menengadah menatap Hannah yang masih lebih tinggi darinya.

"Kerja bagus, Hannah Annafellows!" pujinya.

Sementara itu, satu-satunya makhluk yang sedari tadi diam mulai turun dari bahu sang tuan ke gaun mengembang yang digunakannya, lalu menuju tanah dengan jaringnya.

Devil: Hatred (Kuroshitsuji FF) ✔️ ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang