Sorry banget, maafin gue. /sujud
Alasan nggak up intinya ada 3, belajar buat UAS sebab nilai UTS gue yg lalu anjlok, gue sekarang lagi bikin proposal yang tenggat waktunya besok (belom sama revisinya sampe bulan depan) , dan gue mesti ikut rapat mulu. Makanya susah dapat waktu.Well. Itu aja yg mo gue sampaiin. Moga chapter ini cukup bisa bikin kalian kenyang.
(╥╯﹏╰╥)ง***
"Nona sudah merasa lebih baik pagi ini. Ia justru menyiapkan makanan cukup banyak untuk menyambut Tuan. Juga, nona bisa mengamuk dengan baik." Sebastian tidak bercanda.
Ciel yang mendengar itu merasa lega. Ia tahu pasti butlernya ini berulah pada adiknya. Pagi ini dirinya baru diberitahu oleh Sebastian bahwa makhluk yang merawat adik bungsu dari keluarga Phantomhive sudah ditemukan, tapi dalam keadaan sudah tidak hidup. Tentu Ciel terkeju karena setahunya Charlotte itu iblis. Untuk nama saja, Sebastian baru memberitahunya tadi.
"Apa ia tidak memiliki niatan menyambanginya?" tanya Ciel penasaran akan respon dari adiknya.
Sebastian menunduk, mengikat dasi tuannya dengan rapi dan longgar agar nyaman. "Sepertinya belum ada. Saya juga belum menanyakannya. Apa perlu sa-"
"Tidak usah. Biar saja ia sibuk mengurusiku. Supaya tidak berduka seperti yang kau bilang."
Secara transparan Sebastian menceritakan akan Alexa yang menangis meraung mendengar kabar kematian Charlotte yang terlambat. Sebagai kakak, tentu Ciel turut berduka dan kasihan. Belum selesai permasalahan soal dirinya yang setengah iblis, ditambah belum juga diberitahukan tentang dirinya adalah anak yang tidak sengaja disembunyikan dari marga Phantomhive, kini harus merasa berduka atas meninggalnya seseorang yang merawat selama belasan tahun.
"Baiklah. Saya harap juga Tuan tidak terlalu menekan Nona."
Ciel mengernyit, menanyakan maksud Sebastian dengan raut wajahnya.
Pelayannya berdiri. Berniat merapikan rambut Ciel. "Akibat sisi manusia yang tersisa, dan dipicu kembalinya memori soal masa lalu, luka yang pernah ada di tubuhnya kembali muncul," tutur Sebastian dengan serius.
"Bagaimana bisa?"
Ciel tentu was-was. Meski tidak melihat langsung, ia masih tahu separah apa luka-luka itu ketika timbul. Sebagai manusia saja, mungkin banyak yang tidak akan bertahan untuk sadar dan memilih dibius saja.
"Apa kita tunda rencana ini lagi?"
Sebastian menggeleng.
"Nona lebih memerlukan sosok yang dewasa ketimbang berkutat dengan yang perlu dilayani. Tuan Rei akan saya rawat dengan baik. Kali ini tunjukkan saja sikap Tuan layaknya kakak sesungguhnya," saran Sebastian dengan tenang.
Mendengar begitu, Ciel menghela napas. Sejujurnya ia sedikit takut akan ditolak.
Mencoba mengenyahkan pemikiran negatif, kini ia beralih topik.
"Lalu bagaimana dengan Rei?"
Meskipun kemarin ia mengganti pakaian adiknya, Ciel tetap berjauhan dengan Rei. Ran Mao dengan gamblang mau mengurusi Rei yang saat ini masih lemah, sekadar menyuapinya dan memberinya obat.
"Tuan Rei sudah lebih sehat. Tapi tidak saya sarankan untuk melakukan kegiatan yang menambah beban pikiran." Sebastian yang akan mengurusnya untuk hari ini sebab Ciel meminta bertukar pelayan. Sesuai dengan rencana yang sempat terhambat beberapa waktu lalu.
Ya, rencana yang Ciel dan Sebastian maksud di kantor salah satunya adalah mengenai ini.
"Hari ini jadwal Tuan tidak banyak. Saya rasa Nona akan lebih mampu menangani ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Devil: Hatred (Kuroshitsuji FF) ✔️ END
FanfictionSUDAH LENGKAP "Sesama pelayan, tidak harus saling mengintimidasi, bukan?" Alexa setuju dengan pernyataan tersebut, tapi pernyataan kedua ia tolak mentah - mentah. "Termasuk saling mencumbu." Pemikiran cabul hanya dimiliki oleh senior iblisnya, Sebas...