Rio baru bisa memejamkan kedua matanya setelah lewat jam dua dini hari, jadi ia kesiangan pagi ini, dengan wajah bantal nya, Rio keluar dari studio mini menuju ke dapur.
Duar
Rio terdiam di depan pintu penghubung ruang tv dan dapur, menatap Jennie yang duduk bersadar pada meja dapur sambil memegang mug kopi, ia memakai hoodie kebesaran milik Rio.
Pria itu jelas tahu, jika Jennie hanya memakai celana dalam saja dibalik hoodie nya, Rio menelan ludah.
"Kopi Oppa?" Tawar Jennie, ia lalu berjalan menuju meja makan, Rio mengangguk, ia yang tak biasa meminum kopi, langsung mau begitu Jennie yang menawari nya, setelah meletakan mug nya, gadis itu membuka kabinet di atas jendela dapur untuk mengambil mug bersih bagi Rio dan membuatkan nya kopi.
"Shit" umpat Rio dalam hati, saat Jennie mengambil gelas, hoodie yang dipakai nya otomatis terangkat keatas, dan nampak lah pantat Jennie sedikit mengintip disana, Rio menunduk menatap milik nya yang mulai menggeliat dibalik celana.
"Rasanya pasti sangat nikmat, saat aku menaikan kaki kanan mu keatas meja, dan menusuk mu dari belakang, sampai kamu berteriak memintaku untuk tidak berhenti" batin Rio mesum.
"Oppa" Jennie membuyarkan lamunan liar Rio.
"Ini kopi nya" Rio pun menerima, dan langsung menyesap nya agar pikiran nya lebih jernih.
"Aku sudah membuatkan sarapan untuk kita oppa, ayo, mumpung semua nya masih hangat" ujar Jennie, mereka pun duduk berhadapan, Jennie mengambilkan dua lembar pancake, lalu menyiram nya dengan madu, sebutir telur rebus setengah matang, dan sosis.
"Ini oppa" ia meletakan nya di hadapan Rio.
"Terima kasih" Rio meletakan mug nya, dan mulai makan dalam diam, sesekali ia melirik Jennie tanpa sepengetahuan gadis itu, Jennie adalah gadis yang kecil, mungil menggemaskan, dan polos, tapi dibalik itu semua, ia menyimpan kekuatan dahsyat, yang mampu meluluhkan serta melemahkan seorang Rio, pria tinggi, besar dengan otot tubuh nya yang padat, pria yang terkenal dingin, angkuh dan irit bicara itu, hanya bisa mengangguk setiap Jennie menawarkan ini dan itu, pria yang selama tujuh tahun hidup dalam keterasingan dan kesepian akan langsung bereaksi oleh gerakan kecil seorang Jennie.
"Tangan ku rasa nya gatal, ingin menyusup ke dalam hoodie mu dan meremas benda kenyal dan padat milik mu" batin Rio menatap Jennie yang menunduk menikmati sarapan nya.
"Kamu membuat milik ku bangun pagi-pagi begini Jenn" keluh Rio dalam hati.
Jennie pov on
"Pagi ini aku tak ingin bangun kesiangan, sebagai tamu, akan memalukan jika aku terlambat, ku buka pintu kamar yang semalaman aku kunci dari dalam, seperti pesan oppa, aku melirik studio mini di samping kamar yang ku tempati semalam, tapi sepertinya oppa belum bangun, merasa tak nyaman, aku kembali ke kamar untuk melepas baju yang sudah ku pakai dari kemarin, dan aku menemukan hoodie milik oppa tergantung dibelakang pintu, ku putuskan saja untuk memakai nya, lalu kedapur untuk menyiapkan sarapan, yang sederhana saja, karena aku tak tahu selera oppa, saat aku sedang menikmati kopi sehabis memasak, aku terhenyak menemukan sosok tinggi besar berdiri di ambang pintu dengan rambut nya berantakan dan wajah bantal khas nya sehabis bangun tidur, ia nampak sexy, dan tampan, kini ia duduk tepat dihadapanku, menyantap masakan ku, ingin rasanya aku duduk dipangkuan oppa dan menyuapi nya, oh God, makhluk apa di depan ku ini? Ia tak melakukan apa-apa pada ku, tapi menatap nya seperti ini, membuat ku merasa lemah, sesuatu dibawah sana berkedut".
Jennie pov off
Rio telah menyantap habis sarapan nya, saat ia hendak berdiri untuk mencuci bekas makan nya, Jennie sudah lebih dulu menahan nya.
"Biar aku saja yang mencuci nya oppa" gadis itu menarik piring kotor di hadapan Rio.
"Tapi Jenn. . ."
"Aku sudah di beri tumpangan semalam, dan sekarang biarkan aku yang membantu oppa" jelas Jennie, Rio menatap Jennie, hatinya kembali berdesir, menerima perhatian dan juga dilayani layaknya seorang suami membuat Rio kembali ke masa dimana ia menjalani hari-hari nya bersama Rose dulu, secara fisik Rose dan Jennie itu beda, rambut Rose pirang, dia tinggi dan ramping, sedangkan rambut Jennie hitam legam, dan bertubuh mungil, tapi mereka memiliki kesamaan, yaitu mampu melemahkan seorang Rio dengan perhatian nya, seakan dua wanita itu adalah kryptonite nya seorang superman.
Krriiinngg. . .
Ponsel Jennie berdering, ia mengeringkan tangan nya sebelum menerima panggilan telpon.
"Hallo"
"Jennie-ahh, aku lupa mau mengatakan sesuatu pada mu, halmeoni sedang menemani oppa mu, dia sakit, jadi halmeoni harus merawatnya, Irene sedang dinas keluar negeri, kamu di rumah sendiri dulu ne, kulkas sudah halmeoni isi"
"Ne halmeoni" jawab Jennie lirih, ia tentu takut jika harus di rumah sebesar itu sendirian, sementara di tempat sang nenek, ia tak punya teman dekat, selain Rio, dia seorang namja, tak mungkin jika Jennie meminta di temani oleh nya, sehari saja tak masalah, tapi jika berhari-hari, tak mungkin tak terjadi apa-apa bukan? Rio menatap wajah gelisah Jennie.
"Ada apa?" Tanya nya
"Halmeoni pergi ke Seoul untuk beberapa hari, dan aku di rumah sendiri" jawab Jennie seolah memberi kode pada Rio, tak ada respon dari pria itu, keduanya malah sama-sama terdiam tapi saling bertatapan.
#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Me, And My Broken Heart
Fanfictionsama-sama mengalami keterpurukan dalam percintaan, akhir nya mereka di pertemukan, dalam keadaan patah hati, Rio yang mencoba menutup diri, setelah kepergian kekasih tercinta, bertemu Jennie yang yang datang dengan sejuta pesona, dan segala hal yang...