Hubungan Jennie dan Rio pun kembali seperti semula, meski Rio masih jarang tersenyum, tapi ia tak marah lagi, dan mengijinkan Jennie ikut ke The Bear saat Rio tampil disana, seperti saat ini, gadis itu menggendong case gitar milik Rio karena ia yang duduk dibelakang.
Jennie dan Rio menoleh mendengar suara mengeong Leo yang berlari kencang menghampiri pemilik nya, ia menggosok-gosokan badan nya di kaki Jennie, sambil berjalan mengitari sela kedua kaki nya, seolah enggan ditinggal, gadis itu menatap Rio, yang tanpa banyak kata langsung mengambil Leo, dan memasukan nya kedalam jaket, kepala kucing itu menyembul keluar, Jennie terkikik gemas melihat Leo yang terlihat sangat lucu berada di dada Rio dan terbungkus jaket, mereka pun kemudian berangkat, kucing itu begitu tenang dan tak banyak berulah, seolah takut jika sampai Rio marah dan ia akan dibuang.
Tiba di cafe, rupanya jam tampil Rio dipercepat, dan langsung naik panggung, karena buru-buru ia lupa mengeluarkan Leo, di tengah-tengah permaianan nya, Leo yang tadi tertidur pun menyembulkan kepala nya dari resliting jaket yang di kenakan Rio, penonton pun menjerit gemas melihat sang gitaris tampil dengan binatang peliharaan nya yang lucu dan imut, Leo menatap bingung kearah penonton, tapi tak mencoba untuk keluar, sampai lagu pertama selesai, Rio pun menarik nya keluar.
"Ikut noona mu ne" ucap nya menyerahkan Leo pada Jennie dengan tangan kanan nya, selesai tampil Rio pun ke ruangan Seulgi bersama Jennie, disana ia memberi Leo sepotong daging dari steak yang ia makan, kucing kecil itu berdiri tegak dengan kaki depan nya bertumpu di paha kiri Rio, menerima suapan daging dan mengunyah nya.
"Akhirnya, dia menerima Leo" batin Jennie bahagia, sambil menunggu penampilan terakhir nya, Rio nampak bermain-main bersama Leo.
"Rio, waktu nya" panggil Seulgi, Rio pun lantas berdiri, keluar mengikuti Seulgi, dan meninggalkan Jennie bersama Leo, hampir tengah malam, dan Rio akhir nya menyelesaikan pekerjaan nya, ia menyusul Jennie hendak mengajak wanita itu pulang.
Ceklek
"Damn you Jennie!" umpat Rio dalam hati menatap gadis itu yang juga manatap kearah nya.
"Dalam keadaan mengantuk dan lelah saja, ia nampak sangat Sexy" batin Rio lagi.
"Ayo pulang" ajak nya, Jennie tersenyum lebar, ia selalu menyukai cara bicara Rio yang lembut namun manly meski hanya kata-kata singkat yang keluar dari mulut nya.
Jennie menyandarkan kepalanya di punggung Rio dan memeluk pinggang pria itu dengan erat, bahkan sampai tertidur, hingga terpaksa Rio menahan tangan Jennie agar tak terjatuh dengan tangan kiri nya.
Rio membiarkan Jennie tetap tertidur untuk sesaat, meski sudah tiba di rumah, mereka tetap diatas motor.
"Bangunkan noona mu Leo" ujar Rio kemudian meletakan Leo kucing itu di bahu kiri nya, ia mengeong beberapa kali tepat di depan wajah Jennie.
"Eenngh. . ." Jennie mulai terusik.
"Kita dimana oppa?" Tanya nya dengan suara serak khas bangun tidur, tengkuk Rio langsung meremang.
"Rumah" jawab nya singkat, Jennie pun turun, sambil mengucek kedua matanya, Rio juga turun sambil menggendong Leo dan membuka pintu rumah nya, gadis itu mengikuti si empu nya rumah.
Rio menurunkan Leo, hendak ke dapur untuk mengambilkan susu buat Leo, Jennie yang masih mengantuk pun segera memasuki kamar Rio.
"Oppa, jangan tidur di sofa, nanti badan oppa sakit, aku tak masalah berbagi ranjang dengan mu" ujar Jennie sambil berjalan memasuki kamar
Deg
Rio terdiam mencerna kata-kata Jennie barusan.
"Jangan membangunkan singa tidur Jenn" batin nya, sementara Jennie ia sendiri terkejut dengan pernyataan nya, kantuk nya langsung hilang, ia sudah terlanjur berbaring diranjang, dan tak menutup pintu nya.
"Sialan Jennie, jangan sampai aku masuk kedalam sana" batin Rio mengumpat, ia mengepalkan kedua tangan nya sambil mengerang untuk mengusir pikiran kotornya tentang Jennie.
Keesokan hari nya, Rio berada di studio mini nya, membersihkan ruangan itu seorang diri, Jennie sendiri sudah pulang dengan Leo tentu dia juga ingin membersihkan rumah sang nenek, pintu studio sengaja Rio biarkan terbuka, karena hanya ada dia saja.
Tiba-tiba terdengar suara denting piano, Rio tak menoleh, ia memejamkan kedua matanya, menikmati alunan piano tadi, sambil membayangkan Rose.
Karena piano di studio mini itu adalah milik nya, dan dia lah yang sering memainkan nya, berduet dengan Rio yang lebih lihai bermain gitar, tiba-tiba Leo berlari masuk, menghampiri Rio dan bertingkah manja, membuat Rio tersadar dari buaian dan bayangan nya tentang Rose, kedua matanya langsung terbuka, nafas nya naik turun, ia menatap nyalang pada Jennie yang dengan kurang ajar nya berani menyentuh, bahkan memainkan piano milik Rose.
"JANGAN SENTUH PIANO ITU!" teriak Rio murka, Jennie tersentak bukan main, ia menatap Rio dengan tubuh gemetar saking takut nya.
"DEMI TUHAN JENNIE, BARU KEMARIN AKU MEMAAFKAN MU DAN SEKARANG KAMU BERULAH LAGI!!"
"TAK ADA YANG BOLEH MENYENTUH PIANO ITU, SELAIN ROSE, ITU MILIK NYA" Suara Rio menggelegar, Jennie menangis ketakutan, tubuh nya gemetar, saat Rio mendekatinya, ia spontan berdiri dan melangkah mundur, keluar dari studio mini.
BLAM!
Rio langsung membanting pintu tepat di hadapan Jennie, gadis itu berlari memasuki kamar Rio, ia menangis meraung takut dengan amukan Rio kali ini, yang tak seperti tempo hari, yang ini jauh lebih mengerikan.
#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Me, And My Broken Heart
Fanfictionsama-sama mengalami keterpurukan dalam percintaan, akhir nya mereka di pertemukan, dalam keadaan patah hati, Rio yang mencoba menutup diri, setelah kepergian kekasih tercinta, bertemu Jennie yang yang datang dengan sejuta pesona, dan segala hal yang...