Air mata Rio terus menetes saat ia menceritakan kisah hidup nya dengan Rose, bagaimana sang istri dengan tega nya meninggalkan Rio bersama janin yang ada dalam kandungan nya, dua nyawa terenggut sekaligus secara paksa, bayangkan keadaan Rio saat itu.
Jennie menggenggam tangan kanan Rio yang terus menangis terisak mengingat kejadian dan adegan tiap adegan yang menyakitkan untuk ia kenang kembali.
"Maaf jika aku belum bisa melupakan nya Jenn, kepergian nya terlalu cepat, dan semua salah ku" rancau Rio sambil menunduk sesenggukan
"Salah ku yang tidak bisa menepati janji untuk selalu menjaga nya" lanjut Rio lagi dalam isakan nya
"Aku adalah pria yang buruk, aku tak pantas untuk mu Jenn, aku takut tak bisa menjaga mu" Rio terus merancau.
"Tidak itu bukan salah oppa" ujar Jennie yang kini berlutut di hadapan Rio sambil menggenggam kedua tangan berotot dan lebar itu, tangan Jennie begitu nampak kecil di sana, gadis itu merasa sakit melihat untuk pertama kalinya ada pria yang menangis sebegitu hebat nya di hadapan seorang wanita, dari situ Jennie mengerti, sebesar dan sedalam apa rasa cinta Rio untuk mendiang istri nya.
"Oppa adalah pria yang bertanggung jawab, oppa adalah pria yang hebat, dan pantas untuk dicintai oleh siapa pun, aku tahu sendiri dan merasakan seperti apa oppa dalam menjaga ku, jangan merasa tak pantas untuk dicintai, oppa sangatlah pantas untuk nendapatkan cinta dari orang yang tepat" tutur Jennie menatap wajah Rio, lalu mengusap air mata yang membasahi wajah tampan nya nan tegas.
Rio terlihat lebih tenang, tangan mungil Jennie mampu menghangatkan hatinya yang sudah sekian tahun membeku.
Jennie lalu memeluk Rio dengan menempatkan pinggang nya diatara kedua paha sang pria yang masih terduduk di sofa.
"Itulah kenapa aku marah saat kamu menghilang di parkiran The Light kala itu, aku takut kejadian Rose akan terulang di tempat yang sama" ujar Rio lagi dipelukan Jennie
"Yaa oppa, aku mengerti sekarang, maafkan atas kejadian waktu itu ne" balas Jennie, Rio mengangguk, gadis itu mengerti sekarang, kenapa Rio sampai begitu keras nya dalam menghajar Jongin, ia melampiaskan amarahnya yang sudah tujuh tahun terpendam.
"Oppa jangan tidur disini ne, ayo kita tidur di kamar mu" Jennie menyeret tangan Rio memasuki kamar, pria itu melirik segelas air putih diatas nakas samping ranjang, dan tanpa bertanya ia langsung meminum nya, Jennie menatap nya dalam diam, terkejut dia.
"Oppa itu. . ." Jennie hendak memberitahu jika itu adalah bekas minum nya yang telah ia teguk sekali.
"Aku tahu" jawab Rio acuh sambil meletakan gelas kosong itu kembali ke tempat semula, ia haus setelah lelah menangis, dan malam itu, untuk pertama kalinya Rio bisa tertidur pulas di dalam pelukan Jennie, dua orang dewasa berlainan jenis, yang mengalami nasib sama, ditinggal orang tercinta namun dengan cerita yang berbeda, patah hati, hanya itu kesamaan mereka.
Pagi nya, Rio bangun dengan wajah yang jauh lebih baik dari selama ini, senyum terukir dibibir nya, seperti ada beban berat yang sudah terangkat dari bahu nya, mungkin Rio sudah lega, perasaan yang dia pendam selama ini, akhirnya dapat ia ungkapkan semua nya pada Jennie yang terlihat sedang membersihkan halaman belakang rumah Rio.
"Pagi oppa" sapa nya
"Pagi" balas Rio
"Aku jogging sebentar ya" pamitnya pada Jennie, gadis itu tersenyum lebar, mengangguk ke arah Rio.
Sepulang jogging, Rio langsung melakukan push up di halaman belakang rumah nya, Jennie mengintip dari jendela dapur, ia pun menghampiri Rio.
Hap
Gadis itu tengkurap diatas punggung Rio yang tengah melakukan push up, sambil melingkarkan kedua tangan nya di bahu sang pria.
"Oppa mau ku masakan apa? Untuk sarapan" tanya Jennie dengan bibir tepat berada ditelinga kanan Rio.
"Sepertinya oat dengan potongan buah segar juga enak" jawab Rio tak merasa keberatan dengan beban yang ada di punggung nya.
"Ok, kopi, teh atau susu?" Tanya Jennie.
"Susu" jawab Rio
"Sekarang atau nanti?" Jahil nya, Rio tak menjawab, ia langsung berdiri untuk menjawab kejahilan Jennie.
"Kyaaaa. . . Oppa. . . " pekik Jennie kaget, takut tapi ia terbahak, kedua kaki nya langsung memeluk erat pinggang Rio dan tangan nya memeluk leher Rio dengan erat agar tak terjatuh, pria itu terbahak, membawa lari Jennie ke dapur tanpa menahan tubuh gadis itu dengan tangan nya.
Jennie turun dari punggung Rio untuk menyiapkan oat permintaan nya, dan Rio sendiri menyiapkan susu untuk Leo, kucing kecil itu berlari dari dalam kamar menyusul pemiliknya di dapur.
"Leo lapar ya?" Tanya Rio, dan seperti tahu jika ia akan mendapatkan jatah susu nya, Leo terus mengeong sambil mengikuti Rio.
Ahjuma Kim tak menganggu sang cucu, ia dan Jisoo adalah saksi hidup yang menyaksikan sendiri, sehancur apa kala Rio ditinggal pergi oleh Rose sang istri, itulah sebab nya kenapa ia dan Jisoo menjodohkan Rio dan Jennie, karena ia ingin Rio kembali seperti dulu, dan bisa menyembuhkan luka di hati nya, dan untuk Jennie, ahjuma Kim tak mau cucu perempuan satu-satunya itu mendapatkan pria yang sembarangan, yang tak ia kenal luar dalam, ia takut Jennie akan jatuh ke tangan yang salah.
Rio sendiri menatap Jennie, memperhatikan setiap gerakan wanita itu yang begitu luwes dalam melayani tentang kebutuhan makan nya.
#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Me, And My Broken Heart
Fanfictionsama-sama mengalami keterpurukan dalam percintaan, akhir nya mereka di pertemukan, dalam keadaan patah hati, Rio yang mencoba menutup diri, setelah kepergian kekasih tercinta, bertemu Jennie yang yang datang dengan sejuta pesona, dan segala hal yang...