HAPPY READING 📖
-----------------------------------------
Malam itu, Zoe menunggu sang kekasih hingga tidak tidur. Panggilan teleponnya tidak dijawab. Ia tidak bisa mendapat kabar ke mana lelakinya pergi. Seharunya Jay pulang dan menanyainya banyak hal. Seharusnya Jay marah di depannya daripada lari seperti ini. Jay lebih baik membuatnya tersakiti daripada harus membuatnya kebingungan karena tak melihat keberadaannya.
"Kau sudah menemukannya, Ben?" Zoe menelpon Ben yang sebelumnya sudah dimintai tolong mencari keberadaan Jay. Pasti Ben lebih tahu ke mana Jay pergi. Ia tidak bisa membiarkan Jay tidak pulang karena ia takut terjadi seesuatu yang tidak menyenangkan. Ben adalah salah satunya cara untuk menemukan Jay.
"Sudah. Aku akan membawanya pulang sekarang."
"Memangnya dia di mana?" tanya Zoe penasaran.
"Kau akan tahu nanti."
"Baiklah, hati-hati." Zoe menutup telepon setelah mendapat balasan menenangkan dari Ben. Ia terus menunggu di ruang tamu hingga Ben datang bersama Jay.
Jam sudah menunjukkan pukul dua malam dan keberadaan mereka masih tidak terlihat. Mata yang sudah mengantuk ini ia tahan untuk tetap terbuka. Jay adalah prioritasnya sekarang daripada mata mungilnya. Ia membekap bantal di perut, menunggu sembari menonton tayangan Boboiboy, animasi buatan Malaysia. Daster pink bunga-bunganya tersingkap karena gerakan kasar, geram mereka belum pulang juga hingga sekarang. Ia jadi kesal dan ingin menangis keras.
Namun, sebelum itu terealisasi, bel berbunyi dan ia tahu sekarang suaminya telah di depan rumah.
Ia buru-buru melempar bantal lembut itu kemudian berlari untuk membuka pintu.
Keterkejutan tampak di wajah mungil yang penuh diselimuti kelelahan. Rasanya ia benar-benar ingin menangis keras karena melihat suaminya begitu berbeda. Dari jarak ini saja ia sudah mencium aroma tak sedap. Kalau bukan alkohol, apalagi? Dan sekarang Jay tampak lunglai lemas dengan pakaian acak-acakan. Entah sudah berapa banyak yang diteguk Jay hingga teler seperti sekarang.
Ben memandang Zoe dengan raut tak terbaca. Ia tidak tahu apa yang terjadi dengan mereka, tapi ini sudah keterlaluan. Seharusnya mereka berdua bisa menyelesaikannya tanpa harus menghindar. Terutama Jay.
Ben meletakkan tubuh besar Jay di atas ranjang, kemudian menggeleng tak mengerti.
"Kenapa bisa begini?" Ia berkacak pinggang, memandang Zoe yang sibuk melepas kemeja Jay.
Zoe mendongak sekilas, lalu mengedikkan bahu. "Semua ini salah paham."
"Salah paham bagaimana?"
Mata yang sudah mengering, berkaca-kaca lagi. Ia tidak tahu apa yang dilakukannya salah atau tidak, tapi tidak seharusnya Jay menyakitinya begini, kan?
"Tadi pagi aku pergi berbelanja. Akhir-akhir ini aku selalu bertemu dengan anak kecil beserta ayahnya. Anak kecil itu menyukaiku. Jadi aku menemaninya karena ternyata dia tidak memiliki ibu. Sebelumnya Jay pun sudah tahu. Tapi ternyata dia tidak suka dengan anak itu, Aku harus apa? Aku tidak merencanakan apa pun untuk bertemu dengan mereka. Memang hanya kebetulan. Apalagi anak itu senang sekali bersamaku. Aku tidak tega untuk mengatakan tidak. Dan tadi, Jay marah karena itu." Zoe memandang Ben dengan air mata bercucuran. Ia tidak mengarang apa pun. Ini benar dari isi pikiran yang bingung karena Jay bisa semarah itu perihal anak kecil. "Apa aku salah, Ben?"
Ben menghela napas keras. Ia sejujurnya tidak tahu harus menanggapi seperti apa karena berdasarkan cerita itu, Zoe tidak salah. Tapi, ia harus mendengar dari sisi Jay juga, kan?
"Aku tidak bisa menyimpulkan kau salah atau tidak. Kalau Jay tidak menyukainya, kau seharusnya tidak melakukan itu."
"Aku tidak pernah berpikir untuk melakukan hal yang di luar kendaliku. Bertemu mereka adalah sebuah kebetulan. Memangnya aku ada merencanakan untuk pergi dengan mereka dan meninggalkan Jay? Aku tidak mengerti letak kesalahanku. Setidaknya jika aku salah, dia menjelaskannya padaku. Bukan menuduh." Zoe mengusap wajahnya dengan lengan, menghapus jejak basah yang mengganggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Mistress and Big Lord
RomancePertama kali publish : 7 November 2021 #SERIES KEDUA ASSISTANT FOR A YEAR# . Keduanya sudah terikat, tak terelakkan perdebatan kecil, keraguan, hingga kemarahan terbesar akhirnya tersulut. Jay yang pemarah, pencemburu akut, egois, dihadapkan dengan...