Chapter - 3. Finally!

663 56 14
                                    

THIS IS WHAT YOU ARE WAITING FOR, GUYSSS!!!!!!!

HAPPY READING 📖

---------------------------------------------

Zoe memilin jemarinya di atas paha. Mendapat tatapan intimidasi dari ibu dan ayah Jay cukup melemahkan kepercayaan diri. Ia semula percaya saja ibu Jay akan menerimanya. Ternyata, ibu Jay-lah yang lebih sering memberinya pertanyaan dengan tatapan menilai. Duduk di sofa yang empuk ini sama sekali tidak terasa menyenangkan. Ia ingin pergi karena tak tahan dengan kecanggungan. Suara-suara dengkusan benar-benar melumpuhkan keceriaannya.

"Jay, aku mau berbicara denganmu." Perkataan ibu Jay—Rosene Gould—tak terbantahkan. Wanita paruh baya itu langsung berdiri meninggalkan mereka.

Jay menghela napas dan berdiri. Ia menatap Zoe sejenak yang dibalas tatapan menenangkan, meskipun ia tahu pemilik bola mata hitam pekat itu sangat gusar. Ia beralih ke ayahnya yang hanya menatap mereka datar. Sial! Apa yang ia takutkan benar-benar terjadi. Di pihaknya pula yang menimbulkan masalah.

Ia menyentuhkan jemari kekarnya ke kepala Zoe dan mengusapnya lembut. "I'm sure everything's gonna be okay."

Zoe mengangguk sembari melempar senyum. "Pergilah. Jangan membuat ibumu menunggu."

Jay menghela napas sekali lagi, kemudian melangkahkan kaki dengan tak tenang. Ia menaiki tangga dan saat hampir sampai, ia menemukan punggung ibunya yang berdiri di dekat jendela sembari bersedekap.

"Mom."

"Jay! Kau gila! Kau akan menikahi anak kecil itu? Banyak wanita cantik dan dewasa dan kau malah memilih perempuan itu?" cecar ibunya, seolah tak terima. "Kau akan dicap pedofil!"

"Aku tidak peduli, Mom. Dia benar-benar berusia 20 tahun! Dia sudah menunjukkan KTP-nya dan kau masih tak percaya?" Jay menatap ibunya cukup miris. Padahal mereka sudah berusaha meyakinkan ibunya perihal usia. Bahkan Zoe sampai menunjukkan KTP-nya agar ibunya percaya.

"Kenapa harus dia?"

"Aku mencintainya, Mom. Aku sangat mencintainya! Tanpanya enam bulan saja aku hampir mati, apalagi tanpanya untuk seumur hidup! Kau mau melihatku seperti mayat?"

Rosene mengembuskan napas. "Kenapa harus dia? Melihat tubuh mungilnya, aku takut kau akan menyakitinya, Jay ...," lirihnya dengan lengkungan yang sebelumya menajam, kini tampak merosot sayu di kelopak mata yang mulai keriput itu.

Bahu Jay ikut merosot. Ia terpejam berapa detik untuk merayakan kelegaan. "Aku tidak akan menyakitinya, Mom. Menyakitinya tidak ada dalam list rencanaku."

"Aku takut suatu hari nanti kau melukainya secara tak langsung. Dia gadis yang kuat, tapi di dalamnya lemah. Aku takut dia makan hati bersamamu."

"Tidak. Aku jamin itu tidak akan terjadi. Aku akan membunuh diriku kalau melakukannya." Jay mencoba meyakinkan, meskipun dari raut ibunya, ia tahu Rosene masih enggan memberi restu.

"Kau benar-benar tak bisa dipercaya, Jay. Setelah tahu kelakuanmu, dia akan makan hati. Kau itu menyebalkan!" Ucapan Rosene bak panah yang langsung menancap dada. Ia menarik napas dalam. Kenapa ibunya bisa seragu itu padahal ia sudah amat yakin tidak akan menyakiti Zoe?

"Mom ...," pasrahnya. Ia tak tahu lagi dengan kata apa harus membuat ibunya setuju. Ia tidak tahu lagi harus membujuknya bagaimana. Semua ini sudah sangat sulit. Jika ibunya tak setuju, ayahnya pun begitu.

"Panggil dia. Aku ingin bicara empat mata dengannya," putus Rosene, tak memberikan kesempatan Jay untuk menolak atau mengatakan omong kosong lainnya. Di hati, ia benar-benar ragu. Dua anak laki-lakinya, membuatnya agak sensitif menerima Zoe karena tahu tabiat-tabiat buruk mereka. Apalagi Zoe masih sangat muda, ia takut lebih rentan terhadap perceraian.

Little Mistress and Big LordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang