HAPPY READING 📖
--------------------------------------
Tiga bulan sebelum pernikahan.
"Baby Zoe, kau yakin akan mengenalkanku pada keluargamu? Jujur saja, dadaku hampir pecah." Jay meremas lengan Zoe begitu erat. Sejak mereka berpacaran dan sekarang hendak dipertemukan dengan keluarga Zoe, ia uring-uringan. Keringat seolah tak berhenti keluar membasahi pelipis, bahkan punggung. Sekarang, sampai di depan rumah orang tua Zoe, seluruh kepanikan yang ia simpan, meluap-luap, bahkan ingin membatalkan niat.
Di samping Jay, Zoe tertawa. Bibir merahnya terbuka, melontarkan kalimat yang semakin membuat Jay kesal setengah mati.
"Berusahalah mengambil hati ayahku. Jangan membuatku kecewa. Pokoknya kita tidak boleh tidak direstui!"
Jay melotot. "Kau pikir mudah? Kau tidak merasakan tanganku dari tadi berkeringat? Kau tidak tahu aku hampir mati berdiri, huh?"
"Ck, aku tahu. Tapi, kan, aku hanya bilang. Bisa saja ayahku tidak merestui. Kalau tidak, bukan dada meledak lagi, tapi semua badanmu meledak dan aku juga akan meledak!"
"Lalu kita akan meledak bersama, mati bersama, dan di surga bersama," jawab Jay asal sembari tersenyum menggoda. Bibirnya digigit sedikit yang malah didapat sinisan.
"Kau pikir mudah masuk surga?" Zoe menyubit lengan Jay kemudian memaksanya berjalan.
"Mudah. Aku punya tiketnya." Jay sengaja berjalan agak lambat. Dalam hati berharap, semoga saja tidak sampai ke sana atau tiba-tiba saja mereka berteleportasi sebentar. Tuhan, kenapa otaknya semakin hari semakin tidak waras? Ini semua karena Zoe! Karena otak halu Zoe, ia pun ikut terbawa! Setelah pulang nanti, akan ia beri hukuman karena mempengaruhi otaknya menjadi ikut gila.
Zoe memutar bola mata. Ia tidak tahu mengapa semakin hari, berdebat dengan Jay mulai tergolong tak wajar. Pria ini tak mau kalah dan ia pun tak mau kalah. Alhasil, perdebatan mereka terkadang tak masuk akal. Tapi ... ia menyukainya.
"Sudahlah, berisik! Ayo, masuk! Kau sengaja memperlambat jalanmu, kan!" Tuduhan Zoe menghadirkan kekehan dari Jay.
"Aku gugup." Jay menampilkan deretan giginya, tersenyum lebar agar tak tampak bodoh. Nyatanya, semakin banyak kata yang keluar, ia semakin tolol. Namun, tak menyadarinya.
Belum saja Zoe membalas, ada sahutan lain yang tiba-tiba membuka pagar pintu yang langsung menampakkan isi rumah itu. Jay langsung gelagapan.
"Zoe, Zoe!" Ia meremas kembali lengan Zoe dan mengganti posisi, berdiri di belakang Zoe karena panik. Tak sadar, ia menarik Zoe agar mereka kembali ke mobil dan membatalkan niat.
"Kau ini! Ayo, masuk!" Zoe mendorong menarik tubuh besar Jay agar berada di sampingnya. Setelah sosok ibunya terlihat dengan wajah kebingungan, ia menyapa hangat. "Hai, Mom."
"Hai, honey." Ibunya—Heanny Sparks tersenyum lebar. Namun, senyum itu berubah menjadi keterkejutan tatkala matanya menangkap tubuh tegap di samping anaknya dengan pakaian kasual. Kaos krem dan celana cokelat, serta alas kaki merk Nike, dan itu adalah Jay Gould! Idola mereka!
"Are you serious, Zoe?" Heanny agak gelagapan apalagi keduanya semakin mendekat. Jika begitu, ia pasti akan dekat juga dengan Jay. "Is that Jay Gould?"
Jay tersenyum manis menatapi ibu paruh baya dengan daster kuning berdiri kaku di dekat pagar. Di otaknya pula, ia malah membayangkan bagaimana Zoe mengenakannya? Pasti lucu. Hahaha, ia tak sabar membelikan Zoe daster pink dengan gambar boneka. Rasanya ia benar-benar memiliki anak dalam wujud calon istri.
"Yes, I am Jay Gould," jawab Jay sembari membungkuk sedikit, mempelajari gaya kesopanan Jepang dan Korea agar ia terlihat sopan di depan calon mertua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Mistress and Big Lord
Roman d'amourPertama kali publish : 7 November 2021 #SERIES KEDUA ASSISTANT FOR A YEAR# . Keduanya sudah terikat, tak terelakkan perdebatan kecil, keraguan, hingga kemarahan terbesar akhirnya tersulut. Jay yang pemarah, pencemburu akut, egois, dihadapkan dengan...