Chapter - 5. Obedient Husband

557 40 6
                                    

HAPPY READING 📖

---------------------------------------------

Sarapan dengan makanan yang enak hasil buatan Zoe, adalah yang terbaik. Dante, Darwin, Dariel, Flynn, Ben, Troy, dan Jay duduk dengan khidmat di lantai yang beralaskan tikar di halaman belakang. Binar tak sabar, hadir di bola mata berbeda warna saat Zoe menghampiri sembari membawa makanan andalannya. Mie ayam.

"Makanan sudah datang!" serunya kemudian ikut duduk dan meletakkan nampan yang berisi mie dan berbagai tambahan-tambahan seperti ayam dan sayur-sayuran.

"Wah, Zoe! Looks delicious!" puji Flynn dengan senyum merekah. Ini kali pertama mereka berkumpul lagi setelah di hari pernikahan. Beberapa bulan belakangan adalah hari privasi masing-masing. Dan sekarang, mereka berkumpul kembali dengan berbagai perubahan. Flynn telah memangkas rambut agak gundul karena mengikuti organisasi kanker, sekaligus mengenang Letta.

Triple D pula memasang tato di tempat yang sama berbentuk daun di leher. Sementara Ben tidak ada yang berubah. Pria itu memang terkesan sederhana dan tak banyak tingkah. Perbedaannya dengan Troy, tadi Troy meminta Zoe untuk mengepangi rambut panjangnya. Meskipun Zoe kurang bisa, tetap saja Troy memaksa. Jadilah hasilnya setengah berantakan, bahkan rambutnya kini kian memanjang. Entah alasan apa Troy tidak ingin memangkas rambutnya.

"Kita bisa mati kekenyangan kalau begini," kata Troy sembari membantu Zoe mengisi jus jeruk.

"Seharusnya kalian membawa pacar kalian ke sini." Zoe menyodorkan jus jeruk yang telah dituang Troy, sementara mereka mengambil porsi mie dan lauk-lauknya sendiri sesuai keinginan dari mangkuk besar.

"Yang ada mereka tak kebagian makan. Kau lupa kami ini rakus?" tutur Darwin kemudian memasukkan mie itu ke mulut menggunakan sumpit. "Memang masakanmu tidak diragukan lagi, Nona."

"Ekhem! Nona?" Jay batuk sekali kemudian menatap Darwin dengan sirat sindir.

Mengerti maksud Jay, Darwin memutar bola mata. "Aku lupa kalau dia istrimu. Maklum, dia terlalu muda untukmu. Untung saja kalian sudah menikah, kalau tidak pasti kutikung. Tapi, Zoe. Kau mau aku menjadi suami keduamu?"

Zoe tertawa keras. Darwin selalu memancing dan ia pun bisa ikut-ikutan mengikuti candanya. Namun, Jay bisa merajuk dan sulit membujuknya. Bukankah membujuk Jay memang tak pernah mudah?

"Boleh. Besok kita menikah."

"Kau mau anak kita berapa?" tanya Darwin santai, seolah tak ada Jay, padahal sosok itu sudah mengibarkan bendera perang terang-terangan dengan memberikan ultimatum berupa dengkusan keras.

"Lima?" kekeh Zoe dengan sirat tanya, sesekali ekor mataya mendapati Jay sok-sok tak peduli.

"Uh, wow. Aku akan menambah staminaku kalau begitu. Kita akan giat melakukannya demi lima anak."

"Ck, diamlah. Lama-lama mulutmu kujahit juga!" tegas Jay, merasa kata-kata Darwin sudah melebihi batas wajar. Di samping Jay, Ben mengelus punggung Jay untuk meredakan kekesalan agar tak terjadi baku hantam.

"Hahaha!" Darwin tertawa nyaring bersama Zoe. Keduanya saling melirik dan menaikkan alis, berbicara melalui tatapan kemudian tertawa lagi. Jay kembali kesal. Entah mengapa mereka berdua bisa sedekat itu untuk menjailinya. Bukan hanya sekali, tapi sudah berkali-kali ia dibuat kesal dengan pertanyaan Darwin yang tak senonoh, dan sialnya Zoe malah ikut-ikutan.

"Ngomong-ngomong, kalian sudah melakukan ... itu?" tanya Darwin dengan kedipan nakal.

"Kau pikirlah, sudah lima bulan menikah dan dia masih tersegel? Kenapa? Kau iri tak bisa merasakannya?" ketus Jay sembari mendekat pada Zoe yang di sampingnya. Ia membuka mulut, bersiap memakan mie yang disodorkan Zoe. Ya, ia minta disuapi tadi.

Little Mistress and Big LordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang