Chapter - 36. Feels Like Tonight

73 7 2
                                    

HAPPY READING 📖

----------------------------------------

Kesepakatan bisnis terjalin. Mr. Lee bersedia menjadi investor pertama mereka sesuai kesepakatan dan beberapa hal yang telah dibicarakan. Saat keluar dari gedung dengan keberhasilan, keduanya masih menempatkan senyum lebar dan tak berniat meruntuhkannya.

"Kita hebat! Aku bangga padamu!" Zoe menoleh setelah mereka duduk di dalam taksi. Kekagumannya pada Jay tidak bisa ia sembunyikan. Pria ini hebat dalam berpikir cepat. Tadi ada beberapa hal yang kurang disetujui, tapi Jay bisa mengembalikan situasi untuk memberi solusi, sehingga mereka mendapatkan kesepakatan sesuai keuntungan kedua belah pihak.

Jay berkata, "Aku juga bangga padamu! Kau bisa menghitung cepat hari ini." Jay tahu kapasitas Zoe dalam menghitung cukup diragukan. Tapi hari ini, Zoe menunjukkan jika perempuan kecil juga bisa menjadi perempuan berkelas dan pintar.

Zoe mengulum bibir karena malu. "Itu tadi aku sempat tegang makanya bisa menghitung cepat. Kalau tidak begitu, aku pasti akan tampil memalukan."

"Kau sudah melakukan yang terbaik." Jay tanpa sadar mengusap pipi lembut itu.

"Kau juga. Kita telah melakukan yang terbaik hari ini." Zoe tersenyum ceria, tak menyangka ketakutannya tadi terbayar lunas. "Aku tidak menyangka Mr. Lee orangnya begitu hangat. Kupikir dia sangat dingin. Aku jadi tidak sabar menceritakan ini pada Ben. Dia pasti akan ikut bangga dengan kita."

Jay mengangguk setuju. Lega sekali setelah kata sepakat itu terucap. Ia tidak begitu ragu tadi karena mengambil kesimpulan jika popularitas mereka cukup menjadi acuan bisnis mereka akan cepat berkembang. Tim yang mereka butuhkan juga sudah ada. Hanya tinggal menambah beberapa saja jika perlu. Ia bangga bisa mengepakkan sayap selebar mungkin dengan inovasi bisnis yang akan dijalankan. Istrinya lebih mengetahui seluk beluk penerbitan, jadi lebih mudah untuk mengontrol operasional perusahaan, dan ia akan mudah untuk melakukan periklanan di masa depan. Bukankah mereka adalah pasangan bisnis terbaik?

"Kurasa kita harus merayakan keberhasilan ini dengan makan banyak. Aku sangat lapar." Jay setuju lagi. Ia juga sangat lapar setelah menggunakan seluruh tenaga otaknya.

Taksi telah menunggu dan mereka masuk, menuju restoran terdekat untuk mengisi perut.

***

"Kau bisa membersihkan diri terlebih dulu," kata Zoe tersenyum kecil dan duduk di sofa sembari berselonjor dan mulai membuka ponsel.

Jay tak merespons, namun melihat Zoe mulai sibuk dengan ponsel, pikirannya melantur.

Setelah beberapa menit, giliran Zoe menggunakan kamar mandi untuk membersihkan diri. Ia berencana ingin mengelilingi California, walaupun cukup takut dengan insiden penembakan semalam. Tapi, jika matahari masih terlihat, bukankah masih aman?

Sebelum masuk, ia menoleh pada Jay yang sedang mengeringkan rambut dengan hairdryer.

"Aku akan keluar hari ini. Kau mau menemaniku?" Matanya agak membulat, seolah membujuk Jay untuk setuju.

"Hm."

Mendengar gumaman itu saja membuat ia senang bukan main dan mulai mempercayai jika mereka akan berbaikan segera. Gunung es yang membeku benar-benar telah mencair perlahan dan itu pasti. Hampir saja ia berjingkrak dan meninju udara saking bahagia. Jika bukan begini, ia pasti akan memeluk lelaki itu dari belakang dan memberinya beribu kecupan basah.

Berkeliling di California ditemani orang tercinta, bagi Zoe adalah suasana terbaik yang tidak akan ia lupakan. Belum lagi musim di September ini berada di fase musim gugur, membuat suhu menjadi tidak terlalu panas dan cocok untuk menikmati berbagai hiburan. Awalnya ia mengira akan pergi sendiri dan merana, tapi Jay berada di sampingnya sekarang. Ia merasa seperti mimpi, tapi ini nyata.

"Ayo ke sana!" Zoe merapatkan jaket kulitnya lalu menarik pergelangan tangan Jay untuk mengikutinya ke arah band jalanan.

Mereka menikmati lagu Check Yes, Juliet dari band rock We The Kings yang di-cover oleh band kecil yang terdiri dari satu vokalis, satu drumer, dan dua gitaris.

Melihat keantusiasan istrinya, Jay tanpa sadar tersenyum. Ia ikut menikmati lagu-lagu yang dibawakan sampai selesai dan beberapa kali ikut bernyanyi jika ia tahu lagunya.

"Tadi itu menyenangkan!" Zoe bersorak senang. Ia sempat ikut bernyanyi bersama vokalis tadi dan itu adalah pengalaman terbaiknya. Untung saja suaranya tidak begitu buruk.

Jay mengangguk setuju dan untuk keadaan hatinya, sejak insiden kecil yang mengerikan, hati yang masih marah, mendadak tidak lagi diselimuti iblis. Ia merasa jika keadaannya seperti ini, mereka akan kembali hangat layaknya pasangan. Tanpa sadar, ia menggigit bibir untuk menahan senyum. Semua yang mereka lalui seharian ini membutakan akal sehat. Mereka selayaknya pasangan normal yang tidak berselisih. Mereka selayaknya Jay dan Zoe yang selalu tebar senyum dan kemesraan. Ia bahkan tidak sadar jika mereka sudah berbagi makanan yang dibeli di street food.

"Asyik sekali! Lain kali kita harus berlibur ke Bali! Aku melihat referensinya di internet, ada babi guling yang lezat!" kata Zoe sembari mengunyah sosis bakar yang dibalur saus keju hingga berlumeran di sekitar mulut.

"Masa?" Jay menggigit sosis keju yang disodorkan Zoe sembari menatap gemas perempuan itu.

"Iya! Mereka kuat dengan rempah-rempahan! Tapi enak! Kita benar-benar harus coba langsung di Bali! Dannn, mereka makannya pakai nasi! Tapi betulan enak! Kau harus belajar makan nasi agar bisa lebih kenyang!" Untuk Zoe yang berasal dari keluarga Chinese, nasi bukan lagi makanan asing yang akan membuat mual karena itu adalah makanan pokoknya. Sejak mereka menetap di Amerika, mereka mulai jarang makan nasi karena harga yang cukup mahal. Semua makanan yang murah di Asia, akan mahal di Amerika. Apalagi sejak ia mengenal dan menikah dengan Jay, ia tidak pernah lagi memakan nasi karena Jay tidak memakannya. Mereka jadi lebih sering makan di luar atau memasak sesuatu yang lebih cepat.

"Kau pernah ke Thailand?" tanya Jay tiba-tiba karena teringat dengan pertemuan adik Zoe di salah satu destinasi tempat wisata. Jika Zoe belum pernah, ia akan mengajaknya ke sana.

"Pernah. Tapi tidak banyak tempat yang kukunjungi karena pernah kena curi. Jadi itu adalah pertama dan terakhir aku ke sana."

"Kita harus pergi ke Big Buddha dan Wat Arun."

"Iya! Aku dulu ingin ke Wat Arun! Karena barangku pernah dicuri, jadi aku langsung pulang. Takut berlama-lama di sana. Katanya kalau tidak ke Wat Arun, jangan pernah bilang pernah ke Thailand." Zoe berbicara antusias. Ia senang sekali ada rencana untuk liburan ke tempat-tempat yang bagus untuk dikunjungi hingga badannya bergetar kecil. "Di sana ada pakaian bagus dan murah-murah! Aku tak sabar ingin coba!"

Jay tertawa kecil dan mengelus rambut halus istrinya. "Sebelum ke sana, kita harus ke Taman Golden Gate. Ayo!" Ia merangkul lembut, kemudian mencari taksi untuk mengarahkan mereka ke lokasi.

***

Setelah pintu terbuka yang anehnya tiba-tiba menjadi lebih sulit, Jay mendorong istrinya ke dinding, melanjutkan ciuman yang terlepas sejak pulang dari taman hingga larut malam. Ia membantu Zoe melepas jaket kulitnya dan membuang benda itu ke sembarang tempat. Lengannya mengangkat Zoe, membawanya ke atas ranjang untuk melanjutkan sesuatu yang perlu dituntaskan sejak mereka tidak lagi saling berhubungan.

"I miss you, really miss you," bisik Jay sembari melepas pagutan dan menempelkan dahi mereka.

"Me too, husband," balas Zoe berbisik sembari mengelus permukaan wajah tampan suaminya yang tidak akan tergantikan. Ia mencintainya, sangat mencintainya hingga ia tidak tahu apakah di masa depan ia akan bisa hidup tanpanya.

Jay bangkit, membuka seluruh pakaian hingga tak bersisa dan memagut kembali bibir mungil istrinya yang tidak akan pernah tergantikan.

"Kurasa kau akan bergadang malam ini," kekeh Jay. Ia menciumi istrinya bertubi-tubi. Seinci tubuh itu tidak lepas dari bibirnya.

"I'm ready and always ready." Zoe meremang. Ia sampai menggigil kecil karena sentuhan itu sudah lama sekali tidak dirasakan. Dari ujung kaki hingga kepala ia bisa merasakan aliran darahnya melaju cepat. Kupu-kupu bergumul di perutnya, mengelitik hingga ia seolah tidak lagi merasakan tubuhnya menyentuh ranjang. Melayang terbang, Jay membawanya ke nirwana, pencapaian surgawi yang melegakan.

.

.

.

TO BE CONTINUED

Little Mistress and Big LordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang