Chapter - 16. Meet Randy

91 11 0
                                    

HAPPY READING 📖

---------------------------------------------

Seperti biasa, jika pekerjaan Jay belum selesai, Zoe pasti akan berjalan-jalan ke luar studio untuk mencari udara segar sekaligus cemilan. Jadwal Jay hari ini lumayan padat. Ia malah merasa mereka tidak akan bisa bersenang-senang karena kepadatan itu. Ben pasti akan mengamuk jika mereka abai seperti sebelumnya. Jika saja Jay tidak sering mengabaikan pekerjaannya, mungkin hari ini masih ada hari bernapas untuk berduaan.

Oh, karena itu juga Ben marah. Lelaki itu selalu mengomel, "Kalian itu jatuh cinta tak pakai otak dan tak kenal waktu! Mau bagaimanapun kalian butuh uang untuk hidup! Kalau sudah miskin, makan itu cinta!"

Tetap saja, mereka kadang mengabaikan karena ... ya, tentu saja masih di fase mabuk cinta. Bukankah tidak semudah itu untuk tidak bersenang-senang dengan pasangan sendiri? Ia bahkan selalu merasa merindukan Jay, padahal mereka sangat dekat dan jarang berjauhan.

Kakinya melangkah pasti ke minimarket. Tangannya yang sudah hapal, bergerak lincah mengambil beberapa cemilan dan minuman ion untuk dibagikan juga ke rekan-rekan Jay. Menurut kabar yang ia dengar, Flynn, Triple D—Dariel, Dante, Darwin—juga Troy, akan datang ke studio. Jadi, ia memborong semua makanan yang ada di minimarket ini. Tidak perlu berpikir tentang uangnya karena yang ia pakai adalah kartu debit Jay. Bukankah uang suami adalah uang istri?

Zoe menunduk tatkala merasakan kakinya disenggol cukup keras. Ternyata anak kecil. Saat anak itu mendongak, ia merasa mengenali wajahnya dan tidak asing, tapi ia lupa.

Zoe bisa melihat anak itu tampak terkejut. Saking terkejut, tubuhnya tidak bergerak seperti patung.

"Hei," panggilnya untuk menyadarkan lamunan anak itu yang sepertinya melamun. "Ada yang bisa kubantu?"

Anak itu menggeleng lalu menoleh ke sana kemari seperti mencari sesuatu. Zoe hendak pergi, tapi anak itu langsung berkata, "Tunggu. Aku boleh minta tolong ambilkan susu di atas?"

Zoe mengikuti arah telunjuk kecil itu mengarah. Senyumnya langsung merekah. "Tentu saja boleh. Akan kuambilkan." Kakinya sedikit berjinjit untuk meraih susu yang diinginkan lalu setelah mendapatkannya, ia memberikan susu itu pada anak yang sepertinya ia kenal.

"Terima kasih." Zoe semakin gemas tatkala anak itu menunduk dan berucap dengan malu-malu. Sepertinya ia pernah melihatnya, tapi di mana? Karena penasaran, ia mencoba menggali  memori. Ia tahu bahwa rasa pernah bertemu itu tidak semu. Tapi memang kenyataan. Hanya saja ia lupa. Ingatannya memang payah.

"Aku Randy. Aku pernah ditolong oleh Tante."

Seolah bisa membaca kegusaran perempuan di depannya, Randy mencoba menggali memori karena sepertinya perempuan itu lupa dengannya. Sayangnya, ia saja yang tak pernah lupa.

"Oh, Randy. Kau yang pernah menunggu ayahmu itu, ya?" tanya Zoe untuk memastikan.

Randy mengangguk.

"Jadi di mana ayahmu? Kau tersesat lagi?" Zoe melepaskan pandangan pada Randy untuk melihat sekelilingnya.

"Ayahku ada di bagian sana. Katanya ingin membeli beberapa mie instan."

Mulut Zoe terbuka. "Kau sering makan mi instan? Itu tidak baik, Sayang. Minta ayahmu untuk beli makanan lain, ya. Kau mau sakit?" ceramahnya panjang lebar.

Seperti robot yang telah disetel pengaturan untuk mematuhi perintah tuannya, begitupun Randy yang langsung menggeleng.

"Nah, jadi belilah makanan yang sehat. Sekarang, temui ayahmu. Kau bisa hilang lagi  kalau masih di sini terus, sementara ayahmu malah mencarimu. Lama-lama kalian pun akan saling cari-mencari." Zoe mengajak Randy untuk pergi dengan tangan yang berada di pundak Randy dengan tujuan agar Randy tidak menghilang. Anak kecil sangat rawan untuk menghilang jika tidak dipantau. Mungkin inilah perasaan orang tuanya saat ia terus memaksa traveling. Astaga, ini ternyata rasanya mengkhawtirkan anak. Cukup menggelisahkan.

Little Mistress and Big LordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang