Chapter - 19. New Enemies

96 10 0
                                    

HAPPY READING 📖

---------------------------------------

Jay bersandar nyaman di dada Zoe sembari memeluk tubuh mungil itu dengan erat. Beberapa kali ia memberikan kecupan singkat dan menghirup aroma Zoe yang seperti bayi karena aroma lembutnya. Matanya bahkan hampir tertutup karena rambutnya dielus-elus. Berpelukan memang aktivitas paling nyaman di dunia. Pantas saja banyak pasangan yang suka berpelukan. Selain nyaman, ada rasa yang tidak bisa diungkapkan.

Malam-malam dengan cuaca dingin dan ditemani drama Korea berjudul Taxi Driver adalah pilihan Zoe karena mendapatkan rekomendasinya melalui Facebook, sedangkan Jay tadi lebih memilih menonton Captain Marvel. Makanya sekarang, hanya Zoe yang lebih fokus menonton dibandingkan Jay. Lelaki itu hanya sibuk bermanja-manja, meskipun sesekali menonton.

Zoe terkekeh saat adegan di mana wanita tua yang dipanggil Madam Lim merupakan ketua penipuan telepon sedang berkencan dengan pria tampan yang menyamar sebagai penyedia ponsel dengan nama Wang Tao Zi. Adegan gugup Madam Lim saat sedang melihat pria tampan di depannya sedang mengupas kulit kaki kepiting, mengubah kekehan Zoe menjadi tawa.

Tawanya semakin tak tertahankan ketika Madam Lim tersedak karena melihat Wang Tao Zi makan, persis sekali seperti gadis-gadis muda gugup. Saking tak bisa menahan tawa, Zoe memejam dan memukul-mukul ranjang.

"HAHAHA!" Ia bahkan sudah tak sanggup untuk membuka mata karena ingatan mengenai adegan itu terngiang-ngiang, meskipun ia tahu adegan sudah berganti. Drama ini memang sanggup membuat penonton terpukau dan ia akui ia menyukai drama ini.

Jay menggeleng tak mengerti. Ia malah lebih ke pertanyaan, mengapa perempuan suka sekali menonton drama Korea? Padahal lebih menarik film superhero. Ia tadi menonton sedikit, tapi langsung bingung. Apalagi nama-nama tokoh tersebut sulit diingat. Lidah Amerikanya memang tidak bisa diajak berbelit.

"Mommy!" rengek Jay karena Zoe masih belum berhenti tertawa. Ia kesal karena tubuh yang dipeluknya bergetar dan itu tidak nyaman.

Zoe refleks menoleh dan menaikkan kedua alis, bertanya ada apa, walaupun kekehannya masih belum berhenti.

"Tawamu membuatku kesal," kata Jay dengan mata menyipit.

"Kau tidak lihat itu tadi sangat lucu? Astaga!"

Jay memutar bola mata, tahu kalau sekarang ini ia protes pun tidak akan ada guna. Lihat saja sekarang, setelah ia protes, Zoe mengabaikannya dan malah lanjut menonton dibandingkan harus membujuknya. Uh, dasar perempuan kecil ini!

Jay menoleh pada ponsel Zoe yang tiba-tiba menyala. Ia mengambil ponsel itu, sedangkan Zoe mengabaikan dan tetap menonton.

"Nomor tidak dikenal," gumam Jay lalu bertanya pada Zoe. "Kau tahu nomor ini?"

Zoe menoleh sekilas, lalu menggeleng dengan pandangan kembali pada televisi.

"Kenapa nomor ini menelponmu?"

"Mungkin salah sambung."

Jay mangut-mangut lalu hendak meletakkan ponsel itu lagi, tapi sebuah pesan masuk tertangkap oleh mata.

"Mommy, ini aku Randy. Ini nomor ponsel ayahku." Jay membaca pesan itu dengan suara pelan, kemudian melotot.

"Jelaskan padaku siapa Randy ini. Kenapa kau memberikan nomor ponselmu pada orang  lain?"

Zoe menoleh lagi dengan alis terangkat, mencoba mengingat nama itu. Tak sampai semenit, ia berkata, "Oh, itu. Dia anak yang pernah kutolong. Waktu kami bertemu lagi waktu itu, dia hampir menangis ingin meminta nomorku. Dia juga kasihan karena tidak ada ibu. Karena itulah aku memberikan nomorku padanya. Toh, dia masih anak-anak juga."

Little Mistress and Big LordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang