Chapter - 13. Under Her Control

161 12 0
                                    

HAPPY READING 📖

--------------------------------------

Jay mendelik kesal karena ia merasa menjadi manusia paling bodoh di sini. Senyum yang ia berikan pun adalah senyum paling tak ikhlas sepanjang hari ini.

"Wǒ xiāngxìn tāmen huì zuò dé hěn hǎo," kata Zoe sembari melebarkan senyum. Pria muda asal China di depannya ini begitu manis, sampai ia lupa ada pria di sampingnya yang sejak tadi mengeluarkan aura panas seperti iblis.

"Dàn duì wǒ lái shuō, yǒuxiē shìqíng shì kùnnán de."

Zoe mengerutkan alis. Mereka sebelumnya saling berkenalan karena pria di depannya adalah artis baru yang akan memerankan beberapa aksi dalam drama. Karena ia bisa berbahasa mandarin, maka ia mengajak pria ini berbicara untuk mengenalkan apa-apa saja yang bisa diperkenalkan. Bisa saja mereka menjadi teman baik. Dan tadi, ia mengatakan jika ia percaya bahwa para kru akan bekerja dengan baik nantinya. Namun, pria itu membalas kalau pekerjaannya akan sulit.

"Wèishéme?" tanya Zoe. Pria bernama Jackson itu menggaruk pelipisnya.

"Wǒ de yīngyǔ bùshì hěn hǎo." Jackson terkekeh kecil dengan pipi agak memerah. Ia berkata jujur jika ia cukup malu karena bahasa Inggrisnya yang kurang bagus. Apalagi aksen China-nya akan terdengar cukup kental. Jika orang Eropa datang dengan bahasa Inggris beraksen Australia atau British, maka yang paling lucu adalah aksen India atau China.

Zoe tertawa. "Nǐ bùyòng dānxīn. Nǐ xíng de! Wǒ xiāngxìn nǐ. Jiā yóu!" Ia mengepalkan tangan, kemudian memajukannya ke udara. Baginya, tidak ada yang tidak bisa dilakukan. Jackson hanya tidak percaya diri. Lambat laun pun, Jackson pasti akan terbiasa. Biasanya, aksen-aksen seperti itu akan mendarah daging kalau berteman dengan sesama yang punya aksen. Karena teman-teman Jackson yang dasarnya Asia, maka aksen berbahasa Inggrisnya pun akan kental dengan aksen Asia.

"Your accent is good and beautiful," puji Jackson. Ia mendengar beberapa kali Zoe menggunakan bahasa Inggris yang sepertinya sudah fasih sekali. Dari aksennya kental seperti orang Amerika asli.

"Because she is my wife. I can teach her any time." Itu suara Jay yang sejak tadi teredam, kini mengeluarkan kegagahannya. Enak saja mereka berbicara berdua tanpa sadar ia ada. Memangnya ia nyamuk pengganggu?

"Yeah, you both are so lucky." Zoe semakin senyum-senyum tak karuan. Ia senang sekali kalau sudah dipuji. Rasanya seperti terbang ke awan dan lupa kalau kakinya masih menginjak bumi.

"Nice to meet you, Jackson. But, we gotta go. So, bye and have a nice day." Jay merangkul istrinya kemudian membalikkan tubuh mungil itu agar tidak berbicara lagi. Ia sudah cukup kesal dan jangan tambah kekesalannya dengan acara sok ramah itu. Sudah cukup.

Zoe melambaikan tangan dengan kepala menghadap belakang, tapi badannya tetap menjauh. Setelah sesi berbincang dengan Jackson selesai, ia ingin mengutarakan apa yang ada di otaknya tadi pada Jay.

"Kau kenal Jackson Wang?" tanyanya sembari merangkul balik pinggang Jay.

"Itu siapa lagi, sih? Kau ini banyak sekali lelaki di kepalamu. Aku heran. Bisa-bisa mereka datang padaku dan mengaku kalau mereka itu suamimu!" gerutu Jay yang dibalas tawa kencang Zoe.

"Kau ini ada-ada saja!" Saking tak kuat dengan tawanya sendiri, ia meletakkan kepalanya ke dada Jay dan tertawa di sana.

"Apa kata-kataku lucu? Kau hari ini membuatku kesal tak tentu arah, baby Zoe. Kau membuatku sangat kesal. Dan itu tadi apa? Kau bahkan sengaja menggunakan bahasa mandarin agar aku tidak tahu apa yang kau bicarakan dengannya. Kau menyesal, ya, menikahi pria Amerika sepertiku?"

Zoe amat tak sanggup untuk menghentikan tawa. Jika ia dikabarkan mati, rohnya pun akan tertawa karena mati konyol. Ia menarik napas, mengeluarkannnya, menarik napas lagi, lalu mengeluarkannya. Itu terus yang berulang-ulang ia lakukan untuk meredakan kelucuan yang Jay buat. Ia bisa semakin awet muda kalau begini.

"Pertama, Jackson Wang adalah member dari boyband GOT7. Kedua, yang ingin kuberitahu adalah Jackson yang tadi itu cukup mirip dengan Jackson Wang. Kau mau lihat betapa tampannya Jackson Wang?" goda Zoe sembari menyenggol-nyenggol pinggang Jay dengan senyum yang menurut Jay menjengkelkan.

"Aku merasa aku paling tampan. Kalau lelaki tampan yang kau bilang itu, kurasa itu hanya halusinasimu," balas Jay acuh, padahal ia sudah cukup kocar-kacir. Sejujurnya, ia cukup tersanjung dengan orang-orang Asia. Rata-rata, mereka memiliki wajah awet muda dibandingkan dengan orang-orang Barat. Tidak perlu jauh-jauh, istrinya saja memiliki wajah yang ... Oh My God, tidak bisa dijelaskan betapa imutnya. Dan tadi, ia melihat Jackson, semakin menguatkan dugaan jika orang-orang Asia itu memiliki ciri khas awet muda.

Zoe membuka mulut dan kembali mengeluarkan tawa yang tak tertahankan. Ia benar-benar bisa mati berdiri jika Jay mengucapkan sepatah kata lagi.

"Aku ... aku ... HAHAHA!"

Jay melirik sinis istrinya kemudian membuka pintu mobil. "Mau masuk atau tetap tertawa?"

"Gendong." Dengan tawa yang masih belum reda, Zoe mengangkat tangannya seperti anak kecil yang hendak digendong dari depan.

"Minta gendong saja sana pada Jackson." Jay meninggalkannya dan beralih ke kursi kemudi bagiannya.

Tawa yang tadi tersendat-sendat, langsung berhenti. Matanya melotot tak percaya. "Kau meninggalkanku begitu saja, Daddy?"

Tak ada tanggapan, ia segera masuk ke mobil dan mengomel, "Lain kali kalau aku minta tolong pada Jackson, jangan marah! Besok aku akan memintanya jadi suamiku!"

"Ya, silakan saja." Untuk kesekian kali, Jay membalas acuh.

Zoe melotot lagi, kali ini mulutnya terbuka karena sangat tak percaya Jay bisa langsung mempersilakan tanpa berdebat.

"Oh, kau menantangku? Kalau kulakukan, kau yakin jantungmu akan baik-baik saja? Kau pasti akan langsung meninggal di tempat."

"Jadi kau berharap aku cepat mati?"

Zoe melipat lengan di depan dada dan merajuk. "Kau sendiri yang aneh! Aku tadi hanya bercanda, kenapa diseriusin? Kalau aku mau menggatal pada Jackson, sudah kulakukan sejak tadi. Sudah kuajak tidur di ranjangku, tahu tidak!"

Kali ini Jay pula yang melotot dan membuka mulutnya lebar-lebar. "Woah, mulutmu sekarang berani sekali, ya?"

Zoe melirik sinis, lalu bergumam kecil dengan bibirnya yang mengerucut. "Kau yang mulai duluan."

"Aku? Aku yang mulai?" Jay kembali ternganga. "Woah-woah, kau memang sekarang menjelma jadi istri nakal. Kau duluan yang memancing dengan membicarakan si Jackson itu. Kau pikir hatiku tidak terbakar?"

Keheningan melanda dalam mobil itu. Zoe menghadapkan diri ke depan Jay lalu mengeluarkan suaranya yang berupa cicitan seperti anak burung. "Sorry."

Jay memutar bola mata. "Permintaan maaf dengan kata-kata sama sekali tidak kuterima."

Senyum Zoe langsung melebar karena ia tahu apa maksud terselubung dari bibir merah suaminya itu.

"Alright. Aku tahu harus bagaimana!" Dengan gerakan lincahnya, Zoe memasang sabuk pengamannya sembari melanjutkan, "Cepat kita pulang. Aku akan menunjukkanmu sesuatu yang hebat."

Dengan raut yang masih datar, meskipun kini Jay berusaha menahan senyum karena ia tahu jelas apa yang akan Zoe lakukan nanti. Hanya saja, ia tak ingin Zoe besar kepala dengan melihat sekarang ini ia terkesan tak sabar. Sesekali wanita ini memang harus diberi pelajaran untuk menjaga hati. Ia tidak mau diambil alih karena ia sadar, Zoe hampir menyetir kehidupannya seratus persen.

.

.

.

TO BE CONTINUED

Little Mistress and Big LordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang