Chapter - 9. Romantic Day

304 22 0
                                    

HAPPY READING 📖

--------------------------------------------

Lengan melingkar lembut di leher Jay, tepatnya dalam posisi di gendongan punggung saat mereka berjalan-jalan di sekitar tempat kesukaan Jay. Untuk kedua kali, mereka menginjakkan kaki yang menyediakan banyak food truck bertengger di tepi jalan.

Jay membuka mulut, menunggu Zoe menyuapinya dari belakang. Zoe yang menumpukan kepala di sisi kanan leher Jay, menyodorkan ayam krispi yang ditusuk dengan stik kayu ke depan mulut, lalu ia mengeluskan pipi ke leher Jay—bermanja.

Merasa geli, Jay tertawa dengan mulut terisi ayam. Lehernya ia miringkan sedikit, menghindari kelakuan Zoe.

"Geli, Mom." Jay berkomentar setelah mengunyah, meskipun tidak sepenuhnya menelan.

Zoe terkikik geli dan bersandar malas sembari menatapi Jay dari samping. Betapa tampannya lelaki ini. Dari samping, dari depan, dari belakang, dari sudut mana pun Jay enak dipandang. Selain itu, ia betul-betul mensyukuri ia bisa menggaet salah satu model untuk dijadikan suami. Ternyata harapannya dikabulkan karena ia pernah berharap suaminya harus berwajah Barat. Ia bosan jika harus berwajah Asia lagi. Dan ... dia mendapatkannya.

"Janggutmu mulai panjang," komentar Zoe dengan suara kecil dan bibir dimajukan sedikit.

Langkah Jay memelan ketika berada di depan mobil.

"Sepertinya kau sudah ada agenda apa yang harus dilakukan setelah ini."

Zoe tersenyum genit. "Sepertinya Daddy pun tahu apa yang harus kulakukan."

"Alright! Sekarang turun lalu masuk mobil! Kita akan realisasikan rencana itu." Jay agak berjongkok agar Zoe bisa turun dari punggungnya. Setelah Zoe memasuki mobil, ia pun masuk dan menyetir dengan tangan saling bergenggaman.

Sebelumnya, Zoe menyalakan musik sekuat-kuatnya hingga dentuman menggema keluar. Sepertinya pun, beberapa kendaraan yang berlalu lalang dapat mendengar dentuman bahkan teriakan-teriakan seolah ingin menghabiskan suara.

Sampai di rumah Zoe dengan selamat, mereka keluar sembari tertawa dan setelah masuk ke rumah, Zoe langsung melompat dari depan ke arah Jay.

"Gendong!" pintanya manja, yang disambut hal yang sama.

"Nanti cukurkan janggutku, ya?"

"Tenang-tenang, akan kulakukan. Ayo ke kamar!" Zoe semakin merangkak naik dan memeluk Jay dari depan semakin erat, bersamaan Jay melangkah ke kamar mereka dengan tangan yang berada di punggung istrinya.

"Kau tahu betapa aku menyayangimu, Mom?" tanya Jay di sela perjalanan. Ia sengaja memperlambat langkah agar menikmati momen kebersamaan yang sepertinya telah dilakukan berulang-ulang, tapi seolah tidak pernah dilakukan.

"Aku tahu, Daddy! Dan kau tahu betapa aku mencintaimu? Sangat-sangat besar, tinggi, seperti gunung Everest! Kalau aku bisa membawa gunung Everest ke rumah ini, aku akan memasang spanduk-spanduk dengan gambar wajahmu."

"Kau memang mempermalukanku, hm?"

Zoe tertawa renyah. Sangat menggelikan jika itu terjadi. Rasanya ia pun tak akan bisa tidur jika membayangkan wajah Jay bertabur di banyak spanduk. Terkesan lebay, alay, dan norak.

"Hentikan tawamu, Mommy! Sekarang urus bayi besarmu dulu." Jay membanting tubuh Zoe ke ranjang hingga istrinya telentang dan ia pun merangkak naik untuk meraup bibir candunya.

Mendapat balasan Zoe berupa pelukan erat di leher dan pinggangnya, ia tahu akan seperti apa aktivitas mereka siang ini.

***

"Hahaha! Aku tidak bisa." Tangan Zoe bergetar untuk mencukur janggut Jay. Ia ragu dimulai dari arah mana ke mana. Ia pun takut melukai rahang tampan suaminya. Ia takut saat mencukur, malah semakin jelek. Ya, banyak sekali ketakutannya hanya karena tugas mencukur.

"Bisa. Cukur saja dari atas ke bawah." Tangan Jay yang di punggul Zoe dengan balutan handuk putih karena selesai mandi, sesekali menggelitiknya hingga Zoe tersentak-sentak kegelian.

"Stop! Ini bisa jadi jelek, Daddy." Zoe menghindar-hindar dari gelitikan Jay. Namun, tubuhnya mencondong mendekat dan mencukur pelan-pelan yang dimulai dari rahang kiri hingga ke bawah. "Astaga, aku takut pertumbuhan bulunya tidak merata."

Tawa Jay menyulitkannya untuk mencukur karena bergetar-getar. Jay memang sengaja membuatnya susah karena Jay tahu ia ragu. Pria ini memang menyebalkan tingkat dewa.

"Kau tidak mau sesekali mencoba waxing?" tanya Zoe di sela kefokusan mencukur.

Jay yang sedari tadi memperhatikan intens, kini teralihkan dengan bola mata yang diputar. "Sakit, Mom. Jelek pula."

Zoe menumpukan tangan di rahang kanan Jay dan mengelusnya lembut disertai kekehan. "Waxing ketiak?"

"Tidak perlu. Ketiakku sudah seksi. Kau tahu, kalau rambut ketiak pria dicukur itu jelek. Malah lebih bagus banyak rambutnya. Seperti ketiakku, kan?"

Sepertinya tidak ada respons lain dari setiap perbincangan mereka jika tidak diliputi tawa. Bahkan Zoe kini duduk tegak hanya karena melanjutkan tawa yang sempat tertunda.

"Benar sekali!"

Iseng-iseng, Jay mencengkram lembut lengan Zoe kemudian mengangkatnya ke atas, menampakkan ketiak mulus Zoe tanpa pori dan rambut meskipun secuil.

"Mulus!" puji Jay dengan telapak bergerak naik-turun. "Mungil sekali, Mom."

"Hahaha! Coba sekarang ketiakmu." Zoe meletakkan pisau cukur itu ke wastafel dan mengangkat lengan Jay ke atas. "Ini sudah terlalu lebat, Daddy! Mau kugunting?"

"Janggutku saja belum selesai dicukur, Mommy." Jay melayangkan protes. Rasanya agak malu membiarkan ketiaknya disentuh. Bukan apa-apa, rasanya aneh saja.

"Tapi aku lebih tertarik dengan ini." Bujukan Zoe tak lepas dan bibir yang dimajukan jika ada protes halus. Jadinya ia tidak bisa menolak karena gemas. Kenapa, sih, Zoe harus memiliki wajah seimut anak kecil? Ia merasa menjadi ayah yang harus menuruti kemauan anaknya tanpa boleh membantah.

Tangan nakal Zoe berada di lengannya dan merambat ke rambut ketiak yang memanjang. Ia tersentak geli. Namun, kedipan Zoe yang meminta persetujuan, membuatnya menghela napas kemudian mengangguk.

"Aku memang tidak bisa menolak." Saat itu pula jeritan bahagia Zoe melengking hingga menggema dalam satu kamar mandi.

"Tenang saja, aku akan melayani Daddy hari ini!" Zoe menyatukan telapak tangannya dan mengusap-usap cepat seolah telah mencicipi makanan yang sangat enak. "Daannn ... bermesraan satu hari!"

Jay mengambil posisi duduk kemudian menyatukan dahi mereka. Ia mengeluskan batang hidungnya ke hidung mungil Zoe dengan tawa menyenangkan yang langsung tertular.

.

.

.

TO BE CONTINUED

Aneh-aneh aja dua orang ini. Main ketiak pula wkwkwk

Anyway, baca cerita saya yang berjudul BEFORE, ya. Ditunggu kehadiran Anda semua 😘

Little Mistress and Big LordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang