10. Pingsan bohongan

546 122 5
                                    

"Jihyo sama Jaehyun, kalian ini amplop sama perangko ya? Setiap telat pasti berduaan, dihukum berduaan, ibu liat dikantin juga berduaan."

Dua orang yang namanya disebut itu nundukin kepala sok bersalah, padahal dalam hati marah-marah karna ketauan manjat tembok.

"Hello, udah berapa kali ibu bilang untuk gak telat,"

Ibu piket itu nepuk kepalanya sendiri, capek sama tingkah dua murid didepannya. "Sudah, sekarang kalian ke lapangan. Hormat ke bendera sampai ganti jam pelajaran. Jangan buat masalah disekolah dengan berbuat tidak senonoh."

Maupun Jihyo atau Jaehyun, dua orang itu tau apa yang dimaksud ibu ini. Karna memang kejadian itu juga waktu mereka berdua dihukum.

Kejadian itu, kalian tau kan maksudnya?

Dua orang itu mulai jalan kearah lapangan, mulai hormat bendera diawasi sama guru piket yang lain. Jihyo sama Jaehyun meresahkan, makanya guru piket siaga.

"Jae." Jihyo nyenggol Jaehyun tanpa noleh kearah laki-laki yang udah berhenti hormat dan liatin Jihyo.

"JAEHYUN! HORMAT!"

Jaehyun yang kena sorotan mata ibu piket langsung kembali ke posisi sebelumnya.

"Ehm Jae," panggil Jihyo lagi. Kejadian tadi diulangin lagi sama Jaehyun, dia gak hormat dan noleh kearah Jihyo.

"Bego," gumam Jihyo. Emangnya Jaehyun gak bisa apa ngobrol sambil hormat.

"JAEHYUN! Saya pisahin ya kamu sama Jihyo!"

"Gak gak gak, iya bu. Saya hormat, jangan dipisahin dong bu! Nanti kalau Jihyo pingsan gimana?" tanya Jaehyun.

Demi dewa, laki-laki disampingnya ini memang harus diruqyah. Sudah gila stadium berapa sebetulnya Jaehyun? Jelas-jelas guru piket udah mau berubah kayak banteng karna jengkel.

Decakan sebal keluar dari bibir Jihyo. "Jae, lo waras dikit kenapa? Gak punya otak ya? Ngobrol kayak gue kan bisa," omel Jihyo.

"Oh iya."

Jaehyun mulai hormat lagi.

Tanpa manggil nama Jaehyun si bego, Jihyo langsung ke intinya. "Kalau gue pura-pura pingsan, nanti lo langsung acting ya. Dalam hitungan ketiga."

"Satu."

"Hyo, eh gue harus acting gimana?" tanya Jaehyun mulai panik karna bingung harus berekspresi kayak apa.

Bersamaan dengan itu Jihyo udah dihitungan kedua, masa bodo sama pertanyaan Jaehyun.

"Tiga."

Bruk..

Tubuh Jihyo ambruk, tapi sebelum nutup matanya dia sempat senyum ke Jaehyun.

"HYO! JIHYO!"

Oke, ini terlalu dramatis. Jihyo gak meninggal Jae, jangan malah bersimpuh sambil meratapi dengan ekspresi berkabung kayak gini.

Guru piket yang tadinya lagi kipas-kipas pakai dus air mineral-pun langsung berdiri, selanjutnya jalan cepat kearah Jihyo.

Secepat kilat anak PMR bawa tandu setelah ditelepon sama guru piket itu, tapi begonya Jaehyun malah langsung bawa Jihyo digendongannya. Ingin rasanya Jihyo tonjok kepala Jaehyun sekarang.

Tapi Jihyo masih ingat kalau dia lagi pura-pura pingsan.

Berujung anak PMR cengo, bingung harus apa sama tandu yang padahal udah dibuat dengan susah payah sambil kepanikan.

"Jae bego, tadi ada tandu." Jihyo berbisik, beruntung bu piket yang ngawasin dia udah lari duluan ke UKS untuk nyiapin tempat tidur.

Sampai di UKS Jihyo direbahin disalah satu tempat tidur. Guru piket itu bingung harus apa, sebetulnya dia kebelet.

Tapi ninggalin Jaehyun sama Jihyo ditempat ini, kayaknya gak memungkinkan.

Beruntung anak PMR yang bawa tandu tadi udah datang. Dan ibu piket langsung pergi setelah mewanti-wanti Jaehyun kayak gini. "Jangan macam-macam, disini ada CCTV."

Jaehyun keluar UKS dan natap anak-anak PMR. "Mau ngapain?"

"Masuk kak."

Kebetulan yang jaga emang anak kelas sepuluh, jadi makin mudah buat dibohongin. "Dia suka kayak anjing gila kalau baru bangun, nanti yang ada malu dia sama kalian pas sadar sepenuhnya. Gak kasihan?"

"Ehm.."

Dua anak PMR itu saling lihat-lihatan.

"Ya udah kita tunggu sini deh, jangan ma-"

Jaehyun udah melenggang pergi, beruntung Jaehyun milih kasur yang paling pojok, jadi ketutupan tembok.

"Udah hyo bangun gih."

•••

"Gak apa-apa lo? Tadi gue denger berita lo pingsan waktu dihukum?" tanya Yugyeom.

Memang saat ini Jihyo lagi dirooftop, Jaehyun lagi beli minuman sekaligus mampir kelas Chungha. Mau modusin anak orang lagi.

"Bohongan," sahut Jihyo santai, dia nyambar es teh milik Mingyu.

"Sumpah lo makin hari kayaknya makin berani ama kita-kita hyo, gak takut lagi?" tanya Mingyu yang sebal minumannya diserobot Jihyo.

"Gak, lo pada juga gak bakal nyentuh gue," ucap Jihyo sementara jarinya menari-nari diatas ponselnya sendiri.

Sebentar dia lirik Jungkook yang sibuk sendiri sama dunianya, genjreng-genjreng gitar kayak biasa.

"Deketin una kan lo?" tanya Jihyo tiba-tiba.

Jungkook yang emang biasanya paling cuek kayak Eunwoo noleh kearah Jihyo sebentar. "Ngomong ama siapa lo?"

"Lo lah, diem-diem gini gue tau selera-selera lo pada," ucap Jihyo.

"Gak, Eunha yang ngejar-ngejar gue," jelas Jungkook.

"Jangan una deh, bokapnya suka main kasar, kalau sampai dia kenapa-kenapa sama cowok kayak kalian bisa-bisa dia ditamparin," ucap Jihyo.

Dia bilang kayak gitu bukan mau jelek-jelekin keluarga Eunha, tapi dia tau sendiri gimana Eunha suka babak belur dipunggungnya.

Sejenak yang lainnya natap Jihyo, beberapa geleng-geleng kepala.

"Tau gak kalau bokapnya Jaehyun lebih kasar? Suka main tangan juga dari Jaehyun kec-"

Mulut Mingyu langsung kena tabok Yugyeom. Matanya mengisyaratkan Mingyu untuk gak bocorin apa-apa lagi.

Jihyo natap gantian cowok-cowok itu, seprivasi itu kayaknya masalah tentang Jaehyun.

"Udahlah gak usah diceritain, daripada sahabatan lo semua hancur gara-gara ceritain ke gue. Gue juga udah tau kalau Jaehyun gak suka bahas keluarganya," jelas Jihyo panjang lebar sambil angkat bahunya.

Selang beberapa waktu, Jaehyun masuk ke rooftop. Dengan bawa Chungha.

Yang lain melotot. Sementara Jihyo asik mainin ponselnya.

"Jae! Bisa cukup gak sih jangan bawa cewek kesini. Cukup Jihyo yang emang babu lo, yang lainnya gak diterima."

Chungha liat Jihyo lagi asik santai diatas tumpukan meja rusak disana. Selanjutnya berekspresi kesal. "Kenapa cuman boleh Jihyo? Emangnya dia apa sih hubungannya sama kamu? Kan dia cuman babu kamu!"

-TBC-

B.A.B.U [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang