9 - observator

355 28 38
                                    

cerita ini dari dan teruntuk nay!


Sabtu siang telah dilewati setelah pekerjaan selesai dengan sempurna.
Bekerja di hari Sabtu hanya terjadi jika ada hal yang perlu diselesaikan dengan segera, jika pekerjaan itu selesai maka sudah boleh kembali ke rumah masing-masing.

Sebelum pulang, Mafu masih diam di kantornya sembari minum teh untuk menunggu hasil revisi terakhir diletakkan di mejanya.
Hanya ada satu yang kurang bagi tuan muda itu.
Kekasihnya yang masih punya kelas siang, tidak kunjung memberinya kabar.
Mafu pun menunggu si surai biru mengangkat panggilan ponselnya.

"Halo, Mafu?"

"Sora-chan~ udah selese kelas? Mafu jemput, ya?"

Ada jeda sejenak, Soraru terdengar ragu ketika memberikan jawabannya.

"Um, Mafu ngga usah jemput. Soraru lupa bilang kalo hari ini ada janji, jadi mungkin pulang agak telat..."

"Ah, gitu? Sora-chan ada kerja kelompok, ya?"

Tumben, biasanya ia akan bilang sehari sebelumnya.
Mungkin mendadak karena segera jatuh tempo?

"N-naruse minta ketemuan. Tadi pagi baru aja dia minta."

"Oh...? Ketemuan dimana...?"

"Belum tau, tapi nanti pasti Soraru kabarin kalo udah mau pulang. Soraru tutup dulu, ya."

"Ah-"

Panggilan ditutup.
Mafu memandangi cangkir teh yang isinya telah ia habiskan.
Si rambut pink itu lagi??
Dan meminta untuk bertemu dengan kekasihnya, hanya berduaan?
Mencurigakan!
Mafu harus memastikan dengan mata kepalanya sendiri bahwa tidak ada hal yang aneh terjadi.

°

[ 14:11 PM ]

"Eh, baru aja pergi dari sini? Ngga bilang pergi kemananya?"

"Maaf Mafu-san, tapi Naruse cuma bilang kalo dia kerja setengah hari terus pergi..."

Pemilik atelier itu dikatakan pergi dengan berjalan kaki, artinya ia masih dapat dikejar.
Mafu kembali menyalakan mesin mobil, berusaha agar tidak ketinggalan jejak.

Sembari menyusuri jalan, Mafu menggerutu dalam hati.
Padahal si desainer itu tahu kalau berkaitan dengan Soraru, ia harus punya izin dari dirinya.
Namun sepertinya kebaikan dan kecuekan Soraru membuat segala hal jadi mudah untuk Naruse.
Toh hubungan mereka sudah seperti kakak-adik, teman main, dan teman curhat juga.
Mafu tidak punya masalah dengan itu semua... hanya sedikit geram saja.
Sedikit!

°

"Naruse mau jadiin aku model buat konsep baju selanjutnya? Kenapa aku?"

Naruse tersenyum sambil ikut duduk menunggu pesanan bubble tea mereka selesai dibuat.
Matanya berbinar ketika melihat Soraru, dimulai dari kepala hingga kaki.

"Aniki itu, cocok buat konsep yang misterius tapi dreamy. Jadi Aniki bakal jadi muse aku buat koleksi ini! Ada bayaran, kok."

Soraru hanya mengangguk, kemudian berdiri dan mengambil pesanan mereka ketika nomor antrian dipanggil.
Muse, ya?
Ia akan menjadi sumber inspirasi utama sang desainer yang berujung dengan lahirnya mahakarya terbaru.
Kedengarannya seperti posisi yang penting dan spesial.
Soraru masih tidak mengerti kenapa Naruse memilih dirinya...

"Nah, hari ini kita jalan, oke? Nyari bahan sambil window shopping! Sambil curhat juga boleh. Soalnya hari ini Aniki aku pinjem!"

"Ah, Naruse udah bilang Mafu artinya?"

milk tea °Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang