[ 21:57 PM ]
"Mafu-san."
"Mafu-san!"
"Uhh..."
Sudah 5 menit sejak Soraru memanggil nama kekasihnya dan tidak diberikan respon.
Entah apa yang sedang ada di pikiran si albino, tapi pasti ia sedang memikirkan hal-hal aneh.
Mafu tidak bergeming, tatapannya fokus pada ponsel."Mafu-san, kok diem-diem aja pas kupanggil? Halo...?"
Serius, tidak ada respon.
Tuan muda ini tidak sedang stres, 'kan?
Soraru menghela nafas, sepertinya ia harus menggunakan cara lain.
Si surai biru itu mulai mengalungkan kedua lengannya dari samping pada bahu Mafu.
Pipi saling bersentuhan antara keduanya, harap-harap Mafu merespon."Ma–"
"Sora-chan, pernah kepikiran manggil aku pake panggilan yang informal ngga?"
"Eh?"
Akhirnya ada respon.
Tapi apa yang keluar dari mulut si albino ini adalah hal yang aneh."Maksudnya? Panggilan informal tuh kayak gimana..."
"Cukup 'Mafu' aja, gitu."
"..."
Iya, Mafu ingin mencoba apa yang disarankan oleh ayahnya.
Panggilan 'Mafu-san' dirasa memberi kesan kaku dan kurang intim walau keduanya adalah kekasih.
Mafu sesungguhnya tidak punya masalah dengan panggilan saat ini, ia benar-benar hanya ingin mencoba."Tapi... Soraru udah terbiasa manggil pake 'Mafu-san'. Rasanya ngga sopan kalo cuma panggil 'Mafu' doang."
"Masih sopan atuh, 'kan kamu ngga manggil pake panggilan kebon binatang–"
"M-ma...fu?"
Mafu menengok ke arah Soraru, ada binar di matanya.
Tubuh si surai biru diangkat, diposisikan pada pangkuannya.
Bayi kesayangannya itu menolak untuk berhadapan dengannya, alhasil Mafu diberikan tampak belakang milik Soraru."Coba sekali lagi!"
Mafu merehatkan dagunya di bahu Soraru sementara tangannya mendekap pinggang ramping kekasihnya, menunggu panggilan.
"Mafu-san, keinginan kamu lama-lama tambah aneh, deh..."
"Tapi aku mau denger lagi~"
Ada helaan nafas dari pihak yang diminta.
Sembari menggoyangkan kakinya, Soraru memanggil nama tuan muda itu sesuai arahannya sekali lagi."Mafu..."
Rasanya ada yang tertinggal di lidahnya ketika memanggil nama kekasihnya tanpa honorifik.
"Sekali lagi?"
"Hah? Mafu-san–"
"Ma-fu. Untuk sekarang panggilnya Mafu."
Berbeda dengan suara yang tadinya terdengar iseng dan ceria, kini Mafu menggunakan suara rendahnya yang dominan.
Cara curang untuk membuat Soraru mengabulkan permintaannya.
Si surai biru terdiam sebentar, menggembungkan pipi.
Yang dilakukan pasangannya itu sungguh tidak adil.
Sukses membuat ujung telinga dan tengkuknya memerah."Mafu...?"
Suara malu-malu dan lirih terdengar, mengucapkan nama si albino.
Mafu tersenyum puas.
Kecupan kecil-kecil mulai diberikan pada tengkuk si surai biru.
Gemas hanya dengan sekedar panggilan tanpa honorifik yang keluar dari mulut kekasihnya."Uh- geli-"
"Balik pake honorifik aja, kedengerannya lebih natural. Maaf udah minta yang aneh-aneh, ya~"
"Ih, plin-plan."
"Memang~ nanti ada waktunya namaku dipanggil tanpa honorifik sama Sora-chan, kok."
"Soraru ngga pernah ngga pake honorifik..."
"Yahh, liat nanti aja terus dengerin sendiri. Sekarang, ayo ke kamar~"
"Oh? Mafu-san masih ada kerjaan? Kenapa ngga diberesin dari tadi siang, sih..."
Tanpa diketahui oleh Soraru, si albino menampilkan seringai.
"Iya, masih ada 'kerjaan' yang cuma bisa kukerjain pas malem, Sora-chan."
Sofa ruang tengah ditinggal, pintu kamar pun dikunci.
Mafu dengan senang hati akan membereskan 'pekerjaannya' malam ini juga.// seuprit cerita untuk malam minggu, silakan lanjutannya diimajinasikan sendiri~
-pleiadeshush

KAMU SEDANG MEMBACA
milk tea °
Fanfiction[ mafusora ] berisi tentang keseharian seorang tuan muda dengan seorang mahasiswa hampir tingkat akhir pujaan hatinya. cerita awalnya, cek buku sebelah, ya! Mohon maaf bila akan ada: [ OOC, plot klise, bahasa absurd, bucin- ] in bahasa. ( '¬')