15 - home

240 27 15
                                    

Hari itu berat bagi Mafu.
Perusahaan memintanya untuk jadi pihak yang bernegosiasi, dan ia belum begitu mahir dalam hal tersebut.
Sesungguhnya ia hanya menemani ayahnya, namun interaksi yang terjadi hari ini seolah kembali membuka luka lama yang sudah ia lupakan.

'Aikawa-san, putramu tidak terlihat tertarik dengan urusan bisnis begini, Anda yakin memberikan jabatan kepadanya?'

'Dia lebih terlihat seperti apa yang anak-anak jaman sekarang sukai, apa namanya? Sesuatu yang virtual begitu pokoknya!'

'Apa dia bisa mengurus urusan cabang apartemen dan hotel yang Anda miliki di Jepang? Saya masih meragukannya.'

Jikalau demikian, apa gunanya ia tetap belajar bisnis kalau bukan untuk menjadi penerus bisnis keluarganya?
Mafu ingin cepat-cepat mencoret nama perusahaan tersebut dari daftar investor walau ayahnya sudah mengatakan untuk berlapang dada.

Kini waktunya pulang.

|

"Okaeri, Mafu-"

Soraru dikejutkan dengan Mafu yang melengos begitu saja dan segera berjalan menuju kamar mandi tanpa membalas sapaannya.
Jika Soraru tidak salah lihat, wajah si albino begitu masam, ada sesuatu yang terjadi di kantor, sepertinya.
Soraru meletakkan buku bacaannya, dan menunggu Mafu selesai mandi di dalam kamar.

"Ada apa?"

Adalah pertanyaan pertama yang Soraru berikan setelah Mafu selesai mandi.
Mafu tidak memberikan jawaban, hanya duduk diam sembari mengeringkan rambutnya asal-asalan di ujung kasur.
Maka Soraru pun ikut membalas Mafu dengan diam.

Tanpa ada kalimat saling ditukar, Soraru beranjak untuk mengambil pengering rambut.
Ketika Mafu minim bicara, minim ekspresi, hal itu adalah pertanda hari buruk telah terjadi bagi si albino.
Maka setidaknya, hanya tindakan yang bisa berkata-kata jika Mafu tidak ingin berbicara.

Soraru memposisikan dirinya di belakang Mafu dan mulai mengeringkan rambut Mafu dengan telaten.
Rambut si albino masih basah, tidak bisa disebut setengah kering sama sekali.
Jemarinya perlahan menyusuri lembut pucuk kepala dan surai milik Mafu, memastikan setiap helainya kering sempurna.
Mafu masih tidak memberi reaksi apa-apa, namun ia tidak menolak.

Usai rambutnya dikeringkan, Mafu segera menyerang Soraru dengan pelukan walau masih dalam posisi duduk.
Masih tidak ada kata-kata yang dilontarkan oleh kedua belah pihak, namun setidaknya keduanya merasa nyaman.
Soraru mengelus pelan rambut Mafu yang kini telah kering, menjadikan jemarinya sebagai sisir sementara tangan satunya lagi menepuk pelan punggung Mafu untuk beberapa saat.

"Malem ini Mafu mau makan apa?"

"Soraru ngga mau Mafu bertingkah kayak zombie. Makan dulu sebelum tidur, ya?"

Si surai biru perlahan melepas pelukan Mafu dan membuat si albino duduk manis di atas kasur, bersandar pada headboard.
Melihat kekasihnya akan beranjak dan akan meninggalkan dirinya, wajah Mafu semakin menekuk.

"Mafu mau karaage tapi Sora-chan ngga boleh pergi..."

"Soraru disini, kok. Soraru takut Mafu mau sendirian dulu, tapi ternyata ngga, ya? Kita ke bawah terus bikin karaage bareng, yuk?"

Memang cuma si surai biru ini yang bisa jadi obat lelah sekaligus yang mampu melelehkan Mafu.

|

Soraru memang bilang akan membuat karaage bersama, namun nyatanya Mafu hanya ditugaskan untuk menyiapkan alat makan dan memasak nasi.
Tidak, ia hanya ditugaskan untuk menekan tombol 'masak' pada penanak nasi usai seperangkat alat makan telah ditata di atas meja.

milk tea °Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang