Hening.
Sudah hampir 3 jam setelah mereka bertemu kembali dan hanya ada keheningan di antara mereka."Mafu...?"
Tidak ada jawaban.
Seperti biasa, jika Mafu tidak menjawab ketika dipanggil, memasang ekspresi masam, dan memberi jarak kira-kira satu setengah meter dari Soraru...
Itu pertanda ia sedang marah.
Marah pada Soraru.Siang tadi seharusnya mereka bertemu di kafe langganan dan kencan dengan kedok makan siang.
Hitung-hitung karena sudah jarang berkunjung ke kafe milik Shoose.Namun sayangnya Soraru harus membatalkan makan siang itu karena kelas pengganti yang diadakan tiba-tiba setelah kelas paginya selesai.
Setelah kelas pengganti selesai (yang memakan waktu sangat lama bagi Soraru), Mafu memulai sesi silent treatment-nya pada Soraru.
Soraru sudah berulang kali minta maaf.
Lewat chat, lewat telepon yang dibalas keheningan selama 5 menit, dan sampai minta maaf lewat saus tomat omurice yang bertuliskan 'maaf' di atasnya.
Tidak ada satu pun permintaan maafnya yang digubris oleh si albino.Sekarang kedua sejoli ini ada di dalam ruangan yang sama, ranjang yang sama, namun jarak diantara mereka... bagai menghindari orang sakit.
Soraru mengerti bahwa Mafu kecewa, tapi ia tidak menyangka bahwa Mafu akan semarah ini.
Apa ada suatu hal yang ingin Mafu bicarakan dengan serius sampai ketika Soraru tidak bisa datang, membuat semuanya kacau?
Uhh, terkutuklah kelas pengganti!|
Kembali ke keadaan terkini, keadaan masih sedingin kulkas walau musim sudah memasuki musim panas.
Keduanya duduk bersandar pada headboard ranjang, dengan kegiatan yang berbeda.
Soraru yang tengah mengamati perubahan ekspresi Mafu, dan Mafu dengan ponsel di tangannya.Soraru pelan-pelan menggeser dirinya untuk duduk lebih dekat pada Mafu.
Mafu, wajahnya masih merengut, meletakkan ponsel secara sembarang dan menoleh ke arah Soraru, membuat sang kekasih berhenti mendekatinya.Was-was, Soraru beku di tempat.
Oke, Soraru berharap ini hanya sebuah sesi tantrum yang akan mengembalikan Mafu seperti biasanya.
Jujur, ia lebih memilih Mafu yang manja dibanding dingin seperti ini..."Sora-chan diem disitu aja, biar aku yang gerak."
Hm?
Maksudnya? Konteksnya apa?
Soraru hanya memasang wajah bingung ketika Mafu pindah duduk di atas pangkuannya, menatap manik safirnya dengan dingin.
Mafu... bukan tipe yang begitu kalau sedang marah, 'kan?Soraru menunduk, memilih menatap warna selimut dan bersiap untuk mengembalikan kewarasan Mafu jika sampai terjadi hal yang di luar batas.
Yang terjadi adalah Mafu memberikannya pelukan besar.
"Hm?"
"Diem dulu, jangan ngomong apa-apa, aku mau meluk Sora-chan sampe rasa keselku ilang."
Soraru mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum ingin tertawa, tapi ia tidak mau menambah rasa kesal Mafu.
"Mm, peluk yang lama juga gapapa."
"Ish, 'kan udah kubilang jangan ngomong apa-apa..."
Kali ini Soraru tidak mampu menahan senyumnya.
Ia hanya mengangguk dan membiarkan Mafu memeluk dirinya, erat, seperti koala.
Perlahan Soraru mengembalikan pelukan itu, tidak begitu erat tapi setidaknya hangat.
Mengusap rambut dan punggung milik si albino bergantian, Soraru merasa dekat kembali dengan Mafu."...Mafu, Soraru minta maaf."
"Mm."
"Nanti kita atur jadwalnya lagi, gimana?"
"Mm..."
"Itu artinya iya, ya?"
"Mm."
"Uhh..."
Ahh, Soraru angkat tangan.
Tidak ada respon yang dia inginkan walau rasanya hati Mafu sudah bisa dijinakkan sedikit.
Buktinya, Mafu masih setia mengusakkan wajahnya pada ceruk leher Soraru walau tidak memberikan jawaban jelas pada kekasihnya."...besok, Sora-chan ngga ada kelas, 'kan?"
Oh, akhirnya dia mampu bicara seperti biasa lagi.
Walaupun wajahnya masih sedikit menunjukkan ekspresi kesal dan pundung, sudah mau memulai pembicaraan saja sudah lebih cukup untuk Soraru."Mm."
"Besok kita makan siang bareng pokoknya!"
Masih dengan pelukan erat, Mafu menatap si surai biru dengan pipi yang sedikit digembungkan.
Soraru yang melihatnya tentu gemas! Kapan lagi Mafu marah seperti anak kecil begini?(Bukannya tadi ia begitu khawatir akan keselamatannya dan siap 'mewaraskan' Mafu? Yah, apa yang diharap dari pasangan yang tiap hari biasa kasmaran?)
"Mm~"
"Jangan jawab Mafu cuma 'mm' gitu dongg!"
"Lah, tadi 'kan Mafu duluan? Soraru sih ngikut aja."
Tapi Soraru berharap supaya Mafu jangan sering-sering jadi 'anak kecil' juga, sih.
Merepotkan dan membuat senam jantung soalnya."Mafu juga minta maaf, ya."
—
"Inget, kalo kamu marah, mending diem. Tau sendiri kata-kata kamu waktu itu bikin si dia kabur, 'kan?"
"Ehh, bukannya itu juga ngga sehat?"
"Yang ngga sehat itu kalo marah terus ngga diomongin sama sekali dan dipendem. Kalo kamu dah mulai bisa tata rasa marah kamu, baru mulai ngomong sama dia."
"...mm. Masih banyak yang mesti kupelajari, ya?"
Menjaga perasaan seseorang itu sulit, ya?
"Duh, apalagi kalo kalian udah resmi! Pasti belajar terus tiap hari, entah secara hubungan atau kecocokan di ranjang–"
"Mulut tolong dijaga ya, Naruse."
"Ehh, tapi bener, 'kan? Yah, sekarang gimana soal persiapan? Ada lanjutan? Kalo tuxedo sih santai, mau gaun juga sabi, kok."
"Soal itu..."
Masih banyak yang Mafu harus pelajari dan siapkan sebelum hari untuk menjadikan Soraru miliknya secara resmi itu tiba.
// hmmm apakah mereka akan menuju jenjang selanjutnya? hmmm 👀
// cerita terinspirasi dari hasil jajak pendapat mengenai tweet ini:
dan mungkin ru akan apdet cerita lainnya sebelum kembali hibernasi mumpung libur, hehe.
-pleiadeshush
KAMU SEDANG MEMBACA
milk tea °
Fiksi Penggemar[ mafusora ] berisi tentang keseharian seorang tuan muda dengan seorang mahasiswa hampir tingkat akhir pujaan hatinya. cerita awalnya, cek buku sebelah, ya! Mohon maaf bila akan ada: [ OOC, plot klise, bahasa absurd, bucin- ] in bahasa. ( '¬')