17.5 - as you wish

485 20 31
                                    

Mafu bangun lebih awal.
Jam menunjukkan pukul enam, masih cukup waktu untuk kembali ke alam mimpi namun Mafu menolak.
Usai mengumpulkan nyawa, perlahan tubuhnya dibawa duduk, bersandar pada headboard selagi tatapannya kosong.

Kata-kata Soraru kemarin malam terus diputar oleh Mafu dalam otaknya.

"Mafu bebas minta apa aja, tapi besok."

Hari ini, atau lebih tepatnya malam ini!
Ia boleh minta apa saja pada sang suami, dalam hal ranjang tentunya!
Tapi Mafu tidak boleh gegabah, ia harus menggunakan izin langka itu sebaik mungkin supaya Soraru juga ikut menikmatinya!

Sekarang, apa yang harus ia minta?
Banyak yang sebetulnya ingin Mafu coba, tapi ia sendiri tidak yakin Soraru siap sepenuhnya.
Cross-dress mungkin, tapi hal apa lagi yang akan membuat malam nanti jadi lebih menarik?

"Ngg..."

Buyar dari pemikiran sesatnya di pagi hari, Mafu menatap ke arah sang suami.
Soraru masih berada di alam mimpi, tubuhnya setengah meringkuk di dalam selimut, membuat Mafu ingin ikut menghangatkan diri di dalamnya.

Baru saja Mafu mengangkat sedikit selimut untuk masuk ke dalamnya, manik rubi milik Mafu menangkap hal lain.
Posisi tidur Soraru yang sedikit berantakan dari biasanya sukses membuat baju si surai biru ikut terdistorsi.
Alhasil manik rubi milik Mafu berjumpa dengan si pucuk mungil warna persik yang masih malu-malu milik Soraru.

"...Sora-chan tumben tidurnya bandel...? Bentar, beresin dulu bajunya, ya... nanti masuk angin..."

Ucap Mafu sembari dengan segera membereskan baju si surai biru dengan jari-jari agak tremor.
Cobaan pertama bagi orang yang sabar, pikir Mafu.
Malam ini ia akan melumat habis apa yang ia sudah lihat, pikirnya lagi.

°

[ 15:47 ]

Waktu bermanjaan harus selesai karena satu panggilan tiba-tiba yang perlu Mafu angkat, menghasilkan wajah Mafu berubah pucat ketika sambungan telepon mati.

"Sora-chan... aku bener-bener minta maaf, ini ngga kuduga sama sekali..."

"Harus banget diminta kerja padahal kita baru aja nikah?"

Kata-kata itu tajam, sedikit menggores hati rapuh Mafu.
Salahnya juga karena ia hanya minta cuti untuk persiapan pernikahan sampai hari pernikahan selesai, padahal ayahnya sendiri meliburkan diri.

"M-maaf, Sora-chan..."

Memohon dengan mata memelas, Mafu hanya bisa melihat manik safir itu begitu dingin di hadapannya.
Tak lama, Soraru sudah mengacak-acak rambut Mafu.

"Ngga usah minta maaf, Mafu juga punya kewajiban. Toh, kita udah sarapan plus makan siang bareng, main game, terus nonton, 'kan?"

"Mafu mau kerja dimana? Mau Soraru temenin?"

Lelaki yang ia nikahi benar-benar seorang malaikat...
Tapi, ada sedikit rasa kecewa juga di hati Mafu, Soraru bisa saja lebih egois - ia ingin melihat Soraru menginginkan dirinya - namun itu masalah lain waktu.

"Eh- ah, ngga usah Sora-chan! Mafu bakal kerja di kafe bawah aja."

"Yakin? Mafu juga... bisa kerja disini, lho? Kalo mau kopi, kita bisa bikin dulu ato mungkin pesen terus minta anterin kesini..."

Oh.
Kekecewaan Mafu tiada berarti, raut wajah Soraru sukses membuatnya semakin tak ingin beranjak.
Astaga, Mafu tidak ingin meninggalkan Soraru disini sendirian, ia ingin terus memeluk mochi kesayangannya saja.
Tapi, pekerjaan... tetaplah pekerjaan.

"Mafu ngga mau ganggu waktu istirahat Sora-chan. Jadi Mafu sementara di bawah dulu, ya?"

"...mm."

"Nanti kalo Sora-chan mau apa, bilang aja! Nanti Mafu bawain."

milk tea °Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang