Man not Men

375 50 5
                                    

Hoi hoi hoi...

Ga bisa bikin sad scane nih, semoga nyempek ya sedihnya 😭

Happy reading guys ❤

~●●●~

Seorang gadis duduk memeluk lututnya sendiri diatas ranjang kamar nuansa peach. Tangan kirinya tertusuk jarum untuk mengalirkan cairan yang menggantung di sisi tempat tidurnya. Rambut panjangnya kusut, mata sipitnya membengkak hebat.

Kepalanya bertumpu pada kedua lututnya yang ditekuk sebatas dada. Matanya menerawang kearah luar jendela.

Sore itu hujan deras mengguyur salah satu belahan bumi. Suara berisik gemericik air menjadi alunan musik tersendiri. Baekhyun menatapnya kosong. Tiga hari ini ia merasa hampa.

Ponselnya disita oleh ayahnya. Bahkan kamarnya dijaga oleh 2 bodyguard berbadan kekar. Kepala keluarga Byun itu masih enggan mengalah, padahal kondisi putri cantiknya kian memprihatinkan.

Sebelumnya Baekhyun masih keluar kamar hanya saat waktu makan tiba. Meskipun harus dituntun oleh ibunya. Gadis cantik itu seperti boneka manequin tak bernyawa. Dia hanya duduk memandang makanannya. Membuka sedikit mulutnya jika sedikit dipaksa ibunya. Meminum obatnya dan beranjak pergi. Tatapannya kosong. Binar cantik itu ntah sejak kapan menghilang dari sana. Membuat siapa saja melihatnya serasa ikut merasa merana. Tapi tidak bagi sang kepala keluarga. Sejak saat itu sang ayah memilih memasukkan makanannya lewat cairan infus.

"Baek.."

Jongdae masuk ke dalam kamar itu setelah berdebat dengan 2 orang kekar di luar.

Seolah tuli, atensi Baekhyun tidak berubah sedikitpun memandang hujan diluar. Jongdae menatap nanar adik kecilnya. Baru beberapa hari lalu wajahnya bersinar cerah, matanya berbinar cantik, senyumnya lebih lebar dari dulu bahkan suaranya bersemangat. Apalagi saat ia didandani oleh sahabat rusanya itu. Wajah tersipu malunya sungguh membuat siapapun berdebar. Dia terlihat lebih hidup dari sebelum-sebelumnya. Namun melihat keadaannya kini, seolah hal itu hanyalah bayangan semu semata.

Jongdae menarik tubuh ringkih itu kedalam pelukan. Bahkan seperti itupun si mungil tidak bergeming. Masih setia memeluk lututnya. Masih setia dengan tatapan kosongnya. Ia mengelus surai coklat kusut itu sayang.

Ia adalah saksi lika liku si gadis mungil menghadapi pertentangan batinnya. Masih teringat jelas bagaimana perjuangan adiknya melawan perasaannya sendiri. Bagaimana kacaunya dia saat akan memutuskan untuk mulai mencinta.

"Baek, jika kau seperti ini terus Chanyeol akan sangat sedih."

Sebuah nama yang sangat ia rindukan pemiliknya membuatnya bergeming. Ia menatap manik sendu kakaknya.

Sinar kehidupan benar-benar sudah lenyap dari mata sipit itu. Sungguh Jongdae ingin menangis sekarang. Siapapun pendosa itu akan dihukum Tuhan karena membuat sayap salah satu malaikatnya patah. Meskipun itu adalah ayah dari si malaikat sendiri.

"Bawa aku padanya oppa." Sekali lagi,  kalimat itu yang terucap. Setiap Jongdae mengunjunginya hanya kalimat itu yang keluar. Dengan wajah datar tanpa jiwa, mata hampa itu seperti memohon padanya.

"Mian baek.. kurasa waktunya belum tepat." Dan sekali lagi hanya kalimat itu yang bisa Jongdae berikan. Mana sanggup dia mengatakan jika keadaan si pria sama kacaunya? Masih ingat teriakan frustasi laki-laki itu di ruangannya dulu. Ia mungkin sudah pergi meninggalkan si gadis kecilnya ini.

Baekhyun kembali memeluk lututnya dan melanjutkan kembali 'kegiatan' menghitung rintik hujan diluar. Jongdae melepas pelukannya itu dan mengecup lebut kepala adik kecilnya itu.

Story (Chanbaek GS) -END-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang