Acceptance

463 39 1
                                    

~●●●~

"Samchon, bagaimana keadaan Baekhyun?"

"Masih sama Jongdae-ah. Samchon tidak tau lagi harus bagaimana." Tuan Byun meremat rambutnya frustasi.

"Jongdae-ah, apakah kau bisa bicara dengannya?"

"Aku sering mencobanya imo. Tapi mungkin kali ini aku akan berhasil. Maaf aku tidak ada disini saat dia terpuruk."

"Gwenchana.. orang tuamu juga penting. Imo lega mendengar mereka sudah baik-baik saja."

"Lalu bagaimana caramu bicara padanya?"

"Aku bertemu temanku saat merawat appa di Jepang. Dia seorang psikolog. Aku menceritakan kondisi Baekhyun. Ia bilang kondisinya cukup parah. Baekhyun masih memendam semuanya. Itu yang membuatnya seperti sekarang"

"Apa maksudmu?"

"Samchon, imo...." Jongdae menjeda perkataanya, dan menarik nafas panjang. "Apa kalian pernah melihat Baekhyun menangis?"

Hening melanda suasana ruang tengah itu. Hanya sayup-sayup terdengar desiran angin musim semi yang menyeruak masuk dari sela-sela jendela.

Kedua paruh baya itu terdiam. Saling memandang dengan tampang berfikir. Jika diingat mereka tidak pernah melihatnya menangis setelah ia membuka mata pasca oprasi. Manik-manik itu menatap antusias keponakannya, dan menggeleng bersamaan. Persis seperti murid taman kanak kanak yang diberikan pertanyaan sulit oleh gurunya.

~○○○~

Jongdae berjalan pelan menaiki anak tangga menuju kamar adiknya. Dia sudah membulatkan tekad akan membuat Baekhyun sadar dari depresinya. Mungkin ia akan sedikit jahat kali ini. Sayup-sayup ia mendengar suara denting piano dari dalam kamar itu. Melodinya terdengar sangat menyedihkan.

"Baek.." Jongdae berucap pelan saat gagang pintu sudah ia buka. Rupanya gadis itu tak mengunci pintunya kali ini.

"Oppa..." Baekhyun segera beranjak dan berlali memeluk kakak sepupunya itu.

"Oppa kapan datang? Bagaimana keadaan samchon? Apa dia sudah baikan?" Baekhyun tersenyum cerah dengan menggelayut manja di lengan pria yang dianggap kakak kandungnya ini.

Jongdae menatap getir gadis mungil itu. Tidak membayangkan melodi sedih tadi dimainkan dengan wajah senyum cerah gembira seperti ini. Bukankah itu sedikit mengerikan?

"Baek.." Jongdae menatap lurus manik bulan sabit adik manisnya ini. Ia menghembuskan nafas berat. Bukankah ia sudah membulatkan tekad tadi?

"Oppa... oppa kenapa memandangku seperti itu?"

Jongdae menunduk sejenak dan menggelengkan kepalanya.

"Ah, anni.. lagu apa yang kau mainkan tadi?" Jongdae berjalan kearah keybord dan dengan acak memainkan tutsnya.

"Lagu? Molla, aku tak tahu. Jariku bergerak begitu saja."

Tiba-tiba suara melodi terdengar. Jongdae memainkan keybord itu. Menghayati setiap jemarinya menekan tutsnya.

itorok areumdaweotteon
dalppichieotteonga
adeuki gipeojin bamimyeon
sumeotteon geurium gogael deune

jikiji motan yaksokdeuri
byeoldeulcheoreom tteodanin
gin bame bureoon baram geudae sumkkyeorin
geonman gata gweroweotta

Baekhyun terhenyak. Dadanya berdenyut nyeri. Mengapa kakaknya memainkan lagu ini?

seucheoganeun barame naege tteoreojineun
beotkkot ipeun geudael dalma iri sseulsseulhanga
kare ben sangcheo boda deo gipge aryeoon
geudael saegin gaseum

Suara Jongdae memang indah. Vokalnya jernih dan halus. Apalagi jika menyanyikan lagu ballad. Dengan penghayatan itu siapapun akan mudah untuk tersentuh. Tak terkecuali Baekhyun. Mata puppy nya berkaca-kaca, sekuat tenaga pula ia menahan agar tak tumpah.

modeun ge bulpyeonhagimanan
itgo shipdeon gieokdeul
neomeoro cham seonmyeonghage bichi nadeon
neowa hamkke bonaen nanaldeul

"Hentikan" lirih Baekhyun dengan tangan yang mengepal kuat. Ia menunduk dalam. Ada apa dengan kakaknya ini?

seucheoganeun barame naege tteoreojineun
beotkkot ipeun geudael dalma iri sseulsseulhanga
kare ben sangcheo boda deo gipge aryeoon
geudael saegin gaseum

"Berhenti" kali ini suaranya sedikit tinggi. Menegaskan untuk segera mengakhiri lagu memuakan itu.

aseurai heuryeojin dalppiche
seulpi heunnallideon geudae

modeun geotgwa bakkweoseo neol dashi mannamyeon

'Dingg'

"KUBILANG BERHENTI!!" Baekhyun berteriak lantang. Tangannya menggebrak keybord sehingga membuat Jongdae menghentikan nyanyiannya. Matanya berkilat marah, buku-buku tangannya memutih, nyeri di ulu hati ia rasakan. Pipi tembem pink itu kini basah. Atensinya tajam menatap pria tak tau diri yang dengan seenaknya pergi dari nya.

"KAU!!! BAGAIMANA BISA KAU DUDUK TERSENYUM SEPERTI ITU SETELAH SEENAKNYA KAU PERGI BEGITU SAJA HAH?!" Sorot matanya nyalang menatap pria yang melihatnya dengan sendu. Senyum manis juga terukir disana menampilkan dimple di salah satu pipinya.

"Mana... mana janjimu yang mengatakan takkan meninggalkanku? Kemana semua kata-katamu yang bilang akan menjagaku? Mengapa Chan? Mengapa kau memberikanku ini?" Baekhyun merosot kelantai. Tangannya meremat kuat dadanya. Nyeri tak tertahankan membuat pertahanannya runtuh. Ia meraung, menangis mengemis kepada semesta mengapa harus dia yang merasakan penderitaan ini.

Jongdae menatap sayu adik kecilnya yang bersimpuh dilantai. Ia tau jika saat ini Baekhyun melihatnya sebagai Chanyeol. Dia membiarkan gadis itu meluapkan segala pesakitannya yang ditahan selama ini.

"Ini.. ini sangat menyakitkan Chan.. ak.. aku tidak sanggup. Aku tidak bisa.. kumohon.. kumohon..." Isak tangis itu sudah tak bisa terhenti. Bahkan sudah hampir 1 tahun berlalu. Gadis rapuh itu mencoba bersikap biasa saja. Ia mengerti, ia paham kondisi dan situasinya. Tapi seolah hatinya masih menolak untuk mengakui jika kekasih hatinya takkan mungkin bisa ia raih kembali.

Jongdae berjongkok menyamakan posisi dengan gadis malang itu. Sungguh hatinya seakan tercabik-cabik melihat adik manisnya seperti ini. Tapi ia harus kuat sekarang.

"Mianhae bee.. jeongmal mianhae.." Jongdae membawa bahu bergetar itu untuk ia rengkuh. Menepuk punggungnya pelan.

"Ak.. aku mencintaimu Chan.. mi.. mian.. mianhae ak.. aku tidak menceritakan kondisiku.. mian.." suara Baekhyun tersendat akibat tangisan yang tak tau bagaimana cara menghentikannya.

Baekhyun sempat mengira jika Chanyeol marah padanya dengan cara seperti ini. Dengan tidak jujur mengenai sisa waktunya. Waktu itu Baekhyun terlalu takut. Seandainya ia menceritakan dari awal mungkin Chanyeol akan lebih mudah menerima seperti waktu Jisoo dulu. Tapi Baekhyun enggan. Egonya masih terlalu tinggi dengan segala ketakutannya sendiri. Sekarang menyesalpun rasanya sudah tidak ada gunanya.

"Bagaimana ini? Aku merindukanmu.." ucap Baekhyun lirih sebelum terjatuh dalam lelap.





Tbc~

Huuaaa, author juga kangen sama mas pcy 😭

Huehehehee...
Bacanya sambil dengerin Cherry Bloosom nya Chen yaa...

Last chap->

Story (Chanbaek GS) -END-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang