Anger

380 37 0
                                    

~●●●~

Butiran butiran salju turun dengan perlahan. Kepingan kepingan es itu jatuh cantik menyapa permukaan. Seoul hari ini lebih berwarna. Lampu-lampu hias warna merah dan hijau memenuhi jalan yang tak kenal sepi. Pohon-pohon berhias bintang di puncak menjadi pemanis sudut sudut bangunan.

Coat tebal panjang menjadi fashion item terlaris bulan ini. Mulai dari warna soft hingga semencolok umbul-umbul festival. Semua ludes terjual.

Keramaian tak kunjung usai meskipun hari sudah menunjukkan pukul 11 malam. Malah semakin padat pasangan-pasangan mabuk asmara mengelilingi pohon pinus di tengah alun-alun kota.

Baekhyun mengerjap pelan melihat butiran salju turun dari balik jendela ruangannya. Pendar cahaya lampu menerobos tirai putih kamar itu. Ia kembali terpejam. Apakah hari ini malam natal?

"Salah satu wishlist ku adalah bisa menghabiskan malam natal bersamamu"

"Itu terlalu sederhana bee. Ada yang lebih spesial? Sesuatu yang ingin kau lakukan di malam natal?"

"Ehm.... mungkin... menikah denganmu"

Bayangan raut wajah sendu itu kembali berputar di kepalanya. Saat itu Chanyeol hanya tersenyum simpul dan mengusak kepala si mungil. Namun siapa sangka itu adalah cara si pria menanggapi perkataan kekasihnya yang tak mungkin bisa ia wujudkan.

Malam natal harusnya merupakan malam keajaiban dimana saat kau menerima hadiah dari Santa atas perilaku baikmu sepanjang tahun. Tapi tidak bagi gadis cantik mungil itu. Hadiah? Persetan!

Gadis itu sudah bisa bernafas sendiri dengan hidung kecilnya. Atensinya masih datar menatap pendar lampu diluar. Fikirannya masih dipenuhi umpatan kepada sang kekasih.

Brengsek! Bajingan! Kurang ajar! Pria tak tahu diri! Beraninya ia meninggalkannya sendiri? Setelah semua malam manis yang mereka lalui bersama? Egoisnya ia memberikan jantung bodohnya ini padanya?

17 tahun Baekhyun menyiapkan diri bertemu dengan Tuhan dengan segala bekal perilaku baik selama hidupnya. Ia sudah sangat amat siap bertemu dengan Tuhan dengan segala macam persiapan. Beraninya pria itu mendahuluinya? Disaat ia bahkan tak punya bayangan untuk hidup?

Orang-orang sekitarnya juga ikut ambil bagian dalam persengkokolan dengan Tuhan bukan? Penawaran yang gila menurutnya. Menukar nyawanya dengan nyawa lain. Sepertinya terlalu banyak orang tuanya membayar untuk rumah sakit ini.

Siapapun akan sangat berterima kasih jika diberi kesempatan hidup kedua. Tapi tidak dengan ironi menyebalkan seperti ini bukan?

Ia mendengar ungkapan cinta, sayang dan sikap protektif itu setiap hari. Pelukan hangat, cumbuan mesrah. Apakah itu hanya omong kosong? Sebetulnya apa maksud pria yang mengaku cinta mati itu padanya? Apa yang dimaksud cinta sampai rela mati dalam maksud yang sebenarnya seperti ini? Baekhyun tak butuh itu.

Dahi sempitnya berkerut. Memikirkan dimana letak kesalahannya, sehingga membuat kekasihnya memilih meninggalkannya selamanya. Apakah karena ia ingin menikah dengannya? Atau karena ia semakin dekat dengan Kris? Atau karena saat ia tak sengaja menyinggung soal Jisoo? Tak satupun jawaban ia temukan. Bukankah intinya hanya satu? Pria itu Park Brengsek Bajingan Chanyeol.

Story (Chanbaek GS) -END-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang