Setelah sesi curhat dengan Gizka, kini Cindy pulang ke kosannya. Namun ditengah perjalanan ia melihat seorang yang ia kenal sedang berciuman disebuah taman, ia memberhentikan mobilnya dan memfokuskan penglihatannya, ternyata benar bahwa yang ia lihat adalah Zefan.
"huft, bang Zefan itu sama siapa lagi astaga! Gue harus gimana, kenapa gue bisa hamil anak playboy itu coba!" dengan hati dongkol dan sedih ia segera melajukan kembali mobilnya hingga sampai kosan.
Dikosan Cindy hanya diam termenung memikirkan nasibnya kelak. Ia mengusap perut datarnya, sungguh ada pikiran untuk aborsi, namun ia mengingat perkataan Al untuk tidak menggugurkannya. Ia harus membicarakannya dulu dengan Zefan. Cindy tak mau tau, bagaimanapun ia yang harus bertanggung jawab.
"hah, yaudah gue gak akan ngegugurin lo dek, siapa tau lo yang bakal jadi presiden negara kita nanti kan? Terus bahagiain emak lo deh." ucap Cindy sambil mengelus perutnya.
Menit berganti menjadi jam, hingga kini waktu sudah malam namun Cindy masih diam diterlas kosannya. Ia melihat kamar sampingnya yaitu kamar Zefan, sepertinya tak ada tanda tanda ada orang disana. Sejujurnya Cindy juga bingung memikirkan bagaimana cara memberitahu Zefan mengenai kehamilannya, apalagi jika memikirkan bahwa Zefan memiliki banyak pacar, sudah dipastikan bahwa Cindy akan memiliki banyak musuh nantinya.
"ish, gimana gue ngomongnya ya? Terus entar gimana nasib gue kalo Zefan gak mau nikahin gue?" monolog Cindy.
Cindy tau apa yang akan dikatakan oleh Zefan nanti pasti adalah hal negatif, jadi dari sekarang ia harus menyiapkan mental dan juga hatinya agar tak terlalu sakit jika ucapan Zefan tepat seperti apa yang ada dipikiran Cindy. Asik bengong, hingga Cindy tak merasakan ada seseorang yang duduk disampingnya.
"WOY! Ngelamun aja lo!" ucap Zefan.
"astaga bang Zef, kapan lo sampenya?"
"baru." Hening tak ada yang bicara lagi, Cindy sedang memikirkan bagaimana cara ia menyampaikan berita ini kepada Zefan, ia tak ingin salah menyampaikan dan berakhir harus mengaborsi anaknya sendiri.
"ekhemm!" Zefan hanya fokus pada ponselnya dan tak menghiraukan Cindy.
"EKHEMM!" deheman Cindy lagi, membuat Zefan melihat ke arahnya.
"kenapa si lo? Gatel ya tenggorokannya, sini gue garuk!"
"gak ko!"
"jadi kenapa, hm?" tanya Zefan lembut.
"emm, meningan masuk dulu yuk, gue mau ngomong sama lo."
"lah, ngomong aja biasanya lo langsung ngomong kan?" heran Zefan.
"ini urgent banget!" jawabnya, Cindy berdiri dari duduknya langsung masuk kedalam kamar, Zefan pun mengikuti Cindy dari belakang dengan perasaan heran dan juga tak enak, karena jika Cindy seperti ini pertanda apa yang akan dibicarakan oleh Cindy penting.
"ck! apaan si lo so' misterius gini." ucap Zefan heran, bgitupun Cindy ia hanya bisa menghela nafas saja.
"Yaudah, to the point aja, gue hamil." ucap Cindy enteng.
"fftt! Hahaha anjing lo ya becanda nya lucu!" Zefan menertawakan ucapan gila Cindy yang tak akan mungkin terjadi.
"babwang Zefanku yang tampan, coba lo liat tampang gue emang lagi becanda ya?" Zefan melihat wajah Cindy namun sepertinya wajah Cindy hanya memancarkan keseriusan.
"what the-"
"eh jangan ngumpat, anak lo bisa denger nanti." potong Cindy.
"lah yang bener Cin? Lo hamil? Anak gue?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband Is A Playboy [End]
Romance[[WARNING!!!]] TIDAK COCOK UNTUK ANAK ANAK🔞 Sequel Of My Friend My Baby Boy _________ Sudah beberapa tahun Cindy memendam perasaanya pada seorang laki laki yang bernama Zefan Amarald Arshi, seorang pewaris tunggal dan juga sahabat lelakinya dari se...