Part. 18 (r)

3.5K 118 16
                                    

Setiap keputusan pasti akan ada konsekuensinya, sejujurnya Zefan sangat bingung ketika akan memilih sesuatu, ia belum siap untuk menangung resikonya. Apalagi ini mengenai seseorang antara istri sepaket dengan anaknya atau pacarnya. Zefan tau ia bodoh jika memilih pacarnya, namun jika ia memilih istrinyapun kebebasan Zefan akan hilang, lalu Zefan harus bagaimana?

"gue milih..."

"lama amat milih doang, aelah!" ujar Dino.

"cih, taulah nanti gue pikirin lagi, sekarang harus gue pikirin bener bener biar gak salah milih."

"bego! Bego! Kalo gue udah pasti milih istri sama anak dong, awas lo malah nyesel. Kalo lo nyesel gara gara ga milih Cindy sama anak lo gue orang yang terdepan buat ngetawain lo!" timpal Avel.

Setelah asik dengan teman temannya, kini Zefan kembali dengan keadaan mabuk diantar oleh kedua temannya yang mengantarnya sampai telras saja, Cindy yang terbangun dari tidurnya karena mendengar suara bel yang ditekan terus menerus. Untung saja kedua orangtuanya tidak terganggu oleh suara bel tersebut. Dilihatnya ranjang sebelah kirinya tak ada seseorang yang ia harapkan, dan kini ia yakin bahwa yang menekan bel tersebut adalah suaminya.

"bang Zef, astaga!" kaget Cindy setelah membuka pintu ternyata Zefan sedang menyandar pada pintu sehingga membuatnya jatuh dan menimpa Cindy.

"anjing lo! Awas perut gede gue kegencet bege!" kesal Cindy pada Zefan.

Dengan setengah sadar, Zefan langsung berdiri dan beranjak darisana meninggalkan Cindy yang sedang setia dengan gerutuannya. Keduanya kini sudah masuk kamar, namun belum juga Zefan membaringkan tubuynya, dengan cepat Cindy membawanya masuk kedalam kamar mandi dan menyalakan shower disana.

"aaash! Dingin woy kenapa ada salju disini?" racau Zefan.

"hatiku senang, disini senang lalalaaaa~"

"eeh! ada istriku, hallo debay gue? Mau keluar kapan sih papa ga sabar nih."

"ga sabar pala lu peyang hah! Dia bakal keluar sendiri kalo udah waktunya! Issh, mana susah perut gue entar sakit kalo ngurusin lo!" kesal Cindy tak lupa dengan timpukan maut yang Cindy layangkan pada Zefan membuat ia sedikit meringis. Karena kesal ia langsung saja meninggalkan Zefan ditoilet, mampus saja! Jam 3 pagi seperti ini memang enak mandi air dingin? Salah siapa juga pulang malah mabuk mabukan dan membuat marah Cindy.

"astaga! Salah pilih laki." Keluhnya sambil mengusap perut besarnya.

***

Hari ini adalah hari dimana ia akan berkumpul dengan sahabat lamanya. Ah sungguh bahagia rasanya, Cindy sudah menunggu nunggu hari ini yang akhirnya datang juga. Gizka bersama dengan keluarga kecilnya yaitu Fariz dan juga Alviano, Gio dan Rara, dan Arnold dengan Aleta. Hubungan mereka masih awet, dan malah dikabarkan bahwa Arnold dan juga Aleta akan menikah di waktu yang dekat ini, makanya mereka menyempatkan waktu untuk bisa berkumpul sebelum salah satu dari mereka sold out mengikuti jejak Alviano dam Gizka.

"ck! Muka lo mau dipoles kaya gimanapun masih tetep aja kaya gitu." cibir Zefan, padahal ia baru bangun namun rasanya ia sangat berdosa jika tidak menyinyir istrinya.

"berisik lu jamet!"

"enak aja, lo kali jamet."

"berisik deh, mendingan lo cepetan bangun mandi terus siap siap dah, noh liat jam kan kita mau kumpul bareng lagi, gimana sih lo!" geram Cindy.

"astaga, kenapa lo ga ngingetin gue sih!" kesalnya, dengan cepat ia segera berlari ke toilet untuk membersihkan badannya.

Beberapa menit kemudian, mereka sudah siap dan segera pergi ke tempat dimana mereka sering nongkrong bersama saat SMA. Diperjalanan menuju kesana Cindy selalu bercerita mengenai masa lalunya bersama sahabatnya dengan antusias, namun berbeda dengan Zefan ia hanya diam namun terkesan bosan dengan ceritanya. Marah Cindy meluap entah kemana saat bangun pagi tadi Zefan sudah menyiapkan sarapan untuknya, ah memang murahan sekali hati Cindy disogok makanan saja sudah senang.

My Husband Is A Playboy [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang