Part 20 (r)

3.8K 130 14
                                    

Bangun dari tidur, Cindy merasakan bahwa bagian bawahnya basah. Iapun bangun dan meraba raba kasur ternyata sangat basah.

"loh, basah anjir! Gue ngompol?" monolog Cindy. Karena risih, iapun membangunkan Zefan.

"bang Zef, masa gue ngompol?" lirih Cindy.

"ck! toilet masih didalem kamar Cindy kenapa lo ngompol sih! Ganggu gue tidur aja!"

"iih, ya gimana lagi mana gue tau kalo gue ngompol!" ucap Cindy malu, namun tak lama sepertinya ada yang tak beres dengan perutnya. Ia merasakan sakit pada perutnya mmbuat Cindy dan Zefan panik bukan main.

"lo jangan bercanda elaahh!" ucap Zefan pada Cindy.

"aaahh! Sakiit! Anak gue, rumah sakit, huh!" ucap Cindy tersenggal. Zefan yang merasa bahwa Cindy benar benar kesakitan langsung memakai baju dan membawa kunci mobil, ia menggendong sang istri kedalam mobil dengan kondisi Cindy yang menjerit jerit.

"loh mas Zefan neng Cindynya kenapa?" tanya tetangga sebelah Zefan.

"gak tau buu ini perutnya sakit, katanya."

"yaampun, itu mau lahiran kayanya mas Zefan!" ucap tetangga itu, mendengar kata akan melahirkan membuat Zefan makin panik. Ia segera pamit kepada tetangganya itu lalu mengemudikan mobilnya menuju rumah sakit terdekat, ia melihat Cindy yang sekarang agak tenang tak seperti tadi.

"are you okay?" tanya Zefan masih dengan wajah cemasnya.

"hmm, mendingan. Kayanya gue mau lahiran bang Zef!"

"iya gue tau, lo sabar ya bentar lagi kita sampe rumah sakit." Ucap Zefan menenangkan, setelah sampai di RS tujuan mereka Cindy langsung dibawa ke ruang bersalin untuk dicek segala macamnya.

Hari yang ditunggu tunggu oleh sepasang suami istri itu akhirnya tiba, setelah drama panik yang dirasakan Zefan, Cindy kini sedang berjuang didalam sebuah ruangan dimana kini ia harus berjuang antara hidup dan matinya demi mengeluarkan sang buah hati. Zefan yang sampai kini masih panik hanya bisa diam diluar ruangan, perasaannya mengatakan untuk ikut saja menemani sang istri didalam namun seakan akan pikirannya tak sinkron dengan hatinya.

"heh, ogeb! bukannya temenin bini lo didalem malah bengong diluar!" kesal Gizka pada Zefan.

Ya, disana ada Gizka dan juga Zia, Zefan yang panik karena Cindy akan melahirkan bukannya menelfon orangtuanya malah menelfon sahabatnya, entahlah bagaimana pikirannya, bahkan sampai kini pun kedua orang tua Cindy baru dikabari oleh Gizka bukan dari Zefan.

"gue panik anjing!" balasnya.

"heh, lo masa kalah sama si Al sih, si Al juga nemenin gue pas lahiran anak gue! masa lo kaga?" kesal Gizka

"ish, gue panik anjir. Gimana dong?"

"tarik nafas.. buang, lagi.. tarik nafas.. buang!" ucap Zia menenangkan Zefan, Zefan mengikuti instruksi dari Zia, namun tetap saja paniknya masih ada.

Zefan menguatkan hatinya, bagaimanapun ia ingin menjadi orang pertama yang melihat darah dagingnya keluar dari rahim Cindy, maka ia akan masuk untuk membantu sang istri minimal memberikannya semangat dan juga kehadirannya pasti akan sangat ditunggu tunggu.

Setelah yakin dengan keputusannya, Zefan kemudian masuk kedalam. Zia dan juga Gizka yang melihat itu hanya geleng geleng kepala saja. Namun tak urung juga bahwa kini mereka sedang panik juga namun tak diperlihatkan agar Zefan tak tambah panik.

"aduh, gue deg degan lagi!" rutuk Gizka.

"gue juga, astaga! Cindy yang lahiran gue yang degdegan." balas Zia.

"belom tau aja lo rasanya lahirin anak gimana." ucap Gizka.

"emangnya gimana?" tanya Zia kepo.

"rasanya, aaahh mantaf!"

My Husband Is A Playboy [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang