Part. 22 (r)

5.1K 113 9
                                    

Kali ini Zefan sedang ditemani oleh Citra, berhubung Citra baru baru ini pindah ke kampusnya membuat Zefan semakin kesal dengan wanita itu. Niatnya ia hanya menembak Citra untuk menjalani dare saja, tapi ternyata malah keterusan dan membuat Zefan risih.

"sayang, jadikan nanti anter aku beli baju?" tanya Citra.

"ga bisa lama."

"bentar ko satu jam aja!"

"iya!" jawab Zefan malas. Sungguh, rasanya Zefan sudah malas dengan wanita yang ada disampingnya itu, apalagi dengan sikap posesifnya yang membuat Zefan ingin membuangnya saja.

Alviano, sahabat dekat Zefan dari SMA melihat Zefan sedang duduk berdua dengan wanita lain membuatnya menghela nafas kasar. Lalu segera ia menghampiri Zefan, ah mungkin niat Al bukan hanya sekedar menghampiri saja, tapi memang sengaja mengganggu.

"lah, ngapain lo disini?" tanya Alviano.

"ck! Lagi gali kubur, ya menurut lo gue lagi apa bangsaaat?" jawab Zefan.

"mojok mulu lo berdua! Awas!" ucap Al lalu berjalan untuk duduk disamping Zefan, dengan menduduki kursi yang tadinya ditempati Citra. Alhasil mau tak mau Citra harus mengalah dan pindah darisana.

"ck! Kayak ga ada tempat lain lagi apa!" gerutu Citra, Zefan dan Al malah sibuk ngobrol sana sini, dan melupakan Citra yang sudah badmood, karena bosan tak dianggap akhirnya Citra berdiri dan pergi darisana, Zefan yang melihat kepergian Citrapun hanya diam saja toh memang itu tujuannya.

"huft!" akhirnya Zefan kini bisa menghela nafas lega, karena Citra sudah pergi dari sisinya.

"gue pikir lo udah berubah Fan. Taunya masih sama aja, inget Fan sekarang udah ada anak sama bini lo di rumah!"

"gue tau Al, cuma gue bingung gimana mutusin si Citranya."

"yaelah, susah amat. Tinggal bilang 'Citra kita putus' okeh putus deh. Simpel banget anjir!" jawab Al.

"gak segampang itu tolol, ko lo dah punya anak malah jadi bego sih Al ga ngerti lagi dah gue!"

"haha biasa kurang vitamin S."

"apaan tuh vitamin S?"

"vitamin susu, hahaha!"

"sialan nih anak!" gerutuannya, Zefan yang jengah dengan pembahasan Alvianopun pergi darisana untuk memasuki kelasnya yang memang sebentar lagi akan masuk. Namun saat ia akan memasuki gedung fakultasnya, matanya tak sengaja melihat wanita yang terakhir kali ia lihat di taman.

Dilihat dari fisiknya sangat mirip sekali dengan wanita yang ada dihatinya dulu, karena penasaran Zefan akhirnya berjalan mendekati wanita itu, namun sayangnya saat mulai dekat wanita itu malah pergi kedalam kerumunan orang yang sedang mengantri diberbagai stand makanan, akhirnya Zefan mengalah dan memutuskan untuk masuk kelas saja.

***

Di tempat lain Cindy sedang merasa kerepotan karena anaknya menangis sedari tadi, apalagi kedua orang tua Cindy yang sedang tidak ada di rumah karena ada bisnis di luar negeri sehingga Cindy harus mengurus sang anak sendiri. Sedangkan Bian sedang berada di sekolah jadi ia hanya sendirian dirumah.

Entah kenapa hari ini anaknya sangat rewel, apa karena tak ada Zefan dirumahnya? Ah iya, anaknya ini memang sangat nempel sekali pada sang suami. Padahal ketika ia hamil Zefan jarang sekali mengurusnya.

"sstt, jangan nangis sayang kan ada mama disini." ucap Cindy pada sang anak yang masih menangis.

Melihat sang anak yang menangis kejer membuat Cindy ikut menangis juga. Ia tak tega pada sang anak namun ia juga bingung harus bagaimana. Akhirnya ia memutuskan untuk menelfon sang suami dan menyuruhnya pulang. Dua panggilannya masih belum dijawab oleh Zefan, sang anakpun malah menangis semakin kencang membuat Cindy ikut menangis kencang juga.

My Husband Is A Playboy [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang