Part. 17 (r)

3.2K 140 16
                                    

Dari semenjak kejadian itu, Cindy sudah bertekad untuk tidak bergantung pada Zefan. Ia kini sudah sadar diri, ia di nikahipun sudah menjadi sebuah anugrah untuknya dan juga anaknya. Hari demi hari, bulan dan bulan silih berganti. Kini usia kandungan Cindy sudah menginjak usia 9 bulan, semenjak ia hamil bulan ke 5 ia sudah diminta cuti kuliah oleh Zefan. Awalnya ia menolak karena sayang pada kuliahnya, namun ia juga bingung jika banyak yang tau bahwa ia sedang hamil yang ada nanti ia di gosipkan di seantaro kampus.

Masalahnya tak ada yang tau bahwa Cindy sudah menikah, hanya beberapa orang saja. ingat! Beberapa orang saja.

Hubungan Cindy dan Zefan pun semakin hari malah semakin dingin. Cindy sudah tak mau ikut campur kedalam urusan Zefan, ia sudah lelah jika harus terus terusan menghadang Zefan dengan para kekasihnya. Tetapi, melihat Zefan yang belum berubah sungguh mengiris hatinya.

Kekasih Zefan kini hanya 1 yaitu yang bernama Citra saja. Karena ia sangat posesif pada Zefan sehingga membuat Zefan tak memiliki kekasih lagi selain dirinya, sayangnya Citra tak mengetahui bahwa Cindy adalah istrinya. Karena setau dia bahwa Cindy adalah sepupu Zefan jadi tak masalah untuknya.

Begitupula dengan Zefan, ia masih menutupi statusnya pada yang lain. Namun ia semakin ada yang hilang semenjak Cindy berubah, untuk hubungan seks pun sudah semakin jarang bahkan dalam satu bulan bisa saja Cindy tak memberikannya, namun tak membuat Zefan jajan diluar karena ia sangat anti dengan sembarangan orang.

Kini Zefan dan juga Cindy sedang berada dirumah keluarga Cindy, karena semenjak ia memasuki bulan ke 7 bunda Cindy meminta untuk tinggal bersama saja karena takut sesuatu yang tak diinginkan terjadi. Tak sedikit juga bunda Cindy memberikan petuah kepada sang anak agar memperbaiki hubungannya dengan Zefan, namun sikap Cindy yang keras kepala membuat bunda Cindy hanya menghela nafas saja.

Kini Zefan, Cindy, orangtua Cindy dan juga Bian adiknya sedang berada dimeja makan karena waktu sudah menunjukan makan siang.

"nak Zefan kenapa bengong? Gak suka makanannya ya? mau bunda ganti aja?" tanya bunda Cindy.

"eh, engga ko bun, makanannya aku suka kok"

"terus kenapa dong bengong terus?"

"gak papa ko, bun."

"kamu lagi, suaminya bukan diambilin makan malah ngambil punya sendiri." ucap sang mama.

"ah, iya lupa bun sorry!"

"baiklah, ayo kita makan cacing papa sudah mulai berdesakan, haha" Semuanya kini makan hingga habis, setelah itu entah kenapa mood Cindy sedang tak baik sehingga membuatnya langsung segera masuk kedalam kamarnya yang ada dilantai bawah. Dengan jalan yang agak susah karena kini badan dan kakinya pun ikut membengkak, membuat Zefan merasa tak enak hati. Dengan cepat ia mengikuti Cindy dan memegang lengannya lalu memapahnya kedalam kamar.

"are you oke, Cin?"

"hmm."

"huft, Cin gue mau ngomong bisa kan?"

"heem." Zefan membawa Cindy untuk duduk diranjang, mereka duduk berhadapan sehingga mereka lebih nyaman saat berbicara.

"mau lo gimana sekarang?"

"maksudnya?"

"huft! Sebenarnya gue cape Cin sama sikap lo yang kaya gini mulu dari semenjak beberapa bulan yang lalu. Sebenarnya gue ada salah apa sih, Cin? Coba ngomong jangan diam aja biar gue tau salah gue dimana!"

"iya, lo ga ada salah apa apa." jawab Cindy.

"engga, gue pasti ada salah kan sampe lo nyuekin gue terus?"

"gak ada."

"Cin, please!" lirih Zefan. Jujur saja, Cindy sudah ingin menangis hingga teriak teriak namun sebisa mungkin ia tahan, ingin sekali ia mengeluarkan unek uneknya namun masih saja tetap ia tahan. Ia memang mencintai Zefan lebih dari apapun, namun apakah mencintainya harus sesakit dan seperih ini?

My Husband Is A Playboy [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang