Setelah drama yang dilakukan oleh Cindy pada Zefan, ia langsung pergi darisana dan menghampiri Zia yang masih berada di toilet. Entahlah kenapa sahabatnya ini sangat lama padahal ia hanya ke toilet yang ada di mall tersebut, mengingat drama yang Cindy lakukan membuatnya terkekeh karena berhasil membuat wajah kekasih Zefan kaget.
"si Zia mana sih lama amsyong astogeh!" ucap Cindy.
Ia memasuki toilet dan memanggil nama "Zia" setelah ada sahutan dari salah satu toilet Cindy langsung bercermin dan merapihkan pakaian serta dandanannya. Cukup puas hari ini membuat Zefan kesal.
"eh bege! Lo berak atau semedi, lama amat!" kesal Cindy.
"tanggung Cin, bentar!" jawab Zia. Lima menit kemudian, keluarlah Zia dari toilet. Keduanya pergi dari mall namun entah mengapa rasanya perasaan Cindy sudah tak enak. Apa nanti Zefan akan membalas dendam padanya? Tapi mana mungkin mengingat ia sedang mengandung anaknya.
"pulang yuk, udah selesai kan?" tanya Zia.
"udah, tadi gue ketemu sama laki gue, eh taunya dia sama cewek, cantik sih tapi percuma kalo murahan."
"terus?"
"ya seperti biasa, drama dikit gak papalah, hehe." Zia hanya geleng geleng saja, memang ya Cindy ini sudah tak ada urat malunya sama sekali.
***
Sesampainya Cindy dikosan, ia heran kenapa barangnya dan barang sang suami sudah didalam koper? Apakah ia di usir dari kosannya sendiri hanya gara gara ia mengganggu kencan suaminya dengan kekasih barunya itu? Cindy pikir itu adalah hal yang wajar, dan itu hak Cindy sebagai istrinya bukan?
"loh! Loh! Loh! bang Zefan, ko barang gue dimasukin ke koper sih? Lo mau ngusir gue ya?" tanya Cindy, dan tak lama matanya pun mulai berkaca-kaca.
"jih gitu aja nangis! Gak inget lo udah permaluin gue sama pacar gue di mall tadi, hah?" kesal Zefan pada Cindy. Shit! Ingin sekali Cindy mengumpat pada Zefan namun ia urungkan, kali ini ia harus berpura pura menjadi wanita lemah agar dikasihani dan tentunya tidak ditinggal oleh sang suami.
"bang Zefan kamu tega ngusir aku pas lagi hamil gini? Terus kamu tega usir istri kamu hanya gara gara pacar kamu itu?" isak Cindy. Yah begitulah Cindy, jika sedang melancarkan aksinya pasti akan berkata sopan pada sang suami, namun jika sedang biasa saja entahlah, bahkan ia akan mengumpati sang suami, apalagi jika mengingat kelakuannya yang seperti- ah sudahlah!
"ck, bagian gue ngusir bilangnya aku-kamu! Sana keluar darisini lo!" ucap Zefan.
Cindy yang merasa bahwa Zefan benar benar marah padanyapun menjadi panik, ia kira Zefan hanya bercanda saja mengingat Zefan tak pernah benar benar marah padanya, namun kali ini apakah Zefan benar benar mengusirnya? Pikir Cindy.
Lama termenung, hingga suara Zefan terdengar kembali di telinga Cindy, dan itu membuat Cindy kembali tersadar.
"kenapa ga keluar lo?" tanya Zefan dengan sinisnya.
"Z-Zefan lo beneran ngusir gue?" tanya Cindy memastikan.
"yalah! Lo juga ngapain sih ikut campur urusan gue hah! Inget perjanjian kita diawal, jangan urusin hidup gue!" Baiklah, anggap saja Cindy menyesal telah melakukan itu. Tapi sebenarnya ia justru lega karena sudah berhasil menghempaskan calon pelakor, tapi bagaimana kini nasibnya jika benar benar diusir.
"yaudah kalo gitu gue pergi." putus Cindy, lalu mendorong kopernya keluar dari kosan.
"woy! jangan lupa balik lagi, sekalian lo angkat barang gue juga!" ucap Zefan santai. Maksud Zefan selain ngusir Cindy, apakah ia juga mengusir dirinya sendiri? Ah Cindy gagal paham!
"selain gue yang lo usir, lo juga ngusir diri sendiri? Sehat lo?" kesal Cindy.
"eh bego, siapa yang ngusir lo! Gue cuma minta lo keluar bawa barang lo terus masukin ke mobil. Kita pindah darisini!" ucap Zefan dengan tenang, what the fu--! Rasanya Cindy ingin mengumpati suaminya ini. Jadi sedaritadi Zefan hanya bercanda saja? sialan laki laki itu, belum tau rasanya disantet orang hamil, ya!
"ZEFAN SIALAN!!!" teriak Cindy, dengan segera ia melayangkan pukulan maut ke badan Zefan dan membuat tubuh Zefan kesakitan. Zack, teman satu kosan Cindy sedari tadi hanya duduk dan bertepuk tangan menyemangati Cindy untuk memukuli Zefan, teman kurang ajar ya begini.
"woy ampun woy!" ucap Zefan, dimana badannya sudah benar benar sakit akibat pukulan maut sang istri, Zefan jadi yakin jika tenaga Cindy bertambah lima kali lipat dari aslinya semenjak hamil.
"LO KALO NGOMONG YANG BENER DONG BEGE! GUE KIRA LO BAKAL NGUSIR GUE SAMA ANAK GUE, hiks! Hiks!" pecah sudah tangisan Cindy. Ah sebenarnya sedaritadi ia sudah menangis karena melihat barangnya diluar, dan kini sudah kian menjadi jadi karena ia sudah berhasil di tipu oleh suaminya sendiri. Ia kira ia benar diusir tapi ternyata mereka akan pindah kosan, pantas saja barangnya sangat banyak ternyata disana ada barang milik Zefan juga.
Zefan yang tak tega melihat bumil satu ini menangis sambil segukan langsung mendekatinya dan memdekap erat tubuh Cindy. Zack yang melihat itu malah berdecak malas lalu masuk kedalam kamar kosnya.
"hey, sorry jangan nangis. Gue becanda doang aelah baperan amat lo! Awwh!" satu cubitan berhasil Cindy layangkan di perutnya.
"lo pikirin dong gimana perasaan gue, udah liat suami sendiri selingkuh, pas balik bukannya minta maaf malah disuruh pergi darisini!"
"iya iya sorry deh gak gitu lagi deh. Beneran!" lama Zefan menenangkan Cindy, setelah istrinya tenang baru ia mengangkat barangnya untuk dimasukan kedalam bagasi mobil. Rencananya Zefan akan pindah dari kosan ke sebuah rumah yang memang sudah ia beli sejak lama, namun baru bisa ia tempati karena rumah tersebut baru selesai di renovasi.
Jaraknyapun tak jauh dari kampusnya, jika dibandingkan dengan rumah Gizka maka sudah pasti lebih jauh rumah Gizka daripada rumah baru Zefan.
Ia menuntun sang istri masuk kedalam mobil dengan hati hati mengingat Cindy sedang hamil. Sedari tadi Cindy kesal pada sang suami, mood nya sedang baik malah dihancurkan dengan jokes Zefan yang membuatnya menjadi badmood. Hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja, mereka sudah sampai dirumah barunya. Rumah bertingkat dua ini terkesan minimalis tapi cukup luas jika hanya dihuni oleh dua orang saja. Apalagi sepertinya Zefan dan Cindy setelah lulus kuliah mereka akan pindah rumah bahkan bisa saja pindah kota, jadi ia membeli rumah model minimalis saja.
"pindahannya deket banget!" gumam Cindy.
"terus lo mau yang jauh gitu?"
"gak lah, entar kuliah susah."
"nah itu lo tau, udah cepet turunin tuh baju, terus masukin ke lemari."
"Ekhem, bang Zefan sayang ko bumil disuruh kerja sih kan gak boleh cape." keluh Cindy, ah memang Cindy ini sengaja agar Zefan tak menyuruhnya.
"alasan doang, cepetan!"
"heh! Dimana mana yang ngangkat ini itu tuh cowonya bukan istrinya, jadi cowok harus LAKIK dong!" geram Cindy.
Tak tau saja Zefan jika Cindy ini sangat sensitif, mengingat kehamilan Cindy masih dalam trimester pertama ia sering mengeluh cape dan juga lemas, terkadang mengalami morning sickness yang untungnya tak parah. Mereka berdua mulai membereskan baju dan juga barangnya disana, barang tersebut sebenarnya sudah di pindahkan sebagian dan sudah dibereskan, tinggal barang kecil seerti figura, baju dan lainnya.
"kayanya ada yang ketinggalan deh!" ucap Cindy.
"apaan?"
"ASTAGA! GINO!"
_______________
Hello eperibadeh apa kabare? Semoga sehat selalu ya😍Jangan lupa Vote, komen dan follownya ya manteman, mari saling simbiosis mutualisme, author yang mikir kalian yang mengapresiasi hehe, gak maksa yang iklas aja🥰🥰
Jangan lupa juga kepoin novelku yang lainnya kuy💛
________________
Tbc
Girlysky
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband Is A Playboy [End]
Romance[[WARNING!!!]] TIDAK COCOK UNTUK ANAK ANAK🔞 Sequel Of My Friend My Baby Boy _________ Sudah beberapa tahun Cindy memendam perasaanya pada seorang laki laki yang bernama Zefan Amarald Arshi, seorang pewaris tunggal dan juga sahabat lelakinya dari se...