Memiliki sebuah kesamaan membuat Aran tertarik dengan perempuan cantik yang tak sengaja ia kenal melewati gosip yang beredar di radio sekolah.
Sama-sama kehilangan rumah karena sahabatnya.
Sungguh takdir yang sangat kejam bagi mereka, tetapi apakah...
Sama kayak hati lo yang nggak bisa memilih untuk jatuh, perasaan gue juga nggak bisa dipaksakan.
Maaf.
--------
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Reva, gue minta maaf."
Reva memejamkan matanya, menikmati suara lembut Aran yang kembali ia dengar setelah bertahun-tahun lamanya. Rasanya masih sama, hatinya langsung menghangat mendengar suara itu.
"Reva? Lo kenapa?"
Ada nada khawatir dari suara laki-laki itu, lagi-- Reva menikmati itu.
"Makasih, Ran." balas Reva tersenyum kecil pada laki-laki di depannya.
Aran menatap bingung perempuan di depannya, "Makasih buat?"
"Buat semuanya, gue maafin lo asal lo mau anter gue pulang." ucap Reva.
Aran semakin dibuat bingung, ia takut jika menerima permintaan Reva hanya akan membuat perempuan itu merasa diberi harapan, "Maaf Rev ta--"
"Gue udah lupain perasaan gue buat lo, gue cuma mau kita kayak dulu lagi. Nggak bisa?" potong Reva dengan cepat, ia cukup paham dengan Aran yang selalu menghindar darinya karena tak ingin memberikan harapan.
Aran sedikit ragu dengan perkataan perempuan di depannya, keduanya memang cukup dekat-- bisa dibilang Reva adalah sahabat kecil Aran. Semua berubah karena Aran tau tentang perasaan Reva padanya. Ditambah kelakuan perempuan itu selama di sekolah selalu membuat Aran jengah karena tak berhenti merundung murid-murid lemah.
"Jawab gue, Ran." ucap Reva lagi dengan wajah sedihnya.
Aran menghembuskan napas sejenak, kemudian mengangguk. "Oke, gue anter lo hari ini."
Laki-laki itu memilih untuk menuruti permintaan perempuan itu, hitung-hitung sebagai permintaan maafnya karena perlakuan buruknya selama ini pada Reva.
Di rumah yang biasa dijadikan tempat parkir oleh teman-teman Aran itu ternyata masih ramai, bahkan Mirza juga berada di sana.
"Weh, Ran. Ganti lagi?" tanya salah satu teman seangkatannya, Ditho.
Aran tak menanggapi, pandangannya tertuju pada teman-temannya yang kini memandangnya dengan tatapan aneh.
"Kenapa?" tanya Aran tanpa suara.
"Itu Reva?" bukan menjawab Lucio malah balik bertanya.