Karena luka tercipta dari seseorang yang kita anggap istimewa.
🍃
Sepuluh menit berlalu sejak kepergian Vito. Aran sudah mulai menunjukkan tanda-tanda akan tersadar dari pingsannya. Lenguhan yang tak terlalu kencang mulai terdengar dan jari-jari laki-laki itu mulai bergerak sedikit demi sedikit.
"Bangun juga akhirnya lo," ujar Mirza yang tak terlalu menunjukkan rasa leganya kala melihat sepupunya yang akhirnya tersadar.
"Gue kenapa?" tanya Aran bingung sendiri, detik berikutnya laki-laki itu meringis karena merasa sakit di bagian hidung hingga dagu.
"Pingsan karena pukulan Badrun," jawab Febian tanpa merasa bersalah sedikitpun.
Aran menghela nafas kasar, ingatannya kembali ke beberapa menit yang lalu sebelum dirinya tak sadarkan diri.
"ANJING!" teriak Aran tiba-tiba sambil mengacak-acak rambutnya.
Prank~
"Eh ayam-ayam," teh hangat yang sedang dipegang oleh Mirza terlepas begitu saja saat mendengar teriakan Aran yang tiba-tiba.
"Lo kenapa bego?!" omel Mirza karena tangannya sedikit kena air hangat dari teh tersebut.
Febian tertawa ngakak melihat kejadian yang tak ia sangka-sangka. Bagaimana wajah Mirza yang terkejut bercampur kesal.
"Iya gue bego emang!" balas Aran meringis kesal pada dirinya sendiri.
"Dih? Stres lu?" tanya Mirza mendadak ngeri melihat Aran yang mencak-mencak sendiri.
"Kalau tadi dia langsung bales pukulan gue, ngga akan gue kasih ampun itu anak! Sialan harusnya tadi gue pukul sekuat tenaga." ucap Aran sambil mengepalkan kedua tangannya.
Febian berdecak, "Udah-udah lo tenangin diri dulu deh, nanti anaknya bakal balik kok buat ngejelasin semuanya."
"Sorry tapi gue udah ngga minat buat dengerin penjelasan dari pengkhianat itu." Aran berniat untuk berdiri dan pergi dari ruangan itu.
Febian yang sudah sangat pusing dengan tingkah kekanak-kanakan Aran ataupun Vito dengan cepat menghadang tubuh sahabatnya itu.
"Mau sampai kapan ngehindar dari penjelasan dia?" Febian bertanya dengan wajah yang berubah serius.
"Gue denger ataupun ngga denger, ngga akan merubah apapun, 'kan? Arvizan tetap bubar, Chika juga ngga akan balik sama gue," Aran membalas dengan menatap tajam pada Febian, "Kalau lo khawatir tentang penampilan kita di acara reuni, tenang aja.. gue akan tetap profesional dengan ngga mencampuri urusan pribadi gue sama Vito."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hiraeth [Fiora]
Teen FictionMemiliki sebuah kesamaan membuat Aran tertarik dengan perempuan cantik yang tak sengaja ia kenal melewati gosip yang beredar di radio sekolah. Sama-sama kehilangan rumah karena sahabatnya. Sungguh takdir yang sangat kejam bagi mereka, tetapi apakah...