Bag. 12

1K 165 17
                                    

Nggak ada salahnya untuk kembali membuka hati dan mencari kebahagiaan baru.

🍃

Rumah berlantai dua dengan satu gerbang menjulang tinggi kini sudah berada tepat di depan mobil Aston Martin DB11 yang dikendarai oleh Aran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rumah berlantai dua dengan satu gerbang menjulang tinggi kini sudah berada tepat di depan mobil Aston Martin DB11 yang dikendarai oleh Aran.

"Pak Indro, bukain!" teriak Aran saat membuka kaca jendela mobilnya.

"Oalah mas Aran ternyata, bentar Bapak bukain," balas Pak Indro membuka pintu gerbang.

"Martabak manis buat Bapak, nih." ucap Aran memberikan satu kotak martabak pada satpam di rumah Jessi.

"Makasih loh, mas Aran. Silahkan masuk mas Chandranya ada di dalam sama mas Dheo," jelas Pak Indro menerima pemberian Aran.

"Oke, Pak."

Aran kembali melajukan mobilnya ke parkiran rumah Jessi, di sampingnya ada Fiony yang sejak tadi memperhatikan interaksi Aran dengan satpam di sana.

"Udah nyampe, jangan turun dulu ya." ucap Aran menarik rem tangan dan langsung turun dari dalam mobil, laki-laki itu memutar dan berhenti tepat di pintu tempat Fiony duduk.

Fiony tersenyum menyadari apa maksud dari Aran, laki-laki itu membukakan pintu mobil untuknya. Seperti biasa tangan Aran selalu bersiap di atas kepala Fiony, melindungi perempuan itu dari atap mobil.

Sepele memang, tapi mampu membuat jantung Fiony berdebar hebat hatinya menghangat mendapat perlakuan manis dari Aran. Meski bukan pertama kali, tetapi rasanya sangat berbeda.

"Makasih," ucap Fiony tersenyum manis.

Aran membalasnya tak kalah manis, "Sama-sama."

"Weh kalian berangkat bareng?" tanya Jessi tepat saat keduanya masuk ke dalam rumah secara bersamaan, sahabat Fiony itu lantas menatap penuh selidik pada keduanya terutama pada Fiony tentunya.

Aran dengan kurang ajarnya malah merangkul pundak Fiony, "Iya, dong. Biasain ya, nanti bakal sering soalnya."

Fiony yang tersipu malu memilih untuk menunduk menyembunyikan rona merah di wajahnya.

"Kalian pacaran?" tanya Jessi semakin curiga.

"Enggak," jawab Fiony dengan cepat mendongakkan kepalanya.

Jessi memutar kedua bola matanya, "Jadian dulu baru lo boleh rangkul-rangkul sahabat gue, lepas nggak!"

Aran mendengus saat Jessi memaksa dirinya untuk melepaskan rangkulannya, "Bukan enggak Fio, tapi belum. Nanti ya, tunggu tanggal bagus, atau kamu mau aku tembak kapan?"

Hiraeth [Fiora]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang