Kumpul terakhir?

21 3 1
                                    

Hari ini Zoya dijemput Saka untuk pergi ke sekolah menggunakan motor kesayangan Saka. Mereka sudah biasa melakukan kegiatan yang justru mengundang orang lain untuk mempertanyakan adakah hubungan lain dibalik persahabatan Saka dan Zoya. Mereka bisa menjadi layaknya saudara tapi bisa terlihat seperti pasangan normal.

"Udah sarapan?" tanya Saka sambil menyerahkan helm full face merah milik Zoya yang selalu dibawa Saka.

"Belom."

"Mau sarapan dulu gak di tempat biasanya!"

"Yang lain di mana?"

"Udah berangkat ke sekolah, mereka mau ngerjain pr dari Bu Sina. Lu tahu sendiri mereka cemen kalo sama Bu Sina."

"Ahh bener. Gak usah sarapan tapi mampir ke indoapril dulu ya beliin tapi."

"Hemmm." Zoya yang mendengar itu hanya tersenyum bahagia karena uang sakunya dijamin aman kalau misal ia pergi berdua dengan Saka. Sebenarnya Zoya gak pernah mengeluarkan uang jika mereka berenam pergi bersama, karena mereka tak akan membiarkan Zoya mengeluarkan uang sepersen pun. Mereka akan menraktir Zoya dengan senang hati.

*****

"Niih roti sama susu gua beliin," ucap Zoya sambil memberikan roti dan susu yang dibeli di indoapril dengan Saka tadi.

"Heehh enak aja. Orang belinya pakai duit gua," seru Saka ketika Zoya mengaku membelikan roti dan susu.

"Ikhlas gak sih sebenernya. Kalo gak ikhlas nih gua balikin. Apa perlu susu yang di jalan tadi gua muntahin di baju lu," bentak Zoya ketika tahu kalau Saka memperhitungkan masalah roti dan susu.

"Udah lah kalian ini ribut mulu kalo ketemu." Cakra yang sedang melihat teman-temannya yang lain sibuk menyalin tugas dari bukunya berusaha melerai Saka dan Zoya yang akan meributkan hal sepele seperti tadi. Itu sudah biasa terjadi di antara mereka.

"Kalo mereka gak ribut gua rasa dunia ini mau kiamat. Iya gak Bay?" canda Kio sambil menyenggol lengan kiri Bayu yang masih sibuk menyalin tugas.

"Diem keburu masuk bego," ucap Micho sambil menjitak kepala Kio agar Kio cepat menyelesaikan menyalinnya, karena bel masuk kelas akan berbunyi. Dan juga Kio ini kalau menulis selalu lama katanya biar tulisannya bagus padahal boro-boro bagus, bisa dibaca saja syukur.

"Nanti pulang sekolah anterin gua ke danau kek biasanya ya. Gua gak tahu kapan pastinya gua bakal pindah tapi kek nya bentar lagi, jadi mumpung kita masih bisa ketemu kita harus kumpul!" pinta Zoya dengan cengiran lebar seakan-akan tidak terjadi apa-apa. Yang lain hanya diam sedangkan Cakra yang duduk di samping Zoya hanya mengusak rambut Zoya sambil tersenyum manis dan mengangguk.

Mereka tidak bisa melakukan apa pun untuk mencegah Zoya akan pindah. Tapi mereka memastikan jika Zoya dalam kesulitan dan butuh bantuan mereka yang akan datang pertama dan membantu Zoya.

**********

"Nanti kalau gua udah pindah kalian jangan sering-sering balapan sama minum ya. Kalian jangan sering-sering bikin masalah. Soalnya kalau gak ada gua pasti gak asyik. Iyakan?" Zoya hanya bercanda tapi semuanya hanya diam tidak menjawab apalagi tertawa.

Mereka tahu Zoya tidak bercanda, tapi memberi tahu lewat candaannya. Karena selama mereka membuat masalah hanya Zoya yang dapat membantu mereka dengan kata lain, jika tidak ada Zoya maka masalah tidak akan terselesaikan dengan baik. Hanya Zoya yang dapat menenangkan mereka ketika mereka terjebak dalam emosi yang membara. Yang pasti mereka tidak bisa hidup tanpa satu sama lain.

"Kenapa diem. Padahal gua cuma bercanda. Nanti kalau gak ada gua kalian harus nurut sama Micho karena dia udah kayak bapak-bapak. Hehehehehe. Dia kalau marah serem tahu kayak Pak Sutan ~guru olahraga disekolah~," imbuh Zoya yang dibalas kitingan kepala oleh Micho. Akhirnya mereka menghabiskan waktu dengan bercanda saling melempar air di danau.

ZOYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang