Menolak harapan?

33 4 2
                                    

"Bisakah kita ngobrol bentar sebagai seorang saudara," ujar Zaferino kakak pertama Zoya ketika melihat Zoya akan menaiki tangga menuju kamarnya.

"Enggak ada yang perlu dibicarain lagi dan gua rasa kita juga enggak sedekat itu buat ngobrol," jawab Zoya sambil berhenti sebentar berjalan di tangga kemudian melanjutkan menaiki tangga menuju kamarnya.

Jadi seseorang yang mengintip Zoya dan teman-temannya di jendela adalah Zaferino. Setelah sadar Zoya akan masuk kamar dengan secepat kilat Zaferino menahan pintu kamar Zoya agar ia dapat masuk ke dalam dan berbicara dengan adik perempuannya.

"Apa yang lu lakuin. Menyingkir atau gua jepit kaki sama tangan lu!" gertak Zoya pada kakaknya ini ketika kakaknya menahan pintu kamar ketika ia mau masuk.

"Izinkan kakak mengobrol bentar sama kamu," mohon Zaferino pada Zoya.

"Gua gak mau ngobrol sama siapa pun sekarang," tolak Zoya sambil tetap menahan pintu kamarnya.

"Bentar doang kok. Gak bakal lama. Kakak janji," pinta Zaferino yang akhirnya dengan terpaksa Zoya mengizinkan kakaknya ini masuk kamar.

"Cepet gua mau tidur," hardik Zoya sambil menatap kakaknya yang tidak segera memulai pembicaraan dan hanya mengitari kamar Zoya.

"Kakak gak tahu kalau kamu suka warna hijau. Kayaknya kamu suka banget sama tanaman ya," ujar Zaferino sambil mengamati tanaman kaktus di balkon kamar Zoya.

"Dan sejak kapan juga anda yang terhormat ini ngurusin hidup adiknya yang bermasalah ini," sindir Zoya. Zaferino yang mendengar sindiran tersebut hanya terdiam.

"Cepet katanya mau ngomong. Bisa sekarang aja gak sih. Gak usah bertele-tele sama basa-basi gak bermutu kayak gitu!" kata Zoya menahan amarah karena kakaknya unu membuang waktu untuk ia tidur.

"Huufftt." Zaferino menghela nafas ketika adiknya ini lagi-lagi membuat perkataan yang menyakitkan.

"Kakak kesini mau minta maaf karena gak bisa ngeluluhin papa buat ngebatalin kepindahan kamu," kata Zaferino dengan meyesal pada Zoya. Kemudian Zaferino mengahampiri Zoya dan duduk di dekat Zoya di atas kasur.

"Kenapa tiba-tiba jadi baik. Bukannya udah biasa kayak gini. Di salahin di hukum dan gak akan ada yang peduli juga. Udahlah gak usah berusaha menjadi kakak yang baik cuma karena gua mau pindah," harap Zoya.

"Gak bisakah kita jadi dekat lagi kayak waktu kecil dulu. Sering main bareng berenang naik rumah poh...." Zoya langsung memotong perkataan kakaknya ini karena ia sudah tahu akan dibawa ke mana percakapan mereka.

"Gak bisakah kita bertindak sewajarnya aja kayak biasanya. Kenapa tiba-tiba jadi gini. Gak usah sok peduli gua gak suka dan gua gak butuh simpati kalau pun lu ngerasa kasian," potong Zoya sambil berdiri menduduk menatap mata kakaknya karena posisi Zaferino yang masih duduk. Kemudian Zaferino bangkit berdiri sambil sedikit menunduk memegang tangan Zoya.

"Bukan gitu. Kakak sayang sama kamu. Kakak cuma mau memperbaiki hubungan kita. Iyaaa kakak salah karena gak bisa bela kamu di depan mama papa, gak bisa ngasih kamu kasih sayang kakak sebagai seorang kakak sampek kamu cari di teman-teman kamu. Iyaaa tauuu, tauu banget kakak salah. Tapi apa gak bisa kamu maafin kakak terus kita mulai lagi hubungan sebagai saudara lagi kayak dulu waktu kita kecil," tawar Zaferino dengan penuh sesal yang hanya dibalas Zoya dengan senyum masamnya.

"Sekarang baru ngerasa kalau gua ini adek lu? Kemana aja selama ini?" tanya Zoya sambil menatap mata kakaknya. Zaferino yang mendengar itu hanya terdiam tanpa mau mengucapkan satu katapun.

"Gak perlu gua udah biasa sendiri dan bergantung sama teman-teman yang kata kalian berandal itu. Jadi tenang aja balik aja kayak biasanya. Soalnya gua udah gak mau ngasih harapan apa pun buat siapa pun itu karena harapan yang enggak sesuai sama kenyataannya itu sakit banget dan kalian udah ngasih itu ke gua," imbuh Zoya

"Owh iya satu lagi. Kalian gak perlu minta maaf atau apa pun itu karena kenyataannya yang gagal itu bukan kalian kan tapi gua jadi gak perlu merasa bersalah." Zoya hanya mengacungkan tangannya ke arah pintu, menyuruh kakaknya untuk segera keluar dari kamarnya.

"Tapi kakak belum selesai ngom...." Zoya hanya terus mendorong kakaknya untuk segera keluar.

"Enggak perlu gua mau tidur sekarang jadi lu bisa keluar dari kamar gua. Sekarang!" sergah Zoya. Zaferino berjanji akan berusaha untuk memperbaiki hubungan dirinya dengan adik perempuannya ini.

Zoya bukan tak ingin menerima hubungan baik dari kakaknya untuk memperbaiki tali persaudaraan mereka, tapi Zoya sudah lelah menerima harapan dan hanya kekecewaan yang ia dapatkan.

Sudah berapa kali dari terakhir ia dapat berkumpul dengan keluarganya tanpa masalah apa pun. Zoya sudah memberikan banyak sekali kesempatan untuk keluarganya memperbaiki hubungan mereka, tapi mereka hanya malah membuat Zoya semakin merasa bahwa ia bukan bagian dari keluarga Alexandra.

Zoya tak ingin merasa kecewa dengan menaruh harapan yang sama di orang yang sama. Ia tak ingin merasa sakit hati dan kekecewaan yang sama lagi. Entah sampai kapan ia dan keluarganya akan seperti ini yang pasti Zoya tidak akan peduli lagi dengan keluarganya.

-------------------------------------------------------

Thankyuuuu semuanyaa💙💙

ZOYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang