Pangakuan?

13 3 1
                                    

"Pagi Juan." Zoya menyapa Juan sambil memberikan tas bekal yang biasa dibawa Zoya untuk Juan.

"Wah beda buku lagi? Hebat ya bisa baca buku tebel cuma sehari dua hari. Kamu enggak pusing?" Juan hanya menggelengkan kepala tanda menjawab pertanyaan Zoya.

"Kamu dapet masalah sama keluarganya Angel?" tanya Juan dengan masih membaca bukunya tanpa menatap Zoya.

"Enggak papa. Cuma panggilan orang tua. Lagian orang tua ku juga gak bakal datang jadi biarin aja mereka nunggu," jelas Zoya.

"Kamu khawatir ya sama aku. Iihh jadi terharu dikhawatirin sama Juan," goda Zoya.

"Karena masalah di ruang musik kemaren?" tanya Juan.

"Iya," jawab Zoya.

"Kalo misal nanti kamu dapet masalah jangan sampai bawa-bawa ekskull musik." Zoya melihat bagaimana ekspresi dari Juan yang sepertinya ada sesuatu dengan ekskul music. Apakah yang disembunyikan Juan berkaitan dengan ekskull music, pikir Zoya.

"Sayang banget ya sama ekskull music?"

"Gak perlu tahu. Yang penting jangan sampek gara-gara masalah kamu sama Angel ekskull music jadi terancam."

"Iya," jawab Zoya dengan nada di buat cemberut. Berusaha menarik perhatian Juah, namun gagal.

"Kenapa mulut lu kek gitu." Saka baru saja datang langsung menarik mulut manyun Zoya.

"Sakit bego," ujar Zoya sambal memukul tangan Saka.

"Gak usah sok imut. Bukannya suka malah jijik ngeliatnya," ejek Saka.

"Sssttthh. Gak usah ngomong. Berisik," ujar Zoya sambal meletakkan jari telunjuknya di depan bibirnya.

"Pagi kelas IPA 1 yang isinya gak bisa dibanggain, kecuali Juan," teriak Cika.

"Berisik mak lampir," balas Rian sembari duduk dibangkunya. Sepertinya Cika dan Rian datang di waktu yang sama.

"Ahh emang gak ada yang asyik sih kelas ini," keluh Cika.

"Kamunya aja yang terlalu hyper aktif Cik. Gak bisa diem," celetuk Bimo, salah satu penghuni kelas IPA 1.

"Kalian aja yang gak bisa menikmati hidup," balas Cika.

"Udah diem gak usah nyari masalah pagi-pagi." Nana datang langsung membungkam mulut Cika menggunakan tangannya dan duduk disebelah Cika.

"Mila belom dateng?" tanya Zoya ketika melihat tiga orang yang hampir datang bersamaan setiap hari tidak melihat salah satunya.

"Hari ini absent Mila," ujar Nana.

"Kenapa?" tanya Zoya lagi.

"Biasa keluarganya ada yang nikah. Jadi harus ikut andil menjadi babu," jelas Nana.

"Permisi!" ujar salah satu siswa yang memasuki kelas IPA 1. Siswa ini bukan salah satu murid di kelas IPA 1.

"Zoya sama Juan di panggil ke ruang sidang," imbuh siswa tadi kemudian berlalu keluar kelas.

"Mampus," gumam Zoya.

"Kabur aja yuk Sak. Males gua," rayu Zoya dengan memasang wajah menyedihkan ke arah Saka.

"Hadepin. Jangan sampek gara-gara kamu ekskul music jadi terancam!" sindir Juan. Saka yang mendengar itu segera berdiri dan hampir saja melayangkan pukulan ke arah Juan namun ditahan oleh Zoya.

"Enggak jadi. Ayo ke ruang sidang sekarang." Zoya menarik tangan Saka menjauh dari kelas IPA 1.

"Zoya kamu beneran gak papa? Kita bisa bantu cari saksi kalau misal kamu mau?" usul Mila berusaha menghentikan Zoya dan Saka yang akan menuju ke arah ruang sidang. Mereka ingin membantu Zoya dan Saka yang tidak bersalah disini. Siapa tahu dengan membawa saksi mereka tidak akan bermasalah dengan Angel lagi.

"Owh bener. Kita bisa panggilin Raka sama yang lainnya buat bersaksi," ujar Nana.

"Enggak perlu. Makasih yaa. Aku ke ruang sidang dulu," ujar Zoya.

"Beneran? Kamu baik-baik aja kan?" tanya Cika dengan nada khawatir.

"Iya, tenang aja. Paling nanti dihukum buat bersih-bersih lapangan apa kamar mandi. Gak mungkin sampai dikeluarin," ujar Zoya berusaha meyakinkan teman-temannya untuk tidak khawatir dengannya. Zoya dan Juan sudah terlampau sering di panggil seperti ini. Jadi ini tidak akan membuat mereka takut.

"Ya udah. Semangat." Cika mengangkat dan mengepalkan tangannya bertujuan untuk menyemangati Zoya dan Juan.

"Nanti kalo misal butuh bantuan kabarin aja ya!" pinta Mila.

"Iya tenang aja. Makasih ya. Ayo Sak." Zoya menarik tangan Saka dan berlalu menuju ke ruang sidang.

Di sekolah ini terdapat ruang sidang untuk anak-anak yang melakukan kesalahan. Mereka akan disidang dan diputuskan untuk diberi hukuman atau dibebaskan di ruangan ini.

Saka yang tenang tidak merasakan apapun, karena memang orang tuanya akan datang dan membela Saka. Namun Zoya, dia tidak tahu harus bagaimana. Zoya memang yakin bahwa Saka pasti akan membantunya juga, namun yang Zoya takutkan justru jika orang tuanya datang. Bukannya dibebaskan Zoya pasti akan diberi hukuman lebih nanti.

Di setengah perjalanan, Zoya menghentikan langkahnya dan berbalik ara menghadap Saka.

"Kenapa?" tanya Saka.

"Nyokap bokap lu dateng kan?"

"Hemm."

"Kalo misal lu nanti bisa bebas. Jangan tolongin gua ya?"

"Kenapa?" Saka mengerutkan kening tanda tidak paham dengan apa yang dibicarakan Zoya.

"Engga papa. Lu udah baikan sama nyokap bokap lu. Nanti kalo misal mereka tahu lu kek gini karna bela gua, gua takutnya lu malah dimarahin. Jadi jangan ngomong apa-apa. Percaya sama gua okey?"

"Lu gak bisa dipercaya. Jadi gua gak akan ngikut omongan lu." Habis menjawab omongan Zoya, Saka langsung menarik tangan Zoya melanjutkan perjalanan mereka yang tertunda.

"Gua cuma takut kalo misal kita dipisahin lagi. Gua takut orang tua lu marah sama gua dan misahin kita." Zoya berteriak dan berhasil menghentikan langkah Saka.

"Gua cuma takut sendirian lagi. Lu tahu gua gak bisa tanpa kalian, tanpa lu Sak. Kalo misal kita bener-bener dipisahin, gua gak tahu harus gimana," Mata Zoya bahkan sudah berkaca-kaca. Sebegitu takutkah Zoya jika ditinggalkan?

Saka yang mendengar itu langsung memeluk Zoya. Tanpa perduli jika ada yang melihat aksi mereka atau ada yang menunggu mereka di ruang sidang. Yang terpenting sekarang menurut Saka adalah menenangkan Zoya.

"Gua gak akan ninggalin lu. Gua janji gak akan pernah biarin lu sendirian lagi. Sampai kapanpun."

"Percaya sama gua. Jangan nangis. Gua sedih kalo liat lu nangis," imbuh Saka.

"Gua takut."

"Gak ada yang perlu ditakutin. Ada gua disini. Ada anak-anak yang lain meskipun jauh. Ada temen-temen baru lu. Gak ada yang ninggalin lu."

"Janji jangan tinggalin gua!"

"Enggak akan." Saka menunggu Zoya hingga tenang sekitar 10 menitan. Mereka membuat orang-orang yang berada di ruang sidang menunggu lama.

"Udah tenang?" tanya Saka pada Zoya.

"Hemm."

"Mau ke ruang sidang sekarang?"

"Ayo. Mereka pasti marah karna kita lama." Zoya menarik Saka dan sedikit mengajak Saka berlari.

********

- Terima Kasih -

ZOYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang